23. Kebohongan Liona

14.3K 433 3
                                    

Davin baru saja tiba di gedung perusahaannya, ketika Liona tiba-tiba datang dan menghadangnya. Wanita itu terlihat sedikit pucat dan juga acak-acakan.

"Menyingkir! Jangan menghadang jalanku!" ujar Davin sambil menatap tajam.

Wanita satu ini sangat merepotkan dan suka sekali mengganggu hidupnya. Davin sudah muak dan ingin menyingkirkan Liona supaya berhenti mengganggunya.

"Tolong dengarkan aku, sekali ini saja. Anak kita Ares sedang sakit dan dia sangat membutuhkanmu," kata Liona memohon.

Davin terdiam untuk sesaat. Lalu terlihat berpikir keras. Anehnya meski tampilan Liona sangat menyakinkan atas apa yang baru saja di ucapkan Davin merasa tak percaya atau bahkan menunjukkan keresahannya sendiri.

"Aku bilang, menyingkir dari jalanku!" ujar Davin dengan dingin. Pria itu bahkan dengan kasar mendorong Liona dari jalannya. Seandainya wanita itu tak segera sigap menyeimbangkan diri mungkin dia sudah terjatuh.

"Dia anakmu Davin, ada apa denganmu?! Ares darah dagingmu!" tegas Liona sedikit menjerit untuk menghentikan langkah Davin dan berhasil. "Dia terus saja memanggil namamu, dia mencari ayahnya! Apa kamu tidak perduli lagi padanya?"

"Cukup! Katakan di mana Ares saat ini?" ujar Davin akhirnya menunjukkan kepeduliannya.

Liona tersenyum senang, akhirnya dia berhasil mendapatkan perhatian Davin. Dia menyeringai sebentar tanpa sepengetahuan Davin, lalu menjawab sembari memasang wajah senduhnya kembali. "Di-dia di rumah, dia mencari kamu terus dan memanggil namamu!"

Davin menganggukkan kepalanya, tapi kemudian dia tetap saja meninggalkan Liona. Pria itu hanya perduli dengan anaknya, selain itu dia tak mau tahu.

"Davin aku mohon sayang, tolong jangan perlakuan aku begini. Kita tunangan! Jangan karena mantan istrimu yang penghianat itu sudah kembali kamu mengabaikan aku!" Liona masih tak jera. Menghampiri Davin dan terus mencoba menarik simpatinya.

"Jangan membuatku marah, Liona!" geram Davin membuat Liona takut dan menurut.

"Lalu bagaimana dengan Ares?" tanya Liona menuntut.

"Aku akan menemui jam makan siang nanti, dan sekarang pergilah bawa Ares ke dokter untuk periksa. Aku akan kirimkan biaya untuk pengobatannya," jelas Davin memberitahu.

"Dia ingin kita, Dav!" mohon Liona terlihat menyedihkan.

Davin membuang nafasnya kasar, dan akhirnya dia menurut lalu mengikuti Liona. 'Akhirnya kamu luluh juga, meski harus mengorbankan Ares!' batin Liona tersenyum puas.

❍ᴥ❍

"Kenapa Daddy baru menjumpai Ares sekarang? Apakah Daddy sudah tak sayang Ares?" tanya Bocah kecil yang bernama Ares.

Davin segera menggelengkan kepala. "Bukan begitu, tapi Daddy sangat sibuk akhir-akhir ini. Lagian walaupun tidak bertemu denganmu minggu lalu, bukankah Daddy sudah mengirimkan apa yang kamu inginkan. Mainan baru dan semuanya," jelas Davin malas.

Sesungguhnya dia tak merasakan apapun pada Ares, meskipun Ares ini katanya putra kandungnya, Davin bahkan kurang menyukainya. Anak itu bertolak belakang dengannya dan juga tidak mirip sedikitpun dengan dirinya. Memang Davin pada umumnya memang kurang menyukai anak-anak, tapi seharusnya pada anak kandung sendiri, dia seharusnya suka.

"Tapi Daddy belum mengajak Ares jalan-jalan. Ares mau main sama Daddy!" ujar Ares merengek.

"Baiklah, weekend depan kita pergi berdua," jelas Davin menyetujui. Fakta Ares anak kandungnya, membuat dirinya memaksakan diri, meski dia tak suka. Bagaimanapun juga akal sehat Davin tidak mau dirinya sampai menelantarkan anak sendiri.

"Daddy janji?" tanya Ares memastikan dan Davin mengangguk setuju saja.

"Mommy ikut juga, Dad?" tanya Ares lagi dan Davin segera menggelengkan kepala.

"Tidak. Kita hanya pergi berdua. Kamu dan Daddy!" tegas Davin menolak.

Liona yang sedang dibelakang Davin segera memelototi Ares dan menatap putra sendiri dengan tajam. Membuat Ares ketakutan dan menundukkan kepala.

"Ada apa?" tanya Davin yang sama sekali tak menyadari interaksi antara anak dan ibu yang sedang bersamanya itu.

"Ares perhatikan semuanya teman-teman Ares selalu menghabiskan minggu mereka bersama, tapi selama ini kita hanya pergi berdua Dad. Apakah tidak bisa sekali ini saja Mommy ikut?!" tanya Ares dengan penuh harap.

Davin menghela nafasnya kasar, dia tak suka itu, tapi kemudian dia tak tega. Kemudian menganggukkan kepalanya setuju.

Tak lama setelahnya Davin pamit pulang. Dia tak mau berlama-lama, sebab pekerjaannya masih banyak, dan faktanya kondisi Ares tidak seperti yang dikatakan Liona.

"Maaf, tapi aku hanya tak tega melihat wajah sedih Ares sehingga berbohong padamu," jelas Liona saat mengantarkan Davin ke depan.

Wanita itu mendekat, kemudian ketika tak ada jarak diantara mereka, dia mencoba menggoda Davin seperti yang suka dia lakukan beberapa tahun terakhir agar pria itu bersamanya.

"Jangan macam-macam!"

"Aku hanya punya satu macam padamu sayang. Aku ingin kamu!"

Davin mengerutkan dahinya lantas menatap Liona tajam. Dia sebenarnya tidak pernah berhubungan jauh dengan Liona, selain insiden lima tahun silam yang menghadirkan Ares. Lalu beberapa waktu lalu, tapi itupun semata-mata hanya untuk membalas Lia.

Selain hal itu, saat mereka berdua, selama lima tahun ini Davin sama sekali tak menyentuh Liona. Bahkan seujung kuku pun tidak. Dia terkesan menjaga jarak dan kerap kali acuh juga mengabaikan kehadiran Liona sebagai tunangannya.

"Cukup! Jangan membuatku marah!" peringat Davin.

Liona tersenyum, seperti tahu kalau Davin takkan melakukan ucapannya. Pria itu selalu menjaga sikap jika ada Ares bersama mereka. "Ares ada di sini," ujar Liona mengingatkan.

Davin memiringkan sedikit kepalanya, mendorong Liona kasar, lalu menatapnya penuh peringatan. "Bukan di sini, tapi di kamarnya, dan Liona satu kali lagi aku peringatkan padamu untuk tidak menggunakan Ares padaku!"

"Aku han--"

"Cukup!!" geram Davin dengan perasaan yang tak tahan lagi. Dia memotong kalimat Liona yang belum selesai, lalu berlalu dari sana begitu saja.

Brak!!

"Ampun Mommy!!"

"Aku bukan mommy-mu anak tidak tahu diri. Kau itu cuma anak pungut. Berapa kali lagi aku harus memberitahumu. Jangan sesekali kau berani memanggilku mommy jika Davin tak bersama kita. Kau tahu aku muak denganmu, lama-lama kau semakin tidak berguna saja!" geram Liona setelah memastikan Davin benar-benar pergi.

Dia kembali ke kamar Ares lalu menjambak kepala anak itu dengan keras. Kenyataannya, memang begitulah. Ares cuma anak angkat yang dia ambil dari panti asuhan lima tahun lalu supaya Davin bersamanya. Liona memang berhasil, meski sampai sekarang hasilnya tak begitu memuaskan. Karena kenyataannya yang dia dapatkan dengan memanfaatkan Ares hanyalah sebatas tunangan Davin dan tidak pernah lebih dari itu.

"Susah payah aku melakukan segala cara. Memalsukan tes DNA dan bahkan membesarkan anak tidak becus sepertimu, tapi sampai sekarang cuma ini yang kudapatkan. Kegagalan terus!!"

Blam!

"Aaarrggh, sakit!" ujar Ares merintih, setelah baru saja kepalanya dibenturkan Liona ke tembok dengan kuat.

Wanita itu tak kasihan, dan bahkan menyeringai aneh karena setelahnya tiba-tiba saja terbersit ide. "Kau pantas mendapatkan itu dan dengan begitu, kau yang benar-benar sakit bisa membuatku mendapatkan perhatian tunanganku!" seru Liona dengan tanpa hati.

❍ᴥ❍

Bersambung

MY BOSS IS MY EX-HUSBANDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang