Meskipun dipaksa dan memaksa, Lia dan Davin tetap pergi honeymoon ke Bali. Berdua tanpa Raka. Mereka menghabiskan waktu bersama yang sudah pasti diisi dengan pertengkaran dan hanya hinaan. Tak ada kemesraan ataupun keromantisan.
"Kau mau menjadi jala*g dengan hanya memakai itu?!" geram Davin tak suka dengan baju yang Lia kenakan.
"Aku sudah jadi jala*g di matamu, kenapa masih repot untuk memperingatkanku!" balas Lia dengan ketus.
Sepertinya kesabaran Lia cuma selembar tisu, sejak bertemu kedua orang tuanya dan ditolak kembali. Sehingga dia terus saja mau meladeni adu bacot Davin yang kini kembali menjadi suaminya.
"Kau memang jala*g!" geram Davin sambil menarik pergelangan tangan Lia, membuat tubuh mungil wanita itu harus terhempas lalu menabrak dada bidang Davin. "Tapi kau hanya jala*gku!"
Lia membuang muka, tak sudi menatap Davin. "Brengs*k, kau bajin*n!!"
"Tutup mulutmu, Lia! Jangan membuatku lebih marah atau murka!" peringat Davin sambil menekan Lia.
Tak takut, Lia kembali menyerang Davin dengan kalimat yang pedas. Sepanjang siang bukannya pergi jalan-jalan, keduanya bertengkar dengan hebat. Kemudian ketika malam tiba, Davin menuntut Lia akan haknya sebagai suaminya.
Keesokan paginya, mereka pergi untuk melihat matahari terbit. Namun jangan berharap akan ada keromantisan yang terjadi diantara mereka, karena Lia yang kesal dengan suaminya sekarang sedang memikirkan sesuatu untuk mengerjai Davin. Sesekali tak salah bukan jika dia membalas suaminya.
Sementara itu dalam kepala Davin yang lumayan adem setelah semalam mendapatkan haknya sebagai suami, tak juga puas dan memikirkan sesuatu untuk membuat Lia kesal.
Sehingga sepanjang berjalan di pantai keduanya dalam pikiran masing-masing, meski tanpa sadar telapak tangan keduanya saling menyatu dan bergandengan.
'Di sana ada batu yang lumayan besar! Huh, gimana kalau aku iring pria jahat itu melewatinya? Kali aja kesandung!' batin Lia menyeringai dengan picik.
Rencana Lia berjalan mulus, Davin yang asik dengan pikiran sendiri tak menyadari sesuatu. Kakinya pun tersandung dan seperti yang Lia inginkan pria itu terjatuh.
Brukk!
Namun belum juga Lia tersenyum puas menikmati kesenangannya, tangannya yang tanpa disadarinya berpengangan dengan Davin itu menariknya ikut jatuh. Lia membulatkan matanya dan tak bisa dielak wanita itu terjerumus jatuh ke atas tubuh Davin.
"Argghhh, sakit!!" ringis Lia mengeluh.
Wanita itu tak langsung bangkit, kepalanya yang tak sengaja menubruk dada bidang Davin saat jatuh ternyata lumayan terasa. Dia mengusapnya dan berharap nyerinya menghilang. Dia masih belum sadar dengan posisi mereka yang demikian.
Sementara itu Davin juga tak mengelak, dia sebagai manusia biasa memang merasakan kesakitan juga, tapi sebagai pria hal itu membuatnya bertahan untuk menunjukkannya agar terlihat gentle.
Bertahan dalam posisi yang sama, sampai kemudian berat badan Lia membuatnya lama-lama kesemutan. "Mau sampai kapan kau terus di atasku Lia?!" ujar Davin akhirnya buka suara.
Lia mengerutkan dahinya melihat ke arah Davin kemudian keadaan sekitar. Beberapa orang rupanya sudah menatapnya aneh dan Lia menjadi malu sendiri. Teramat malu tepatnya.
"Kau masih begini terus Lia? Tidak akan malu jika sampai ada yang merekam dan menyebarkan gosip?!" tanya Davin menyadarkan Lia.
Buru-buru bangkit, Liapun beranjak dengan menahan malu, sementara Davin akhirnya mendesah lega, meski tak rela.
"Perempuan agresif, baru pagi udah main perk*sa pacarnya saja! Aneh memang jaman sekarang. Padahal biasanya laki-laki yang sudah begitu," cibir seseorang yang tak jauh dari mereka.
Suasana pantai pagi itu memang masih lumayan sepi, dan hanya di isi beberapa orang saja. Deburan ombak tidak terlalu keras sehingga suara orang yang tak jauh dari mereka masih terdengar lumayan jelas.
"Kau dengar itu, Lia. Kau baru saja diduga hampir memperk--hmmffth!" Tak mau mendengar lebih, Lia segera menutup mulut Davin dengan telapak tangannya.
"Berisik! Kalaupun itu benar memangnya kenapa, kau keberatan?" ujar Lia membalas sambil menahan malunya yang lumayan dalam itu.
Davin tersenyum, anehnya dia malah senang mendengar jawaban Lia yang demikian. Merangkul pinggang Lia kemudian mengangkat wanita itu mendaki pinggangnya. Lia segera melilitkan kalinya membelit pinggang Davin supaya tak jauh.
Dada keduanya bergemuruh hebat, lalu tatapan yang bertemu dalam keheningan itu saling menyelami satu sama lain. Lia terhipnotis dengan Davin, begituan sebaliknya Davin terhipnotis dengan Lia.
❍ᴥ❍
Siang hari mereka sudah di kamar, menanti makan siang yang sudah dipesan oleh Davin. Lia sedang di kamar mandi dan membersihkan diri. Sehingga saat makanannya tiba, dan setelah pelayan hotelnya pergi, Davin terbesit sesuatu.
Buru-buru sebelum Lia keluar kamar mandi, dia mengambil botol kecil dalam kopernya lalu menuangkan sedikit isinya ke dalam minuman Lia.
"Lima tahun lalu kamu menipuku Lia, sepanjang pernikahan kita saat itu, kau yang tidak bisa hamil dan ternyata itu semua karena kau mengonsumsi pil KB, dan sekarang aku akan membalasmu Lia. Siap tidak siap, akan ku buat kau hamil anakku!" ujar Davin sambil menyeringai dengan serius.
Mengaduk air di dalam gelas sampai cairan yang dituangkannya larut, dan menyatu dalam minuman. Davin baru berhenti setelah itu. Kemudian kembali menanti Lia sambil bermain ponsel.
"Maaf membuatmu menunggu lama. Airnya sedikit macet jadi aku lama," jelas Lia sambil mengambil tempat di depan Davin.
"Aku tidak butuh permintaan maafmu, aku tahu kau sengaja supaya aku tersiksa karena menahan lapar di sini!" ketus Davin membuat Lia membuang nafasnya kasar.
"Kalau begitu, kenapa tidak makan saja lebih dahulu. Aku juga tidak memintamu menunggu kok!" balas Lia sama ketusnya.
Enak saja dituduh demikian, padahal yang membuatnya mandi lama memang bukan air yang macet, tapi Davin sendiri. Namun Davinlah yang tak mau tahu diri.
"Tutup mulutmu dan berhenti bicara. Cepat siapkan makanannya untukku!" ujar Davin mengalihkan pembicaraan karena kalah.
Lia mendengus kasar. "Kamu masih saja begini, dari dulu sampai sekarang. Apakah kamu memang tidak bisa makan sendiri, apa-apa harus aku layani terus!"
"Kau pikir apa yang ku lakukan lima tahun tanpamu?!"
"Tidak tahu, dan aku tak mau tahu!"
"Bedebah!"
"Kau yang bedebah!"
Keduanya kembali bertengkar, lalu karena haus Lia meminum minuman yang Davin campurkan obat itu. Davin tersenyum lalu tiba-tiba berubah menjadi sedikit lembut.
"Sudahlah, ayo makan!" ajak Davin pada Lia.
Menyadari nada yang berbeda itu, Lia pun menatap curiga. 'Ada apa dengan boss jahat ini, kok tiba-tiba saja kalem?' batin Lia.
Sementara itu dalam pikiran Davin ada rencana liciknya. 'Baiklah kau harus makan makanan yang cukup dan juga sehat, supaya anakku lebih cepat terbentuk. Namun, walaupun begitu, aku tidak akan minta maaf, kau memang harus mengganti anakku yang tiada secepatnya, siap walaupun tak sanggup!' batin Davin serius.
Entahlah apa yang membuat pria itu begitu, dendam yang membara harus tersisihkan oleh keinginan untuk mempunyai anak.
❍ᴥ❍
Bersambung
KAMU SEDANG MEMBACA
MY BOSS IS MY EX-HUSBAND
RomanceLia pikir masa lalunya yang suram sudah berlalu. Setelah sekian tahun harusnya dia sudah moveon dan melupakan kenangan pahit itu, lalu melanjutkan hidupnya dengan bahagia. Namun siapa yang menyangka, kalau takdir malah mempertemukannya dengan Davin...