Sesuatu Tentang Mention dan Confession

302 41 7
                                    

Junkyu melewati hari-hari yang fantastis. Seminggu ini, dia beberapa kali bertemu dengan Kupu-kupu Sosial-nya dan sekumpulan remaja tanggung yang mengikutinya seperti paket menu three in one. Junkyu, yang awalnya hanya ingin menjadi lebih dekat dengan Haruto, justru terlibat dalam kelompok jaring pertemanan yang aneh. Mengenal sosok eksentrik seperti Asahi dan mendengarkan daddy jokes Yoshinori telah mengubah Junkyu. Hidupnya tidak pernah seramai ini sebelumnya.

Bepergian dan bertemu banyak orang memang melelahkan. Setidaknya, ketika dia pulang dan menjatuhkan diri ke kasur, Junkyu tertidur pulas sampai pagi. Mimpi buruk, yang sering kali mengetuk jendela alam bawah sadarnya, tidak lagi datang. Mereka menguap seperti kepulan asap.

Agaknya Junkyu tidur terlalu nyenyak. Ketika membuka mata, retinanya menangkap sinar mentari yang menerobos kisi-kisi jendela kamar. Sosok itu terlonjak dari tempat tidur. Junkyu bangun terlambat.

Kaki-kaki panjangnya berlari di atas trotoar, mengejar bus yang hendak meninggalkan halte. Ketika Junkyu berhasil masuk, dia menemukan bahwa tidak ada satupun tempat duduk yang tersisa. Alhasil, remaja itu berdiri dengan sebelah tangan berpegangan pada handle bus selama perjalanan.

Ketika sampai ke sekolah dan berjalan terburu menuju ruang kelas, Kim Junkyu menyadari bahwa nyaris semua orang, setidaknya mereka yang masih berada di koridor, memandang ke arahnya. Sorot mata mereka beragam. Ada rasa kagum dan ketertarikan, ini adalah hal yang biasa. Ada juga pandangan iri dan penuh tanya.

Perhatian semacam itu, sekeras apapun coba untuk diabaikan, selalu membuat Junkyu merasa tidak nyaman. Remaja itu memeriksa seragamnya, bertanya-tanya apakah dia menggunakan seragam yang salah atau semacamnya.

"Ada apa?" tanya Junkyu. Ia bicara pada sekumpulan gadis dengan seragam olahraga.

Bukannya menjawab, gadis-gadis itu malah berlari menjauh dengan tawa tertahan.

'Ada apa dengan orang-orang ini?'

Junkyu mampir ke loker untuk mengambil beberapa buku paket. Ketika pintu lokernya dibuka, lembaran surat di dalamnya tumpah ruah.

"Apa ini?!"

Matanya melebar melihat gundukan amplop yang memenuhi loker bernuansa abu-abu, sebagian bahkan mengalir dan terjatuh ke lantai.

Dengan asal-asalan, Junkyu mencomot sebuah amplop berwarna merah jambu.

Junkyu Oppa, aku tidak tahu harus merasa iri atau kagum dengan kemurahan hatimu.

Sepasang mata, khas dengan bentuk kelopak sakura, menyipit heran. Junkyu membuka surat yang lain.

Seperti yang diharapkan, Oppa adalah malaikat!

Remaja itu membuka surat ketiga.

Aku ingin memiliki alpha yang perhatian seperti Junkyu-ssi.

Tunggu dulu. Kenapa dia tiba-tiba menerima begitu banyak surat semacam ini? Apa Junkyu tanpa sadar telah mendonorkan organnya ke pada seseorang?

Dengan susah payah, Junkyu mengambil buku-bukunya di sisi terdalam loker. Ia lantas menjejalkan kembali setumpuk amplop yang tercecer di lantai dan mengunci pintu. Dia akan mengurus surat-surat itu nanti.

Di kelas, sosok bermarga Kim itu mendapati rekan sekelasnya sibuk membersihkan papan tulis yang penuh dengan coretan. Di permukaan papan bernuansa hijau tua, terdapat tulisan hangul dari nama lahirnya, lengkap dengan gambar bubble berbentuk hati.

Teman-teman sekelasnya sama sekali tidak terkejut. Mereka terbiasa melakukan ini setiap tanggal 14 Februari dan hari kelahiran Junkyu.

Junkyu meletakkan tas dan buku-bukunya di mejanya, yang juga penuh dengan coretan. Ia menghela napas. "Biar aku saja," katanya.

Double Shots (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang