Sebagai individu, Asahi bahkan tidak menyukai Junkyu, tapi dia mengapresiasi bagaimana remaja yang lebih tua itu tidak tergesa-gesa dalam menyikapi apapun itu yang tengah terjadi antara dirinya dan Haruto. Terlebih saat beban emosional karena masalah kebocoran informasi pribadinya di laman Twitter dan soal Mashiho.
Ya, Asahi tahu soal Mashiho. Itu hanya kebetulan, sungguh. Dia bertemu Yoshinori saat membeli softlens kemarin. Remaja bermarga Kanemoto itu baru saja menemui bendahara dari yayasan kursusnya untuk membayar biaya bulanan, hanya untuk menemukan fakta bahwa seseorang telah membayar biaya kursusnya untuk satu semester ke depan.
Secara natural, tentu saja Yoshinori bertanya siapa yang membayarnya. Hal yang selanjutnya terjadi cukup menarik.
"Nyonya Komatsu mengatakan, secara teknis, tidak ada yang membayarnya. Hanya saja, seseorang yang telah membayar uang kursus hingga tiga semester ke depan mendadak keluar dari yayasan."
Wali dari murid misterius ini menolak refund dan berpesan agar dana yang telah masuk dapat dialokasikan untuk murid-murid lain di yayasan.
Asahi menggosok dagunya. "Kau tahu siapa lagi yang mendapatkan aliran untuk dua semester lainnya?"
Yoshinori menggeleng. Dia kemudian sedikit berbisik, seolah mereka tengah bergosip. "Aku lebih penasaran tentang siapa murid yang keluar dari yayasan. Dia begitu murah hati."
Asahi memutar bola matanya. "Bukankah itu sudah jelas?"
"Jelas bagaimana?" Sosok yang lebih tua mengerucutkan bibir. "Begitu banyak kelas, aku tidak kenal semua orang. Komatsu Sensei juga tidak mau memberitahuku."
Asahi memijat keningnya. Memikirkan bagaimana Yoshinori begitu pintar dalam Matematika, tapi payah dalam hal-hal semacam ini.
"Mashiho. Bukankah dia sudah melewatkan beberapa pertemuan?"
"Iya, lalu?" Yoshinori belum paham.
"Mashiho. Dia yang keluar dari tempat kursus."
"Eh?"
Setelah mereka berpisah dan Asahi sampai di rumah, ponselnya berdering dengan pesan dari Yoshinori. Remaja itu sedikit terlalu berdedikasi untuk mengungkapkan misteri kecil ini. Rupanya, Yoshinori kembali menemui Komatsu Sensei sore itu dan mendapatkan konfirmasi bahwa, ya, Mashiho benar-benar berhenti kursus.
Asahi hanya memandangi layar ponselnya, tidak membalas pesan Yoshinori. Toh, dia juga tidak tahu harus mengatakan apa.
Dua Minggu setelahnya, Asahi mengajak Haruto untuk menemaninya mencari buku untuk bahan ujian kelulusan. Jujur saja, semenjak naik ke kelas tiga, rasanya Asahi jadi sering sakit kepala. Bukan karena memikirkan pelajaran, tapi karena memikirkan keberlanjutan pendidikannya. Mengingat sekolahnya dan juga sekolah Haruto mengorientasikan alumninya untuk melanjutkan pendidikan maupun berkarir di Jepang.
Sangat disayangkan, bahkan cenderung tidak relevan, menurut Asahi. Dia dan seisi sekolah, meski semuanya berkewarganegaraan Jepang, semua pindah ke Korea untuk suatu alasan, 'kan?
Ia berjalan di lobi mall dan tengah mempertimbangkan opsi pergantian warga negara ketika Haruto tiba-tiba berceletuk.
"Kurasa Mashiho berhenti kursus."
"Apa Yoshinori memberitahunya?"
Secara natural, Asahi pura-pura tidak tahu apa-apa. "Oh ya? Darimana kau tahu?"
Haruto mengangkat bahu. "Aku hanya mengetahuinya."
Baiklah, anak itu memang punya intuisi yang tajam, jadi Asahi akan bermurah hati dan menerima jawaban tidak masuk akalnya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Double Shots (END)
FanfictionJunkyu adalah seorang Alpha. Haruto--yang masih belia--tidak mungkin bermanifestasi sebagai apapun kecuali Alpha. Masalahnya, Junkyu tidak bisa lepas dari gravitasi seorang Haruto Watanabe.