Jihoon menghentikan laju mobilnya ketika melihat dua sosok perempuan yang dia kenali berdiri di tepi jalan.
''Mobilnya kenapa, Tante?'' tanya Jihoon sesaat setelah turun dari mobil.
''Nggak tau nih, Hoon, tiba-tiba mogok,'' jawab ibu Jennie.
''Mungkin Tante butuh bantuan? Kebetulan Jihoon lumayan ngerti soal mesin.''
''Barusan Tante udah panggil orang bengkel buat benerin mesinnya.''
Yah, pupus sudah harapan Jihoon untuk cari muka di depan ibu Jennie.
''Gimana kalo kamu bantu ngasih tumpangan buat Jennie biar sampe di sekolah tepat waktu?''
Mata Jennie melotot. ''Mama, apaan, sih. Jennie nggak mau.''
''Kalo masalah itu, sih, bisa banget, Tante. Jihoon sama sekali nggak keberatan.''
''Kalo begitu titip Jennie ya, Hoon. Kalian berdua hati-hati di jalan.''
''Tapi Tante nggak apa-apa ditinggal sendirian?'' tanya Jihoon.
''Nggak apa-apa. Cepet kalian berangkat, nanti telat.''
Jennie menggeleng ribut. Namun, sang ibu terus mendorongnya agar ikut bersama Jihoon.
''Selamat datang kembali di mobil gue, Jen. Duh, hoki banget gue pagi-pagi udah duduk sebelahan sama bidadari,'' kata Jihoon, menggombal.
''Nggak usah banyak bacot. Buruan jalan!'' ketus Jennie.
Bukannya menghidupkan mesin, Jihoon malah mendekatkan tubuhnya pada Jennie.
''Aww,'' ringis Jihoon. Satu tamparan baru saja mendarat di pipi kirinya.
''Jangan macem-macem lu,'' pekik Jennie.
''Macem-macem apa, sih? Gue cuma mau bantu lu pasang seat belt.''
''G-gue bisa pasang sendiri,'' kata Jennie, sedikit terbata. Ada rasa malu yang harus ditutupi rapat-rapat. Lagian siapa yang tidak berfikir negatif kalau laki-laki macam Jihoon tiba-tiba mendekat. Jennie, kan, berusaha melindungi diri sendiri. Siapa tahu Jihoon mau ambil kesempatan untuk curi ciuman? Kan, bisa saja.
Jihoon memperbaiki posisi duduk dan langsung tancap gas menuju sekolah.
Mobil putihnya melaju kencang untuk mengejar waktu. Gara-gara aksi ngebutnya itu, Jihoon nyaris menabrak kucing yang sedang menyebrang.
Pukul tujuh tepat, satpam mulai menarik gerbang. Untung mobil Jihoon sudah sempat masuk. Telat beberapa detik saja bisa panjang urusannya.
Jennie bergegas turun begitu Jihoon selesai memarkirkan mobil. Rencananya, dia mau langsung lari menuju kelas.
Tapi oh tapi jalannya tidak semulus itu.
Jennie menghentikan langkah begitu melihat kerumunan di pintu masuk utama gedung sekolah. Meski masih agak jauh dari tempatnya berdiri, Jennie bisa melihat dengan jelas bahwa sekelompok guru sedang menggelar razia kelengkapan atribut.
Jihoon berhenti tepat di samping Jennie dan mengikuti arah tatapan gadis itu. Dengan tingkat kepekaan yang luar biasa tinggi, Jihoon melepas dasinya dan memberikan secara sukarela pada Jennie.
''Buruan pake!'' kata Jihoon.
Jennie mengambil dasi itu, ragu-ragu. ''Lu gimana?''
''Sejak kapan lu mikirin gue?'' timpal Jihoon lalu lanjut berjalan.
Jennie segera memakai dasi tersebut dan mengejar langkah Jihoon.
Di pintu masuk utama, mereka berdua dihentikan oleh salah satu guru yang sedang bertugas. Kebetulan Jennie dan Jihoon adalah antrian terakhir.
![](https://img.wattpad.com/cover/327882229-288-k597623.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
YOUNGBLOOD
FanfictionIni adalah cerita remaja tentang bagaimana mereka menjalani kehidupan sehari-hari yang tak lepas dari cinta, persahabatan, pertarungan, dan kenakalan. Treasure x Blackpink ⚠️ Murni imajinasi ⚠️ Tidak bermaksud merendahkan pihak mana pun Luv, matcha_...