Chapter 34: Titik Terang

174 16 5
                                    

''Junghwan, jangan!''

Rose sangat menyesali keputusannya untuk datang menemui Junghwan di ruang ganti anak basket.

''Dikit, Sayang!''

Rose terus menggeleng dengan tatapan memohon, sementara tangannya berusaha menepis tangan Junghwan. Dia tidak bisa kabur karena Junghwan sudah menghimpitnya di sudut ruangan.

''Hwan, please, jangan gini. Aku nggak mau.''

''Sttt, nanti juga kamu suka,'' timpal Junghwan sambil berusaha melepas kancing seragam Rose.

''Hwan, stop!''

Tidak peduli seberapa keras Rose memohon, bahkan air mata gadis itu mulai menetes, Junghwan tetap memaksakan kehendaknya. Laki-laki itu menjadi gila ketika nafsunya sudah ada di puncak.

''Jangan, Hwan,'' kata Rose sambil terisak.

''Harusnya lu desah, bego, bukan nangis!'' bentak Junghwan.

Hati Rose sangat hancur. Sebelumnya, Junghwan tidak pernah bicara sekasar itu padanya.

Tak puas bermain di bagian atas, tangan Junghwan mulai bergerak turun dan menyelinap ke dalam rok yang dipakai Rose.

''Jangan, Hwan, aku mohon!'' rengek Rose.

Sesaat kemudian Rose merintih karena satu jari Junghwan berhasil masuk.

''Enak, kan?''

Rose tidak sanggup. Perlakuan Junghwan yang kasar itu menimbulkan rasa nyeri yang luar biasa.

''Udah, Hwan, sakittt,'' ucap Rose dengan suara bergetar dan air mata bercucuran. Namun, pacarnya itu malah tersenyum seperti iblis.

Di tengah aksi tak terpuji itu, tiba-tiba pintu terbuka. Jeongwoo berdiri di sana dengan mata melotot. Tujuannya datang ke sini adalah mengambil tumbler yang kemarin tertinggal di loker, sesederhana itu. Tapi ternyata dia diharuskan menyelesaikan persoalan lain.

''Berengsek lu!'' pekik Jeongwoo. Tanpa banyak bicara dia langsung menghajar Junghwan.

Rose hanya bisa menangis. Tubuhnya yang lemas merosot ke lantai.

Pukulan demi pukulan yang diayunkan Jeongwoo tidak pernah meleset. Junghwan kewalahan sampai tubuhnya terbanting ke lantai.

''Segitu doang tenaga lu, hah? Bangun, anjing!'' gertak Jeongwoo.

Junghwan berusaha berdiri dan memilih kabur.

''Rose, lu nggak apa-apa, kan?''

Sungguh pertanyaan bodoh.

Jeongwoo mengusap pipi Rose yang basah. Matanya tak sengaja melirik seragam atas Rose yang terbuka. Sial, harusnya tadi dia langsung mencekik Junghwan.

''Jangan nangis ya, sekarang lu udah aman,'' kata Jeongwoo sambil memeluk Rose.

Rasanya sangat malu, sungguh. Rose tidak pernah membayangkan berada dalam pelukan Jeongwoo dengan kondisi memalukan seperti ini.

-

Sepuluh menit lalu Hyunsuk menerima sebuah pesan singkat dari Jisoo yang berbunyi: Aku tunggu di taman belakang, sekarang.

Dan sebuah keajaiban terjadi. Hyunsuk benar-benar datang secara sukarela untuk menemui gadis itu.

Mungkinkah ini pengaruh dari ucapan ibunya semalam yang memohon sambil menangis agar Hyunsuk belajar menerima Jisoo? Entahlah.

''Akhirnya kamu dateng juga,'' ucap Jisoo, senang.

YOUNGBLOODTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang