58. Masalah Ayam Goreng

13.5K 340 1
                                    

Liona sedang bersantai di kamarnya ketika tamu istimewa dari orang tuanya tiba. Wanita itu segera dipanggil turun dan dia segera mengerutkan dahinya heran.

"Siapa mereka, Ma?" tanya Liona heran pada ibunya yang bernama Sarah.

"Calon suamimu," jelas Sarah ibunya dengan santai.

Membuat Liona kaget, tapi saat dirinya akan bertanya lebih lanjut. Ibunya Sarah pamit sebentar dan menariknya ke dapur.

"Aku tidak mau menikah dengan pria lain jika itu bukan Davin, Ma. Apalagi tampangnya itu, lihatlah dia seperti monster!" protes Liona dengan tak terima.

Sarah langsung geleng-geleng kepala dan berdecak. "Ckckck, Liona-Liona, mau sampai kapan kamu mengejar Davin yang tak jelas itu. Lebih baik Mahendra, setidaknya dengan menikahinya kamu bisa mendapatkan hartanya dan juga melunasi hutang judi papamu!" jelas Sarah memberitahu.

Liona sedikit kaget mendengar fakta itu kemudian dia membulatkan matanya. "Apa, menikah? Mama jangan main-main, perempuan mana yang mau dengan laki-laki menyeramkan seperti dia?"

"Banyak dan harusnya pertanyaanmu bukan seperti itu, tapi seperti ini, 'perempuan bodoh mana yang mau menolak bos besar yang mempunyai bisnis kontrakan dan travel seperti dia?!"

Untuk sesaat Liona termenung memikirkannya kemudian menatap ibunya serius. "Oh, jadi pria bermuka monster itu boss besar. Apa dia lebih kaya dari Davin?"

Ibunya Sarah segera menghela nafasnya kasar. "Mama tidak melarangmu dengan Davin, apalagi memang pria itu super tajir. Mama senang dengan hal itu, Liona. Akan tetapi untuk sementara waktu, tidak ada salahnya kamu coba dengan Mahendra!"

Mendekati putrinya, Sarah membenarkan tataan anak rambut Liona. "Mama sangat mendukung setiap keputusan anak Mama yang cerdik ini. Menikahlah dengan Mahendra, bayar hutang ayahmu yang bodoh itu, lalu peras harta suamimu sampai habis. Setidaknya dengan adanya uang yang banyak bukankah hal itu bisa kamu gunakan untuk merebut Davin dari istrinya," jelas Sarah sambil tersenyum menyeringai licik dan Liona pun menganggukkan kepalanya tanpa ragu.

Benar juga ibunya. Untuk mendapatkan Davin yang super kaya bukankah dibutuhkan modal yang lumayan banyak dan Liona tentu saja tidak akan melewatkan kesempatan yang ada.

❍ᴥ❍

Davin baru bangun tidur melihat istrinya kembali menaruh uang di atas nakas sebelah tempat tidur. Persis seperti yang dilakukannya saat di hotel. Akan tetapi, bukannya marah melihat itu Davin malah terus menatap aksinya dengan geli.

Begitu Lia selesai, Davin segera bangkit dan menangkap istrinya untuk diperangkapnya dalam pelukannya. "Mau kemana kamu, hm?"

Lia membulatkan matanya kaget. Sebetulnya dia melakukan itu karena untuk melampiaskan sakit hatinya. Bagaimanapun juga memang sulit memaafkan sekalipun itu orang yang kita cintai, dan menurutnya dia perlu memberikan perhitungan pada suaminya itu, supaya tahu rasa.

"Mas sudah bangun?" Lia dengan gugup meneguk ludah kasar.

Davin tak menjawab, tapi malah melirik ke arah nakas. "Kamu membayarku dengan nominal yang sedikit sekali, aku sangat tersinggung Lia. Padahal semalam seingatku aku sudah melakukan yang terbaik. Tidakkah kamu memberiku bonus?"

Lia mengerutkan dahi, sedikitnya dia kesal karena tampaknya Davin menanggapi apa yang dia lakukan dengan tak serius. "Itu salahmu, kenapa menyerahkan diri pada wanita miskin seperti aku?"

Davin tak langsung menjawab, melainkan segera menopang dagunya di atas bahu Lia. Tampak berpikir keras dengan serius. "Kenapa ya? Hm, mungkin karena aku ingat suamimu kaya. Ayolah Beib, kamu bisa gunakan uang suamimu untuk memberiku bonus!"

"Kau gila?!" dengus Lia dengan kesal.

