38. Kebenaran yang Terungkap

25.9K 672 3
                                    

Lia sudah kembali kerja, dan hari ini adalah hari dirinya gajian untuk yang ke beberapa kali. Lia sebetulnya sudah tak memperdulikan itu, karena dia tak perlu khawatir soal kehidupan Raka. Ada Davin yang menghidupinya sekarang, tapi Lia juga tak bisa diam saja melihat nominal yang tak masuk akal di sana.

Blam!

Lia dengan sedikit kasar dan tanpa babibu masuk ke ruang kerja suaminya. Davin yang kebetulan sedang di mejanya, terkejut dan bingung melihatnya.

"Ada apa lagi Lia? Kalau soal Raka, kau jangan berharap, sebelum aku mendapatkan sesuatu darimu aku tidak akan memberitahu ke mana dia dan mama pergi!" ujar Davin sambil menyandar pada singgasananya, lalu menatap datar Lia.

Namun bukan itu yang Lia tuntut sekarang, melainkan hal lain. Dia sungguh tak terima dengan gajinya. "Aku akan mencarinya sendiri jika begitu, tapi Pak Davin apakah anda masih waras sampai memberikan gajiku di luar nalar. Bulan pertama aku masih sabar, jumlah masih lumayan walaupun sudah kamu potong 50 persen tanpa alasan. Kedua, ketika, keempat aku juga sama, tapi ini!" Lia menguatkan nada suaranya.

Wanita itu menatap marah dan sungguh sangat geram dengan atasan sekaligus suaminya itu. "Sekarang bahkan di bawah standar UMR, apakah itu wajar?!"

Davin tak panik dia bahkan tersenyum mengejek Lia. "Di perusahaan ini bukan aku yang mengurus gaji karyawan. Jadi harusnya kau tidak menuntut itu padaku."

"Kau punya wewenang dan kau bisa berbuat sesukamu. Sudahlah tidak usah berkelit, aku tahu itu ulahmu. Kau sengaja melakukan ini, untuk menyiksaku!" geram Lia mengepalkan tangan.

Prok-prokk!

Davin bertepuk tangan sambil bangkit dari singgasananya, lalu menghampiri Lia dan berbisik ditelinganya. "Kau sangat cerdas istriku, sayangnya kecerdasan ini yang menipuku di masalalu. Kau penghianat, wanita murah*n yang selalu tentang uang, sayang sekali walaupun sudah begitu aku juga tidak bisa jauh darimu. Kau terlalu memikat Lia!"

"Keterlaluan!!" umpat Lia marah, tapi Davin malah mengapit pinggangnya lalu mengecup bahunya dengan santai, seolah-olah tak ada yang terjadi.

"Jangan terlalu dipikirkan. Uang bukan masalah untukku, tapi walau begitu aku tidak bisa memberimu langsung dengan nominalnya, karena aku takut kau justru menggunakan uang itu untuk berselingkuh kembali," ujar Davin yang tak terpengaruh dengan umpatan Lia.

"Namun walaupun begitu, selain uang aku bisa memberikan segalanya untukmu. Aku mengerti wanita serakah yang matre sepertimu mana mungkin bisa hidup seadanya," ujar Davin yang sepertinya sudah lupa bahwa lima tahun hidup Lia tanpanya, wanita itu sederhana.

"Katakan Lia, apa maumu? Villa, rumah, mobil mewah, tas, perhiasan atau gaun limited edition?" tanya Davin meremehkan.

Lia sudah sering diremehkan suaminya begini, tapi rasanya mengapa masih sesesak itu. Dadanya masih seperti terhimpit keras. Namun meski begitu, Dia mencoba untuk tak terpengaruh dan berbalik mendorong Davin menjauh.

"Seperti apapun aku matre dan serakah sampai cukup lama kita saling mengenal, aku rasa belum pernah meminta hal berlebihan kepadamu, dan sejauh ini aku hanya minta hakku!" tegas Lia membalas Davin dengan sengit. "Nikmati saja uangmu, aku tidak membutuhkannya. Aku tidak butuh nafkah darimu meski kau suamiku, aku hanya minta gajiku karena sudah bekerja sebagai sekretarismu dan juga anakku Raka!"

"Cih, masih saja jual mahal, tapi baiklah Lia, aku ingatkan padamu soal uang jual dirimu padaku, bukankah itu banyak. Kau kemanakan?!" sarkas Davin yang akhirnya merasa menang.

Lia terdiam lalu pergi begitu saja tanpa sepatah katapun, sementara Davin terlihat puas. Dia pikir sudah berhasil merendahkan harga diri Lia, tapi saat pulang dan masuk kamarnya Davin terkejut. Dia syok menatap sesuatu yang tertumpuk di atas kasurnya.

"Jangan cuma dilihat, itu uangmu, aku kembalikan. Jadi ambillah, aku tidak pernah bisa makan uang haram, apalagi hasil dilecehkan orang sepertimu dan kau bisa menuntut semisalkan uangnya kurang!" ujar Lia sambil menatap datar Davin.

"Oh, ya setelah ini tolong kembalikan anakku. Raka cuma anakku, bukan anakmu, jadi kau ataupun ibumu tak berhak atas dirinya!" kecam Lia menatap tajam.

"Cih, anak? Anak angkat maksudmu Lia? Jika kau saja bisa menjadikannya anak angkatmu maka akupun bisa. Kau tahu uangku sangat berguna untuk yang satu itu!" ujar Davin meremehkan. "Dan oh, ya. Uang ini, ambil kembali anggap saja gajimu yang ku kurangi, jika kau tak terima itu hasil jual peluhmu. Cih, tapi mana mungkin, sekalinya hasil jual diri, itu tetap akan sama. Uang hasil jual diri!"

Lia mengangkat tangannya, lalu mengarahkannya pada dadanya sendiri. Menekan dadanya yang semakin sesak, sementara satu tangannya yang lain sudah mengepal menahan amarahnya.

Lalu kemudian secara tak terduga, Lia dengan tatapan mata yang berkaca-kaca, mengangguk-anggukan kepalanya. "Anggap saja begitu, dan kau bisa menghitungnya sekarang!" jelasnya dengan ambigu.

"Apa maksudmu?" tanya Davin yang bingung dengan kalimat Lia.

"Uang hasil jual diriku, aku serahkan padamu untuk membayar pinalti denda di perusahaanmu. Besok pagi aku akan segera mengirimkan surat pengunduran diriku!" tegas Lia menjelaskan.

"Kalau begitu besok pagi dan seterusnya, aku juga akan pastikan kalau kau tidak akan pernah melihat Raka untuk selamanya!" tegas Davin tak mau kalah.

"Kau tidak bisa begitu Mas Davin, dia bukan anakmu, dia anakku!" protes Lia tak terima.

"Lalu kau pikir dia juga anakmu?!" sarkas Davin. "Cuma anak angkat Lia!!"

"DIA BUKAN ANAK ANGKATKU! DIA ANAK KANDUNGKU BAJING*N, AKU YANG SUDAH MELAHIRKANNYA!" amuk Lia yang bukan cuma kelepasan berteriak, tapi juga mengungkapkan rahasianya.

Namun yang aneh Davin sama sekali tidak menunjukkan kekagetannya. Pria itu bahkan tersenyum seperti terpuaskan akan sesuatu.

"Aku tahu itu, sudah sejak lama mengetahuinya dan kau juga tidak bisa mengelak,karena aku punya tes kecocokan DNA kami," jelas Davin santai membuat Lia yang malah kaget sekarang.

"Kenapa Lia, kau pikir aku bodon, kau pikir aku tolot, sampai tidak mengenali anak kandungku sendiri. Sayangnya aku tidak begitu, aku juga tak percaya saat kau mengakui Raka anak angkatmu karena wajahnya mirip denganku dan akupun sadar dari caranya bersikap juga bertingkah, itu aku di masa anak-anak Lia. Asal kau tahu juga hal itulah juga yang membuatku bisa mengambil hati Raka. Dia anakku, duplikat diriku dalam versi lain!"

Lia mengusap pipinya yang basah, akibat air matanya yang tak terbendung lagi. "Apa maksudmu, dan kenapa selama ini kau berpura-pura?"

"Berpura-pura? Aku bukan ratu drama sepertimu Lia, kasih sayangku pada Raka tulus karena murni dia putraku. Kau pikir apa aku bisa sesayang itu pada anak-anak jika dia bukan anakku? Cih, pada anak kakakku saja aku acuh. Apa kau lupa itu?!"

Lia tak bisa bicara lagi. Tubuhnya selain kaku juga terasa lemas saat itu. Namun Davin yang tak punya perasaan itu masih belum selesai.

"Oh, ya. Satu lagi! Setelah lima tahun kau memisahkanku dengan anakku, bagaimana sekarang jika aku yang melakukan itu kepadamu?"

❍ᴥ❍

Bersambung

MY BOSS IS MY EX-HUSBANDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang