Mood Junkyu rusak. Di antara kekhawatirannya tentang Haruto dan problematika yang dia hadapi di sekolah, rasanya Junkyu ingin menceburkan diri ke dasar Sungai Han. Hidup sebagai seekor salmon yang berenang mengikuti arus mulai terdengar seperti ide cemerlang di kepalanya.
Ngomong-ngomong, Mashiho bilang dia masuk sekolah hari ini, tapi untuk suatu alasan, ketika Junkyu mengajaknya untuk berangkat bersama, Mashiho menolak.
"Jangan tersinggung," kata Mashiho. "Tapi, kita tidak boleh terlihat terlalu dekat sekarang."
"Bagaimana saat pulang sekolah nanti?"
"Ada kelas tambahan hari ini. Jangan tunggu aku, pulang saja lebih dulu."
Jadi, Junkyu pergi ke sekolah sendirian, duduk di mejanya yang lagi-lagi penuh coretan, dan mencoba melewati hari ini tanpa insiden yang tidak mengenakkan.
Siangnya, di perjalan menuju kafetaria, ponsel di sakunya berdering dengan nada notifikasi. Kemudian, ponsel orang-orang di sekitarnya juga. Nada deringnya tumpang tindih, nyaris bersamaan.
Junkyu mengabaikan semuanya karena dia melihat Mashiho, kecil dan sendirian, di meja sudut sedang memegang ponsel barunya. Itu hal yang tidak biasa, Mashiho populer di sekolah. Jika tidak bersama Junkyu, dia selalu duduk dengan teman-teman dari klub basketnya. Dia tidak pernah melihat Mashiho dengan latar suasana sepi dan energi yang begitu rendah.
Apa teman-teman kelasnya menyulitkannya?
Ekspresi kosong remaja itu lantas disisipi riak-riak tidak menyenangkan. Keningnya mulai berkerut, dan jika itu mungkin, sudut bibirnya semakin menukik turun. Dia mengetik sesuatu di layar ponsel, lalu wajahnya berubah syok.
Mashiho buru-buru berdiri meninggalkan kafetaria. Makan siangnya terlantar di meja. Raut wajah remaja itu tak karuan dan bibirnya gemetar.
"Mashiho," panggil Junkyu. "Ada apa?"
Mashiho melewatinya begitu saja, seolah dia tidak melihat Junkyu di sana.
Mata Junkyu mengedar pada murid-murid di bangku kafetaria, seolah mereka bisa memberikan jawaban, tapi semuanya sibuk, bukan dengan makan siang--tapi dengan ponsel mereka.
"Apa ini sungguh Junkyu Oppa?"
Dia mendengar samar bisikan.
"Ini sungguh-sungguh mereka?"
Junkyu merasa telinganya panas. Dia menghampiri dua siswi kelas satu yang tengah membicarakannya. "Apa? Kenapa?"
Mata gadis-gadis itu bergantian memandang layar ponsel dan wajah Junkyu. Keduanya tidak kunjung bersuara, dan itu membuat Junkyu jengkel.
"Kau ...."
"Aku apa?" tantang Junkyu. Dagunya terangkat tinggi.
Agaknya, nada suara Junkyu membuat gadis-gadis itu panik. Satu dari mereka, yang memegang ponsel dengan case hitam, segera membalikkan layarnya menghadap Junkyu sebagai sebuah jawaban non verbal.
Ada laman grup KakaoTalk dengan beruang cokelatnya yang ikonik dan foto dua orang yang sedang berciuman di bawah sorot lampu temaram. Foto dengan nuansa blur itu, digubah sedemikian rupa sehingga Junkyu sempat percaya kalau di foto itu memang dirinya dan Mashiho.
Kecuali. Junkyu tidak punya pakaian seperti itu, dan dia tidak pernah mencium Mashiho. Tidak di pipi. Apalagi di bibir.
Remaja itu hanya melihat foto itu dengan mulut setengah terbuka. Di saat orang-orang mulai menyuarakan reaksi mereka, dia justru kehabisan kata-kata. Junkyu tidak pernah seterkejut ini sebelumnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Double Shots (END)
FanfictionJunkyu adalah seorang Alpha. Haruto--yang masih belia--tidak mungkin bermanifestasi sebagai apapun kecuali Alpha. Masalahnya, Junkyu tidak bisa lepas dari gravitasi seorang Haruto Watanabe.