Namun bukannya tersinggung, Davin malah membawa Lia jatuh ke atas tempat tidur. Pria itu di bawah, sementara Lia diatasnya. Dia tersenyum jahil sambil kemudian melepaskan pelukannya.

"Mau bagaimana lagi kamu memang sangat menarik Beib, jadi mana mungkin aku tidak tergila-gila. Bahkan dibayar murah pun aku rela," jawab Davin sambil bercanda.

Lia segera bangkit dan berdiri, lalu menatap suaminya dengan perasaan yang bertambah kesal.

"Hahhh!" dengus Lia kasar sebelum kemudian berlalu dari kamar sambil membanting pintunya keras.

Brak!!

"Galak sekali istriku!" ujar Davin sambil tersenyum geli.

❍ᴥ❍

Di dapur Lia menemukan ibu mertuanya sedang memasak ayam goreng bersama satu asisten rumah tangga. Melihat ayam goreng itu Lia bertambah kesal dan segera protes pada ibu mertuanya.

"Mama ngapain sih, pagi-pagi udah masak ayam goreng saja?" tanya Lia yang segera Amel sadari sedang kesal.

"Oh, ini Raka yang minta Sayang. Cucu Mama itu bangun cepat sekali pagi ini dan langsung minta dibuatkan ini. Kasihan juga, semalam karena kesal kamu nggak jadi masakin Raka ayam," jelas Amel memberitahu.

Lia menghela nafasnya kasar. "Astaga anak itu, kalau soal makanan favoritnya bisa sekali bangun cepat. Huh! Dimana dia sekarang Ma?"

"Tuh, dia!" tunjuk Amel pada kursi yang disusun rapih dan berjejer. Rupanya Raka di sana dan sudah tidur lagi.

Lia segera melotot, tak habis pikir dengan anaknya Raka. Sementara Amel dan Bibi, tersenyum geli dengan itu.

"Astaga Raka. Bangun dan cepat mandi sekarang!" omel Lia sambil kemudian menghampiri Raka.

"Nggak usah heran begitu Lia dan terbiasalah. Papanya Raka, Davin suami kamu bahkan jauh lebih parah dari Raka. Siapkan saja stok kesabaranmu yang banyak Nak, karena kini kamu harus menghadapi dua orang yang memiliki kebiasaan yang sama," terang Amel menyarankan.

"Mama benar, tapi aku juga nggak akan biarkan mereka begitu saja!" jawab Lia dengan serius. Di saat yang sama Davin rupanya sudah menyusul ke dapur. "Nggak ada ayam goreng buat mereka, buat aku saja!"

"Nggak bisa begitu dong, Sayang. Semalam kamu nggak jadi masak!" protes Davin tak terima.

Bahkan Raka sampai terbangun karena ucapan Lia tersebut. "Mama nggak bisa melarang, karena ayamnya Oma yang goyeng bukan Mama!"

"Nah benar itu, bukan kamu yang masak Lia Sayang!" timpal Davin.

Lia tak menjawab, tapi malah memperhatikan masakan ibu mertuanya. Ternyata itu sudah masak dan tinggal disajikan ke atas piring. Begitu Amel selesai dengan semua itu, Lia segera menghampirinya dan mengambil piring penuh ayam goreng tersebut. Lalu membawanya jauh dari anak dan suaminya.

"Ini untuk Mama, tidak untuk kalian, soalnya dedek bayi sedang mau makan ini juga," jelas Lia dengan jahil.

"Yah, Mama. Nggak bisa gitu dong, kan Raka yang minta Oma masak!" protes Raka tak terima.

Begitu juga Davin yang tak berdaya, tapi dia tak bisa protes karena itu menyangkut anaknya yang lain.

"Pah!" kini Raka merengek menuntut Papanya, membuat Davin agak frustasi.

"Kita mengalah dan minum susu pisang aja ya, Sayang. Mama dan dedek bayinyakan mau itu," ujar Davin sengaja mengatakan susu pisang untuk memancing Lia.

"Loh nggak bisa gitulah, nih ayam goreng kalian. Jangan sentuh susu pisang punyaku, Mas!!" ujar Lia akhirnya tak punya pilihan dan menyerah.

Davin dan Raka langsung tersenyum sumringah. Mengambil ayam goreng milik mereka dengan cepat sebelum Lia berubah pikiran.

"Dasar kalian ini, aneh semuanya. Pagi-pagi bukannya sarapan malah makan ayam goreng!" Kini Amel yang mengomeli anak dan cucunya.

❍ᴥ❍

Bersambung

MY BOSS IS MY EX-HUSBANDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang