Kita Yang Seperti Ini

256 46 8
                                    

Dua pasang kaki keluar dari balik pintu kaca. Ada lompatan kecil dalam tiap langkah mereka.

Junkyu mengatakan sesuatu tentang hal yang tadi terjadi di ruang karaoke. Haruto, yang awalnya hanya tersenyum geli, menjadi tertawa. Dia tertawa hingga terbatuk.

Mereka terhenti di tengah koridor. Junkyu harus menepuk punggung Haruto beberapa kali sampai batuknya terhenti.

"Sudah?"

Haruto mengangguk. "Aku baik-baik saja."

Mereka berjalan meninggalkan sektor Arcade, menuruni eskalator menuju lantai yang menjajakan Food and Beverage.

"Apa Hyung lapar? Ayo kita makan."

"Di mana kita akan makan?"

Sebagai jawaban, sosok yang lebih muda melambaikan voucher unlimited yang didapatkannya saat memenangkan dance battle tempo hari.

"Di restoran itu? Lagi?" tanya Junkyu. Dia sebenarnya senang, tapi bagaimana dengan Haruto?

Senyum di wajah Haruto pudar. Ia bertanya, ragu. "Bukankah itu resto favorit Hyung?"

"Itu benar," jawab Junkyu. "Tapi bagaimana dengan restoran favoritmu?"

"Hyung, aku bisa makan apa saja," Haruto berseloroh. Tangannya membuat gestur lebar, ujung-ujung jarinya menyentuh pegangan eskalator pada kedua sisi. "Semua restoran adalah favoritku."

Junkyu mengingatkan,
"Kau menangis saat kita memakan kimchi di rumah Mashiho."

"Tapi kimchi-nya memang terlalu pedas!"

"Itu hanya alasan. Kau memang seorang crybaby."

"Cry--"

Apapun itu yang akan Haruto katakan segera meninggalkan kepalanya saat Junkyu mengetuk pelan hidungnya dengan jari telunjuk. Haruto terdiam dengan mulut sedikit terbuka. Junkyu meninggalkan jejak aromanya di sana. Karena dengan setiap napas yang Haruto hela, dia bisa mencium aroma tubuh Junkyu.

Dia menyeka hidungnya, tepat di mana Junkyu menyentuhnya. Itu tidak mengubah apapun. Aroma kopi yang pekat tetap menguar.

"Hyung," katanya.

"Kenapa?"

Haruto membuka mulutnya, tapi sepatah katapun tidak kunjung menyuara. Kalimatnya telah dicuri.

"Tidak, tidak jadi."

Haruto membuang muka. Bukan karena dia marah atau semacamnya. Hanya saja, menatap mata Junkyu membuat sesuatu di dadanya gemetar, dan dia malu untuk mengakuinya.

Jadi, mereka mengunjungi salah satu outlet restoran favorit Junkyu. Junkyu memesan dua porsi dakgangjeong dan juga minuman.

Minuman dalam dua gelas plastik dan dua piring ayam goreng panas dengan lapisan saus merah segera di hidangkan di meja. Haruto mengambil satu potongan kecil dari piringnya, lalu memakannya dengan ragu. Warna saus yang merah menyala membuat dia sedikit terintimidasi.

"Oh," katanya. Matanya membulat. Ia tampak terkejut dengan rasa yang merebak di mulutnya. "Ini tidak pedas."

Junkyu hanya tersenyum. Dia tahu Haruto tidak begitu suka sesuatu yang pedas. Mana mungkin dia memesan sesuatu yang tidak bisa Haruto makan.

"Yang warnanya merah, tidak selalu pedas." Junkyu menjabarkan, "Dakgangjeong dibuat dari ayam tanpa tulang yang direndam dalam susu hingga lunak. Dibumbui dengan garam, lada, telur, dan tepung kanji. Setelah itu ayam akan digoreng dua kali dalam minyak sayur, lalu dibalut saus gangjeong yang manis."

Double Shots (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang