Ada sekelebat rasa bingung ketika Junkyu membuka mata dan menemukan dirinya berbaring di lantai berlapis bed cover, tepat di ruang kosong antara tempat tidur dan lemari pakaian. Pintu kamarnya terbuka lebar, dan seseorang tengah mengisi tempat tidurnya.Junkyu ingat, Mashiho tidak pulang. Temannya itu memilih untuk menginap.
Dengan mata setengah terbuka, Junkyu meraba lantai, mencari ponsel yang rupanya terselip di kolong lemari. Layar touchscreen menyala setelah ia menginput kata kunci. Junkyu menghabiskan satu menit pertama dengan memandang wallpaper ponselnya.
"Selamat pagi," ucapnya.
Foto Haruto di ponselnya tidak bisa bicara, dan Mashiho masih mendengkur samar di kasur. Satu-satunya yang membalas sapaannya adalah kicau burung di luar.
Sinar keemasan masuk lewat kisi jendela dan menyinari kamar tidur dengan rona yang akan Junkyu apresiasi, jika saja dia tidak melihat jam dan menyadari bahwa dirinya hampir terlambat. Lagi.
"Shiho, Mashiho!" Dia menyingkap selimut dan mengguncang bahu kawannya. "Ini hampir jam tujuh!"
Mashiho tidak kunjung bangun, jadi Junkyu meninggalkannya dan pergi ke kamar mandi. Ketika dia keluar memakai seragam, kawannya itu belum juga bangun. Mashiho hanya berubah posisi, membelakangi cahaya matahari yang mulai menjangkau tempat tidur.
Sekali lagi, Junkyu berusaha membangunkannya. "Kau mau masuk sekolah atau tidak?"
"Hmm?" Mashiho merapatkan selimut dan bergumam samar. "Lima menit lagi ..."
Junkyu akhirnya berangkat sendirian. Remaja itu setengah berlari menuju halte bus dengan ponsel di tangan.
Di bus, dia memeriksa ponselnya. Ada satu pesan dari Haruto, yang dia kirim tadi malam. Isinya singkat : Junkyu-hyung, aku sudah sampai di rumah.
Junkyu hanya tersenyum, tapi tidak membalas pesannya. Dia beralih pada aplikasi Twitter yang dia unduh beberapa minggu lalu. Remaja itu cukup terkejut untuk menemukan nol notifikasi di akunnya. Namun, ketika dia mengetik username Mashiho di bar pencarian dan membuka akunnya, dia melihat sebuah thread yang diunggah kemarin sore berisi deretan foto familiar.
Itu foto-foto yang dia ambil bersama Mashiho tahun lalu saat mereka mengunjungi Daelim Changgo di hari valentine. Ada satu foto candid Junkyu yang diambil Mashiho secara diam-diam saat dia tengah membaca daftar menu. Ada lilin, dua gelas kosong, dan karangan bunga. Nada romansa di foto itu benar-benar tidak bisa dibantah. Jadi, wajar saja kolom komentar, repost, dan quote ramai dengan ragam respons.
Kenapa tiba-tiba?
Aku tidak tahu Junkyu-hyung dan Mashiho berkencan.
Sial. Aku bahkan tidak tahu kalau dia menyukai laki-laki.
Remaja itu segera mematikan layar ponsel. Membaca komentar-komentar itu hanya membuatnya sakit kepala.
Di sekolah, orang-orang melirik ke arahnya. Beberapa bahkan cukup berani untuk bersiul dan menanyakan kenapa dia tidak berangkat bersama Mashiho seperti biasanya. Junkyu diam, tidak menjawab.
Di kelas, papan tulis dan mejanya kembali penuh dengan pesan anonim berisi cibiran, ungkapan kecewa, bahkan pertanyaan tidak sensitif tentang orientasinya. Teman-teman kelasnya hanya melihat dengan pandangan canggung, tidak tahu harus bersikap seperti apa. Kali ini, tidak satupun dari mereka membantunya membereskan kekacauan di papan tulis.
Bahkan Sung Chani, yang setiap hari selalu mencari kesempatan untuk dekat dengan Junkyu, tampak menjaga jarak. Gadis itu melihatnya dari sudut ruangan dengan pandangan yang sulit diartikan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Double Shots (END)
FanfictionJunkyu adalah seorang Alpha. Haruto--yang masih belia--tidak mungkin bermanifestasi sebagai apapun kecuali Alpha. Masalahnya, Junkyu tidak bisa lepas dari gravitasi seorang Haruto Watanabe.