Malbourne 2023, Musim Semi
Ketika Agatha masuk, ruang kelas yang semula riuh dan ramai seketika menjadi sunyi. Diantara tiga puluh orang. Tiga orang sedang berdiri mengelilingi meja miliknya.
Dia ingin berbalik menghindari mereka dan berlari sejauh mungkin. Tetapi itu tidak akan pernah terjadi karena sebentar lagi pelajaran akan dimulai.
Pertunjukan apa lagi yang akan mereka tunjukan kepada mereka?aku akan menemani mereka bermain semoga saja ini tidak terlalu sakit.
Agatha melirik mereka sebentar, menundukkan kepala dan berjalan menuju kursinya sedikit agak menyesal. Dari ketiga tatapan yang terpaku pada tubuhnya, dia merasakan satu yang sangat dingin dan tajam.
Saat dia akan duduk dikursinya salah satu dari mereka merebut tempat duduknya tanpa rasa bersalah. Agatha mengangkat bulu matanya melirik Helena yang sedang duduk di kursinya dengan arogan.
Mata hitam Helena dibingkai dengan eyeliner, tatapan gelapnya menyampaikan ancaman yang kejam dan berbahaya.
Senyum jahat terbit di sudut bibirnya. Helena sengaja menjatuhkan bukunya. Buku berjatuhan dan berserakan di lantai, Agatha menekuk lutut memunguti buku yang berserakan dengan sabar.
Ketika buku terakhir diambil, kaki Helena menjepit sebelah tangannya dan menggosoknya dengan keras. Agatha mengatupkan giginya rapat-rapat untuk meringankan rasa sakit.
Dia harus tetap bertahan dan mempertahankan ekspresi tenangnya. Karena dengan begitu mereka akan kalah.
Meski mereka tahu jika teman sekelasnya sedang dirundung, mereka menutup mata dan telinga mengabaikan hal itu seolah masa itu akan berlalu begitu saja seperti hari sebelumnya.
Ketika ekspresi kesakitan terpasang di wajahnya Helena tertawa terbahak-bahak bersama dengan dua orang lainnya.
Saat dia bertanya. Kegembiraan luar biasa memenuhi hatinya. "Apa itu sakit?" Helena semakin menekan kakinya ke bawah seolah dia sedang menginjak serangga kotor dan menjijikan.
Lagipula tidak ada yang bisa menghentikan Helena.
Agatha memilih untuk tidak menjawab bahkan ketika mendengar nada bicaranya yang tajam. Dia lebih memilih diam dan tetap tenang.
Helena sangat membenci ketika gadis itu membisu seketika, dia sangat menikmati jika perempuan ini menderita. Tetapi ketika dia mengganggunya dia selalu menghadapinya dengan tenang dan sabar seolah olah itu semua tidak ada apa-apanya, hal itu sangat mengganggunya. Jadi dia selalu mengganggunya lagi dan lagi.
Helena semakin bersemangat untuk mengganggunya lagi, dia menarik rambutnya tanpa belas kasih.
Agatha bisa merasa kulit kepalanya, terbakar dan mengelupas.
Sebagian rambutnya berhamburan.
"Haruskah aku memotong rambutnya yang berminyak dan bau ini. "Dia bertanya pada kedua teman dekatnya.
Salah satu dari mereka yang memakai riasan paling tebal menjawab, "Aku juga ingin memotong rambut yang menjijikan itu tetapi sepertinya waktu kita tidak akan cukup. Sebentar lagi guru matematika akan datang. "
"Benarkah? Sayang sekali. " Dia menyayangkan hal itu.
Cecilia yang memakai lipstik merah menyala menyarankan. "Ele, kita bisa melanjutkannya nanti. "
Helena melepaskan cengkraman, merapikan rambutnya yang terurai ke belakang, dan merapikan seragamnya.
"Ya, kita lanjutkan nanti. "
Tanpa menunggu jawaban mereka beranjak pergi dan meninggalkan Agatha yang masih terduduk di lantai.
Saat pintu terbuka dengan bunyi klik, saat itulah Agatha berdiri dan duduk di kursinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Villain From Heaven
Romance"Aku sudah pernah bilang, jika kau berani pergi dariku, dengan murah hati aku akan menghancurkan hidupmu. " Lelaki itu tersenyum lembut, tetapi Agatha tahu jika dibalik senyum malaikatnya yang lembut itu ada iblis mengerikan yang sedang mengintai.