"Ponselku hilang," ungkap Mashiho.
"Hah?" Junkyu terkejut. "Kapan?"
"Kemarin," jawab Mashiho. Bibirnya tertekuk, suasana hatinya sedang buruk. "Aku sudah mencarinya ke mana-mana, tapi tidak ketemu."
"Tunggu, tunggu, ceritakan dari awal," pinta Junkyu. Dia meletakkan jari di dagu dan memiringkan kepala. "Bagaimana bisa ponselmu hilang?"
"Kemarin kelasku melakukan ujian, jadi kami mengumpulkan semua ponsel di depan kelas," Mashiho menjelaskan. "Saat jam pelajaran berakhir dan semua orang mengambil ponsel mereka, hanya milikku yang tidak ada."
"Mungkinkah salah satu temanmu yang mengambilnya?"
"Saat aku menyadari ponselku tidak ada, sebagian teman kelasku sudah pulang lebih dulu." Helaan napas terdengar dari sosok yang lebih kecil. "Aku berencana mencari tahu tentang itu hari ini."
Keduanya menaiki bus dan duduk di bangku terdepan. Cerita seputar misteri hilangnya ponsel Mashiho masih menjadi topik hangat di antara keduanya.
"Kau tidak menyimpan sesuatu yang aneh di ponselmu, 'kan?" Junkyu bertanya dengan nada pelan, tidak ingin orang lain mendengar dan berpikir yang tidak-tidak. "Seperti foto atau video?"
"Tentu saja tidak!" bantah Mashiho. Agaknya dia tersinggung.
"Jangan memasang wajah seperti itu," kata Junkyu. "Aku hanya memastikan."
"Dan foto-foto kita?" tanya Junkyu.
Kening Mashiho mengernyit. "Huh?"
Junkyu mengelaborasi. "Saat kita berkencan dulu."
"Oh, itu. Sebenarnya ...." Nada suaranya berubah ragu. "Aku sudah menghapus semuanya."
Matanya mencari sesuatu dalam wajah Junkyu. Ketika tidak menemukan apapun itu yang ia cari, remaja bermarga Takata itu bertanya. "Kau tidak tersinggung, 'kan?"
"Tidak," jawab Junkyu. Sosok yang lebih tua itu lantas membelokkan arah pembicaraan dengan mengungkit soal aplikasi perbankan di ponsel Mashiho.
"Ibuku sudah memblokir rekeningnya," jelas Mashiho.
"Sekalian saja kau meminta ponsel yang baru," kata Junkyu dengan santainya. "Tidak perlu repot-repot mencari ponsel lamamu."
"Hey!" Mashiho memukul lengannya. "Tidakkah kau penasaran siapa yang mengambilnya?"
'Sudah kuduga.' Junkyu memutar bola matanya ke arah langit-langit bus. 'Dia tidak benar-benar peduli soal ponselnya, dia lebih tertarik pada misteri yang ada,' batinnya.
"Bagaimana kita bisa berkomunikasi satu sama lain nantinya?"
"Apa maksudmu? Kita satu sekolah, kita bertemu nyaris setiap hari."
"Dan hari Minggu?"
"Aku sudah punya rencana di hari Minggu," ungkap Junkyu.
"Sepanjang hari?" selidik Mashiho.
Junkyu mengonfirmasi. "Sepanjang hari."
"Ugh, baiklah." Mashiho membuka tasnya dan mengeluarkan sebuah buku dan pena. "Tulis nomor teleponmu di sini. Aku akan menyimpannya saat ponsel baruku tiba nanti."
Sederet angka mulai Junkyu tulis di lembar terbelakang buku. "Kau memesan ponsel secara online?"
Ada anggukkan kecil. "Ponselnya masih dalam masa pre-order."
"Astaga."
-----
Ketika Junkyu masuk ke kelas, dia mendengar suara orang-orang di dalam yang tengah membicarakannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Double Shots (END)
FanficJunkyu adalah seorang Alpha. Haruto--yang masih belia--tidak mungkin bermanifestasi sebagai apapun kecuali Alpha. Masalahnya, Junkyu tidak bisa lepas dari gravitasi seorang Haruto Watanabe.