Freestyler Terbaik di Jalanan

318 52 3
                                    

"Park Jihoon!"

Merasa namanya dipanggil dengan nada yang tidak menyenangkan. Pemuda berpostur tinggi, dengan tubuh kokoh dan tanda lahir di pipi sebelah kanan, menarik diri dari kerumunan. Matanya mengedar garang, mencari sumber suara.

"Jihoon-hyung!"

Namanya kembali diserukan, kali ini dengan nada lebih rendah dan resonansi yang manis. Jihoon kenal suara ini. Dengan mudah, dia menemukan Haruto dan jemari ramping yang melambai ke arahnya.

Tangan pemuda dengan setelan crop top dan celana kargo itu naik ke udara. Ia berniat menyapa balik Haruto. Namun, matanya menangkap sosok familiar di belakang remaja yang mengenakan hoodie biru itu. Jihoon berpikir kalau ia berhalusinasi dan mengerjap beberapa kali.

"Kim Junkyu? Ini benar dirimu?" Jihoon berlari menghampiri. Setelah memastikan kalau sosok itu adalah Kim Junkyu yang dia kenal, Jihoon tergelak dan menepuk keras punggungnya.

Junkyu, yang sedang bersepeda, oleng seketika.

"Ya, Park Jihoon!" marah Junkyu. Dia dan sepeda milik Airi, yang dikendarainya hampir masuk ke saluran air.

"Kenapa kau memakai sepeda anak-anak?" Remaja bermarga Park mendadak salah fokus dengan sepeda merah jambu yang dikendarai Junkyu. "Apa kau menggadaikan motormu?"

Decak kesal terdengar. "Ck, bukan urusanmu."

"Junkyu-hyung dan Jihoon-hyung benar-benar saling kenal." Haruto bergumam sendiri. "Dunia ternyata benar-benar sempit."

Anak itu menggaruk pipinya yang tidak gatal. Matanya bergantian memandang dua sosok remaja yang mengobrol dengan agresif. Di antara cara bicara Jihoon yang kental dengan dialek Busan dan ekspresi tidak senang di wajah Junkyu,  Haruto harus meyakinkan beberapa orang yang merupakan kenalan Jihoon, kalau dua alpha itu tidak sedang bertengkar.

"Jangan khawatir, mereka hanya saling menyapa."

Haruto, yang tidak ingin diusir, apalagi di-blacklist, dari dari pertemuan komunitas dancer di masa depan, berusaha menjelaskan. "Ah, iya, mereka selalu seperti ini. Tolong abaikan saja."

"Aku menantangmu." Park Jihoon menunjuk Junkyu tepat di hidung. "Untuk dance battle."

Junkyu menguap, mengeluarkan suara melengking seperti lumba-lumba yang membuat Haruto terkejut. Remaja itu menepis tangan Jihoon dan menolak mentah-mentah tantangannya. "Malas."

"Kenapa?" Nada suara Jihoon menantang. "Kau takut?"

Remaja bermarga Kim mengangkat bahu. Katanya, "Aku tidak begitu suka menari."

"Kau masih saja membosankan." Jihoon berbalik dan merangkul Haruto. "Aku akan mengajak Ruto saja."

"Eh, aku?" Haruto menunjuk diri sendiri.

Jihoon sedikit memelankan suaranya, dan membagikan sebuah rahasia. "Seseorang memberitahuku kalau mereka akan memberikan hadiah voucher tidak terbatas dari restoran ayam terkenal di Mapo-gu untuk penari terbaik sore ini."

Sesuatu tentang ucapan Jihoon menarik perhatian Junkyu. "Ayam?" Pupil matanya melebar dengan ketertarikan. "Dance battle berhadiah ayam?"

Remaja dengan pakaian crop top menjulurkan lidah. "Jika kau ingin mendapatkannya, kau harus mengalahkan aku dulu."

Junkyu melipat tangan di depan dada, dan segera mengkritisi. "Hadiahnya voucher unlimited, kau bisa memenangkannya dan memberikan satu porsi untukku. Bukannya itu lebih masuk akal?"

"Kenapa aku harus memberimu makan?" Jihoon berkacak pinggang, ekspresinya heran. "Memangnya aku ibumu?"

Jihoon beralih pada Haruto. "Lihat dia, Ruto-ya, begitu pemalas. Dia begitu sejak kami masih SMP."

Double Shots (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang