Pertanyaan Yang Tidak Bisa Kita Jawab

219 32 8
                                    

Satu langkah maju dan dua langkah mundur. Junkyu berharap dengan memberitahukan perihal hubungan masa lalunya, akan membawa dirinya lebih dekat dengan Haruto. Nyatanya tidak.

Sejak percakapan mereka di barbershop, situasi menjadi aneh. Haruto hanya diam sepanjang jalan, matanya memandang tidak fokus di kejauhan. Junkyu rasa, dia sedikit melamun. Benar saja, anak itu nyaris menabrak tiang lampu jika Junkyu tidak segera menariknya.

"Jalan yang benar!"

Junkyu sedikit frustasi, dan itu terlihat jelas dalam nada bicaranya.

"Maaf, Hyung. Aku tidak tahu kenapa aku--"

Kecuali, dia tahu. Haruto tahu benar apa yang tengah mengganjal di hatinya.

"Kurasa, apa yang Hyung katakan tentang Hyung dan Mashiho Hyung, itu sedikit mengejutkanku."

"Baiklah." Junkyu mengangguk pada diri sendiri. "Apa yang kau inginkan, kalau begitu?"

Haruto melirik padanya. "Huh?"

"Apa yang harus aku lakukan tentang itu?" Junkyu menghela napas. "Aku tidak bisa mengubah masa lalu."

"Hyung tidak perlu melakukan apa-apa, ini antara aku dan kepalaku." Ada tawa yang terdengar sumbang. "Aku tidak tahu kenapa aku terus memikirkannya."

Tampaknya, Junkyu tidak puas dengan jawaban itu. Haruto jadi merasa bersalah, dia datang ke Seocho-gu untuk mengajak Junkyu Hyung-nya bersenang-senang, bukannya menambah beban pikiran. Haruto memutar otak, mencari cara untuk menyingkirkan atmosfer canggung yang menyelimuti mereka.

"Kurasa ... jika Hyung menjawab beberapa pertanyaanku, itu akan membantu."

Garis punggung Junkyu berubah tegap. "Tanyakan, kalau begitu."

Haruto bukan tipe seseorang yang suka membuang waktu. Dia frontal, apa adanya. Ketika orang lain merangkak dalam menangani hal-hal riskan, Haruto melakukan segalanya dengan berlari.

"Apa Hyung masih memiliki perasaan kepada Mashiho Hyung? Hyung masih mengharapkan hubungan kalian kembali seperti dulu?"

Junkyu mempertimbangkan pertanyaan itu dan tidak menjawab terburu-buru. Dia mencoba memikirkan Mashiho, dan hal-hal kecil yang dia sukai tentang mantan pacarnya itu, untuk melihat apakah perasaan spesial itu masih eksis di suatu tempat di dasar hatinya. Namun, yang ia ingat hanya pertengkaran mereka kemarin sore.

"Tidak."

"Tidak apa?"

"Aku sudah tidak punya perasaan seperti itu."

Junkyu menyisir rambut dengan jemari. Dia tampak lebih muda dengan potongan rambut barunya. Berjalan bersisian dengan Haruto yang posturnya menjulang tinggi, orang-orang mungkin mengira mereka seumuran.

"Jika dipikir, aku adalah kekasih yang buruk untuk Mashiho."

Haruto memiringkan kepala. "Kenapa?"

"Ada satu atau dua alasan, salah satunya karena aku tidak pernah mengajaknya pergi keluar bersama. Mashiho tidak pernah berhenti mengeluh soal itu."

"Hyung bercanda."

Junkyu mengangkat bahu. "Aku lebih sering pergi keluar denganmu dari pada dengannya, dan kau bahkan bukan pacarku."

Ada senja di mata Haruto yang bulat dan jujur. Jawaban Junkyu sedikit membuatnya limbung, Haruto tidak yakin di mana dia berpijak. Dia menggulirkan pandangan pada potret sore di Distrik Seocho, enggan menatap Junkyu. Apapun itu, asalkan bukan Junkyu.

"Aduh!"

Kali ini, dia benar-benar menabrak tiang lampu.

"Kau ini kenapa? Bukannya sudah kukatakan untuk berhati-hati? Kau lapar atau semacamnya?" cecar Junkyu.

Double Shots (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang