28. ANJING LIAR YANG PATUH

810 25 1
                                    

"Tato di tangannya?"Aku mengulang kedua kalimatnya seolah teringat sesuatu. Tetapi ketika aku menilik ke dalam hatiku aku tidak yakin.

"Ya tato ditangannya, aku tidak tahu persis apa tato itu karena saat itu sangatlah gelap. Tetapi dia masih sangat muda. "

"Jadi Agatha. " Ibu melanjutkan ucapannya. "Jika kau bertemu dengan Gustavo berlarilah sejauh mungkin, dia sepertinya merencanakan sesuatu. Bajingan gila itu seharusnya juga masuk penjara, karena dia ibu menjadi seperti ini. Ibu menyesal Agatha, menyesal karena menelantarkanmu, menyesal karena selalu membuatmu dalam situasi sulit, dan menyesal karena ibu selalu membuatmu sendiri. Ibu....ibuu..." Bianca menundukkan kepalanya. Air mata menggenang di sudut matanya. Dia terdiam sejenak dan melanjutkan. " Maafkan ibu Agatha, maaf karena selalu menyusahkan ku. Di penjara mengerikan ini ibu akan bertahan sekuat mungkin, 3 tahun kemudian setelah ibu keluar dari penjara ibu akan menebus semua waktu yang hilang. "

Aku sudah lama tidak berbicara sedekat ini bersama ibuku. Dinding kaca ini seribu kali lebih baik dari tembok tebal dan dingin yang membatasi kami. Di rumah kami, kami jarang bertemu dan bercengkrama. Setiap kali kita bertemu kami selalu bertengkar hebat dan pada akhirnya masalah tidak pernah terselesaikan. Tapi kali ini berbeda, ibu meminta maaf padaku. Mendengarnya hatiku meleleh. Tapi kenapa baru sekarang ibu, kenapa ibu? Aku ingin berteriak marah dan mengucapkan beberapa kata kasar. Tapi petugas kepolisian sudah memperingatiku karena waktu kunjungan tidak banyak lagi.

"Ibu kita akan bertemu di lain waktu, aku akan mengunjungi ibu sesering mungkin. Jadi ibu bertahan lah, aku menantikan waktu yang ibu janjikan. "

Aku sudah setengah berdiri dari kursiku tetapi itu melambaikan tangan supaya aku kembali duduk,dia ingin mengatakan sesuatu.

"Agatha, ibu tahu kau tidak akan semudah itu memaafkan ibu, ibu akan tetap menunggu, menunggu kau memaafkan ibumu yang bajingan ini. Tetapi Agatha ibu akan jauh lebih tenang jika kau tinggal di rumah Bibi Margaret, meski rumah itu sedikit jauh dari sekolahmu setidaknya ada orang yang menjagamu. "

Bibi Margaret adalah adik ibuku, mereka tinggal di pinggiran kota. Perlu waktu satu jam untuk sampai ke Malbourne High School menggunakan kereta paling cepat.

"Terimakasih sudah sedikit mempedulikanku, kau juga sedikit manusiawi setelah mengucapkan beberapa kata. Aku... Aku akan mempertimbangkannya. "

Bianca mengusap air matanya dan tersenyum samar. Bersama dengan itu dua petugas wanita menyeretnya. Aku masih terdiam disana memandangi punggung ibuku yang sepenuhnya menghilang.

"Ibu maaf, aku harap kau tetap baik-baik saja. "

.....

"Bagaimana keadaan ibumu?" Eros duduk di sampingku dan memainkan game di ponselnya.

"Sangat kacau, aku tidak tega melihatnya. "
Aku mengambil bantal di belakangku dan meletakan di atas pahaku.

"Eros? "

"Ya. " Dia menjawab tanpa perlu repot-repot mengangkat kepalanya.

Aku terdiam sejenak dan bertanya ragu-ragu.

"Aku ingin pergi ke rumah bibiku, apa aku boleh pergi?"

Eros meletakan ponselnya, sebelum menjawabku dia terdiam cukup lama.
Menunggu jawabannya sama saja menunggu jam makan siang. Perutku tiba-tiba mulas. Aku takut jika jawaban yang dia berikan tidak sesuai dengan keinginanku, tetapi siapa yang menyangka dia menjawab enteng.

"Boleh tetapi aku yang akan mengantarmu.

"Tapi apa kau akan baik-baik saja. "

Eros tersenyum dan mengulurkan tangannya menyuruhku duduk di pangkuannya.

"Tentu saja aku tidak baik-baik saja, tetapi kau juga perlu bertemu dengan keluargamu. Menghabiskan liburan bersama keluargamu itu juga tidak buruk. "

Aku duduk di pangkuannya.

"Terimakasih Eros. "

"Tidak masalah sayang. Kau adalah prioritas utamaku. Apapun yang kau inginkan akan aku berikan. "

"Kau tahu kan sayang kalau aku tidak bisa jauh-jauh darimu, jadi jangan pergi terlalu lama. "

Tersenyum. Dia memelukku dari belakang.

"Aku tidak akan lama. Tapi Eros, aku ingin menanyakan sesuatu. "

"Tanyakan, tidak usah takut ataupun ragu, kau bisa menanyakan semuanya. "

"I-tu bagaimana rasanya di dalam penjara?"

Eros tertawa keras. Mata hitamnya dipenuhi rasa geli. Aku mengerutkan kening bingung. Dia berhenti tertawa dan memutar tubuhku. Kini wajah kami sangatlah dekat. Dia menyalipkan rambutku ke belakang telinga dan memasang ekspresi wajah serius.

"Jika kau menanyakan bagaimana aku dipenjara kau salah Agatha. Karena penjara bagi orang-orang seperti kami layaknya hotel bintang lima. Kalau kau bertanya bagaimana keadaan di dalam penjara. Itu seperti neraka, sangat sangat mengerikan dan menyedihkan. Karena tidak kuat banyak orang yang memutuskan bunuh diri sebelum menyelesaikan hukuman. Tetapi aku akan menceritakan sebuah kisah dan kau harus mendengarnya baik-baik. "

"Ya, aku akan mendengarnya. "

Eros menghela nafas dan melanjutkan.

"Aku memiliki teman bernama Noah. Noah dipenjara karena membantai semua keluarganya. Dia membantai keluarganya karena bibi dan pamanya membuat orang yang paling ia sayangi menjadi cacat. Aku tidak tahu persis bagaimana ceritanya tapi
ia hanya menyisakan satu orang yaitu adik perempuannya. "

Eros mengedikan bahunya dan melanjutkan.

Well, waktu itu dia masih sekolah SD tapi sekarang maybe dia sudah SMA. Aku tidak terlalu ingat, satu minggu penahanan dia selalu di Bully dan di lecehkan, satu hari berikutnya mereka yang melecehkan Noah sudah mati satu persatu. Aku terkejut dan terkesan jadi aku menyogok sipir penjara dan memindahkan Noah satu sel denganku, kau tahu di tempat mengerikan seperti itu semakin banyak uang yang kau miliki semakin berkuasalah dirimu. Saat itulah kami sangat dekat. Noah seperti anjing pemburu yang patuh pada tuanya dan aku menyukainya. "

"Apa Noah yang membunuh mereka? Para tahanan yang mati itu? Kenapa kau mengambil Noah bersamamu?

"Ya, dia yang membunuhnya. Kau tahu kan Agatha aku lebih suka memelihara anjing liar daripada anjing rumahan. Karena setelah kau menjinakan anjing liar dia akan setia pada tuannya berbeda dengan anjing rumahan yang setelah di beri kenyamanan menggigit tuannya. "

Lelaki itu mengakhiri ceritanya seolah teringat sesuatu dia mengatakan.

"Aku lupa. Besok sepertinya hari kebebasan Noah. "

"Agatha? " Dia memanggilku.

"Ya. "

"Bagaimana kalau kita besok menjemput Noah terlebih dahulu sebelum mengatarmu kerumah bibimu. Kau tidak keberatan'kan Agatha? "

Aku merenung sejenak dan menjawab.
"Ya. Aku tidak masalah. "

Eros meletakan bibirnya ke bibirku. Dia melumat bibirku dengan lapar. Aku meletakan tanganganku di tengkuknya. Ciuman yang semula ringan menjadi ciuman yang panas. Aku merasa sedang berjalan ke arah bahaya yang menyenangkan. Melepas ciuman dia berbisik di telingaku.

"Aku mencintaimu Agatha. "

"Aku juga mencintaimu Eros. "

Seolah ingat sesuatu aku bertanya.

"Eros, kalau boleh tahu apa arti tato di punggung tanganmu? "

"Ini, " Eros mengangkat tangannya dan memperlihatkan kepadaku. "

Ya. Kau akan menjawabku kan Eros? "

Aku meraih tangannya dan mengecupnya.

"Jika kau menciumku. Aku akan mempertimbangkannya. "

Agatha meraih kedua pipinya dan menciumnya.

"Cinta yang hilang. "

Villain From HeavenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang