41. Mulai Berani

17.3K 443 1
                                    

Lia menghadang Davin yang baru pulang. Entah mengapa dia yang kesal karena suaminya tiba-tiba tidak kelihatan di kantor atau di rumah seharian membuatnya seberani itu.

"Dari mana?" tanya Lia sambil menatap tajam.

Davin kaget dan menatap Lia dengan tak percaya, tapi kemudian dia malah mendekat dan mengangkat dagu Lia ke atas. "Kamu merindukanku sayang?"

Davin mengecup Lia dan wanita itu tak menolak, meski kemudian mengusap bibirnya dan menatap Davin dengan tatapan yang semakin tajam.

"Aku tanya dari mana?!" kali ini nada suara Lia meninggi.

Davin masih saja tak langsung menjawab dan malah mendengus dihadapan Lia. Pria itu segera merangkul pinggang Lia lalu mengikis jarak diantara mereka. "Sepertinya kau memang merindukanmu aku, baiklah ayo kota tuntaskan kerinduanmu!"

Lia segera waspada dan mendorong dada Davin dengan keras. Entah mengapa dia masih ngotot ingin tahu, tapi disaat yang sama dia sudah muak meladeni Davin.

"Oke, tidak mau memberitahu ya! Baiklah Mas Davin, tak masalah, tapi setelah itu jangan harap bisa menyentuhku!" tegas Lia memperingatkan.

"Kau pikir dirimu siapa?!" sarkas Davin geram, apalagi sekarang Lia sudah bebas darinya dan menjadi sangat kesal. "Kau cuma budak Lia, ayo menurut dan lakukan perintah tuanmu!"

"Aku tidak mau!" jawab Lia dengan lebih berani.

"Aku memaksa!" tegas Davin hendak meraih Lia, tapi istrinya itu malah menghindar.

"Lia!!" geram Davin tak terima.

Namun belum juga dia melakukan serangan lanjutan, Lia yang sudah tahu tabiat suaminya segera kabur dan berlari. Dia memasuki kamar dan menguncinya dari dalam.

Blam!

Brakk

Tok-tok!!

"Buka pintunya Lia!! Buka!!" teriak Davin marah.

Namun bukannya dibuka, Lia malah berteriak dari dalam dan kembali berani memperingatkan suaminya. "Jawab dulu kamu darimana seharian ini, aku nggak suka kalo Mas ketemu sama Liona!"

"Liona? Kamu gila, kalau kami ketemu itu juga nggak ada hubungannya sama kamu!" geram Davin tak terima.

"Nggak ada?!" teriak Lia membentak lumayan keras. "Sebenarnya aku juga nggak mau tahu hubungan kalian, tapi Mas aku nggak mau kena penyakit HIV!  Kalau mau penyakitan silahkan saja sendiri. Pilih aku atau Liona!" tegas Lia dengan tegas dan sangat serius.

Davin mengepalkan tangannya keras. "Sial. kau pikir aku ini pria apa?!"

"Apa namanya untuk pria yang punya banyak wanita. Gigo*o," jawab Lia dengan polosnya.

Davin membulatkan matanya. Bisa sekali Lia berpikiran seperti itu. "Jangan berpikir macan-macam, kau pikir apa alasanku mau balikan dengan perempuan tukang selingkuh seperti kamu?"

"Raka, kamu mau anak kita punya status yang jelas bukan!" jelas Lia apa adanya.

Davin tak mengelak dengan jawaban itu, tapi itu bukanlah hal utamanya. "Asal kau tahu saja, sejak kita berpisah aku bahkan tidak berminat dengan wanita lain. Aku akui hanya kamu yang cocok denganku!"

Lia terdiam, tiba-tiba dia terpikirkan ide briliant atas pernyataan yang barusan suaminya ungkapankan. Akan tetapi sebelum itu tentu saja dia harus pastikan. "Benarkah, kamu tidak bohong kan Mas?"

"Ya!" jawab Davin singkat, tapi jelas.

"Terus bagaimana dengan Liona, bukankah kau pernah bilang kalian punya anak?" tanya Lia tak langsung percaya.

Davin terdiam, lalu teringat kejadian bagaimana menurutnya Ares bisa hadir ke dunia. "Aku mabuk waktu itu," jawabnya kemudian. "Aku bahkan tidak ingat jelas bagaimana kejadiannya, tapi setelah itu aku tidak pernah membagi diriku dengan perempuan lain. Sudahlah, lupakan itu, lagipula kamu juga sudah melakukan hal yang sama, dan bahkan lebih parah dariku?!"

Lia terdiam dan membuang nafasnya kasar, kemudian karena sudah lelah saling meneriaki dengan Davin. Dia menuju kamar mandi, tanpa memperdulikan suaminya lagi. Wanita itupun melanjutkan kegiatannya dan berendam untuk membuat dirinya rileks.

"Bahkan sampai sekarang kamu tidak percaya sama aku, Mas ...." Lia melirih merasa dadanya sesak dengan fakta itu. "Dan karena semua itu, kau sampai tega menghamili wanita lain ...."

Tak bisa menahan diri, Lia pun menangis dalam kekecewaannya. Barulah setelah puas dia berhenti.

Mengguyur tubuhnya di shower, lalu mengeringkan diri dengan handuk. Lia buru-buru memakaikan pakaiannya dan melupakan perasaan sesaknya. Kini dia kembali pada ide briliant yang sempat terpikirkan olehnya.

Keluar kamar dan menemukan suaminya sudah tidak ada di sana. Lia yakin, Davin pasti sudah ke kamar mereka dan mungkin sedang bersih-bersih. Oleh karena itu Lia segera ke dapur dan dengan sengaja menyiapkan hidangan kesukaan Davin.

Tepat saat hidangan itu jadi, Davin tiba di sana dan menatap dengan bingung. "Apa maksudmu memasak hidangan ini?"

Lia tersenyum lalu menyeringai dengan aneh. "Tentu saja untuk menyenangkan suamiku," jelasnya dengan percaya diri.

"Aku tidak percaya itu, katakan yang sejujurnya?!" tegas Davin dengan nada yang memperingatkan.

"Baiklah suamiku yang tidak punya perasaan dan suka berkata dengan kalimat yang kejam, akan aku katakan maksudku!" ujar Lia sedikit sinis.

"Jangan berbelit-belit!" tegas Davin tak sabaran.

"Aku mau Raka kembali ke rumah ini!" jawab Lia penuh tekanan.

"Tidak akan sebelum kamu hamil!" jawab Davin tegas.

Kali ini Lia tak histeris atau memperlihatkan ketidakterimaannya. Wanita itu bahkan terlihat tersenyum seperti tengah mengejek suaminya. "Tidak mau ya, kalau begitu tidak ada jatah!"

"Kau pikir kau bisa menekanku dengan itu? Aku bisa memaksamu Lia!" ujar Davin tak merasa tertekan sama sekali.

Wajah Lia sedikit pucat mendengar itu, sial dia sudah melupakan fakta yang satu itu. Namun, dia takkan menyerah ataupun pasrah diperbudak suaminya. Kali ini Lia bertekad untuk melawan.

Menatap suaminya dengan serius, Lia sebisa mungkin memperlihatkan ekspresi tenangnya. "Memangnya kamu akan terus puas dengan memaksaku Mas, apakah kau tidak bosan, atau setidaknya punya harga dirilah. Sudah ditolak masih saja memaksa! Dimana harga diri CEO ternama seperti kamu?" balas Lia dengan sengit, dan berhasil membuatkan Davin terlihat mengeras lalu mengepalkan tangannya.

Lia melihat itu, dan tersenyum puas. Tak hanya dia, wanita itu nekat mendekat lalu meraih tangan suaminya dan berakhir dengan mendaratkan sebuah kecupan di sana. "Kamu sungguh tidak mau kupuja seperti ini suamiku?!" tanya Lia dengan tatapan mendamba.

Oh, tidak. Davin terkejut dengan hal itu, dan belum pernah melihat Lia yang demikian. Dia menyukainya, tapi tak mungkin mengakuinya, sebab egonya yang tinggi.

"Bagaimana Mas? Hm ... aku bahkan bisa merangkap menjadi wanita yang kamu inginkan, tapi kembalikan putraku kepadaku!" jelas Lia memberikan penawaran.

Davin terlihat pusing dengan sikap Lia yang sekarang, sebenarnya Davin tidak bisa menolak itu dan bahkan memimpikan Lia yang demikian. Pasrah dan memujanya, tapi dia juga tak mungkin menerimanya dengan mudah.

"Lalu bagaimana dengan jaminannya kau tidak akan kembali selingkuh?!" tanya Davin menatap Lia sama seriusnya. Sungguh dia tak sanggup membayangkan wanita dihadapannya bersama pria lain lain lagi.

"Kau bisa menjamin itu. Aku serahkan kebebasanku untukmu dan kamu bebas mengekangku. Kalau perlu kamu juga bisa membuatku terus bersamaku selama dua puluh empat jam. Aku tidak akan keberatan!" tukas Lia sungguh-sungguh.

Itu cara terakhirnya, dan Lia harap setelah penyerahan dirinya juga tawarannya dia akan kembali dipertemukan dengan putra kecilnya Raka.

"Baiklah," jawab Davin membuat Lia senang meski kemudian tak terlihat lega.

"Ah, ya. Apa sekarang kamu bisa memberitahu kamu habis darimana seharian ini Mas?" tanya Lia yang ternyata masih kepikiran. Sungguh dia benar-benar takkan terima kalau Davin habis ketemu Liona.

❍ᴥ❍

Bersambung

MY BOSS IS MY EX-HUSBANDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang