"Lakukanlah. Aku akan senang jika kau yang melakukannya. "
Eros melebarkan kakinya, mengedipkan sebelah matanya nakal. Aku bingung. Tetapi aku menuruti perintahnya tanpa penolakan. Segera jemariku melepas kancing celana dan menurunkan celananya. Dia melanjutkan dengan senyum tenang tidak menyembunyikan kegembiraannya.
Saat tanganku tidak sengaja menyentuh penisnya dia mengerang. Mata hitam yang menatap mataku seperti mata binatang buas yang kelaparan.
"Angkat pinggul mu dan masukkan penisku pelan-pelan. "
Aku sedikit terkejut. Bagaimana mungkin laki-laki ini mengatakan kalimat vulgar itu tanpa malu dan ragu sedikitpun.
"Tapi Eros sepertinya ini tidak akan muat. "
Aku melihat kejantanannya dengan tidak percaya diri. Itu besar dan kokoh. Dia tidak percaya benda itu bisa masuk ke dalam dirinya tanpa merobek miliknya.
Dia tertawa. Aku memalingkan muka malu tetapi Eros menjepit daguku memaksaku melihat jauh ke dalam mata hitamnya. Saat itulah jantungku berdebar kencang, nafasnya yang panas menyapu wajah. Seolah tersihir aku seketika terdiam.
"Itu pasti muat, apa kau tidak ingat saat aku menidurimu terakhir kali. "
Aku terpesona oleh iblis berwajah malaikat di depanku, suaranya yang dalam membakar ke dalam jiwaku. Lelaki itu membelai rambutku dan menyemangati ku.
"Kau pasti bisa. "
Aku menundukkan kepala, meraih penisnya ragu-ragu. Semburat berwarna kemerahan di wajahku sudah mencapai telingaku. Di genggaman tanganku, aku bisa merasakan benda itu begitu keras dan panas. Aku mengangkat pinggul dan memasukkan benda berukuran menawan itu perlahan.
Saat ujung bulat milik lelaki itu menjangkau bagian terdalam ku. Erangan keluar dari mulutku. Aku merasa benda itu memenuhi perut bagian bawahku, dengan kaku aku menggerakkan pinggul ku ke atas dan ke bawah.
Perasaan nikmat luar biasa kembali memenuhi diriku. Dia meremas pinggangku. Tangan disisi tubuhnya menyelinap masuk ke dalam dress hitam yang aku kenakan. Dia menangkup payudara ku yang naik turun dan memainkan nya lalu dia menundukkan kepala, lidahnya yang lembut dan basah menjilat leherku dan daun telingaku. Geleyar aneh muncul dari bekas kecupannya.
Lelaki itu mengangkat kepalanya, meraih bibirnya, dan melumatnya dengan liar. Agatha membalas ciuman dengan kikuk. Gadis itu tidak punya pengalaman sebanyak lelaki itu yang notabene merupakan ahli dan pakar dalam urusan bercinta.
"Hmm. Kau sangat sempit dan sesak sayang. Aku seperti dimakan olehmu. "
Kedua lututku lemas, tubuh bagian bawahku berdenyut. Aku merasa sesuatu akan keluar dari milikku. Jadi aku mempercepat gerakan ku.
"Ya seperti itu sedikit lagi. "Lelaki mencekik leherku dengan kuat.
Aku tidak bisa bernafas dengan benar.
"E- ros kau men-cekik-ku. "
"Aku sengaja melakukannya dengan begitu kau bisa menggerakkan pinggulmu lebih cepat. "
Cengkeraman tangan Eros di leherku seolah ingin meremukkan tulang leherku.
Dalam kesakitan dan ketidakberdayaan aku menggoyangkan pinggulku lebih cepat dan lebih cepat lagi.Tidak lama kemudian, erangan panjang keluar dari mulutku, aku meremas rambutnya dengan kuat. Bersama dengan itu penis lelaki itu semakin membengkak dan membesar. Aku bisa merasakan di dalam diriku pria kejam itu mengeluarkan cairan maninya yang tidak sedikit.
Lelaki itu melonggarkan cengkraman di leherku aku terbatuk keras.
Eros menyandarkan kepalanya di dadaku, Rasa nikmat karena pelepasan belum juga hilang dari tubuhku. Eros mengecup keningku dan merapikan pakaianku. Senyum manis terpasang di wajah tampannya, dia berbisik di telingaku.
"Maaf itu karena kau sangat seksi dan mempesona Agatha. Apa kau baik-baik saja. "
Eros memeriksa leherku.
"Aku tidak apa-apa ini tidak sakit sama sekali. "Kilahku.
"Maaf. " Lelaki itu menundukkan kepalanya. Bersalah
"Ini tidak apa-apa kau lihat kan. "
Aku mengangkat daguku memperlihatkan garis kemerahan yang melingkar di leherku.
"Itu sedikit kemerahan. "
Lelaki itu mengusap leherku lembut lalu mengecupnya.
Aku mengerutkan pundakku dan memundurkan kepala. Tetapi Eros segera menjangkau punggungku dan mendorongnya ke depan. Menoleh sekilas, dia menatapku dan berbisik ditelingaku.
"Sekarang kembalilah ketempatmu kita akan melanjutkan perjalanan, sepertinya orang yang ada di belakang kita sudah tidak sabar. "
Aku menolehkan kepala menatap seorang pria yang sedang menggedor-gedor kaca mobil dengan tidak sabar.
Dia memaki dan berteriak marah.
"Orang-orang sialan! Tidak tahu aturan! Cepat jalankan mobilmu sialan!"
Berbeda dengan Eros yang santai. Terkesiap aku segera turun dari pangkuannya dan kembali duduk di tempatku. Aku sangat malu saking malunya aku memalingkan muka dan menutupi wajahku dengan kedua tangan ku. Dari celah-celah jemariku aku memandang lelaki itu. Disana aku melihat Eros tidak bergeming, dia terlihat sangat santai seolah kejadian yang baru saja terjadi bukan masalah serius bahkan dia sengaja mengelap cairan yang membasahi pahanya dengan gerakan lambat.
Hal itu membuat orang di seberang jendela semakin murka. Kini tidak hanya satu orang yang menegurnya tetapi beberapa orang sedang mengelilingi mobilnya. Tapi lelaki itu tidak mengindahkan, dia menyeringai licik dan memakai celananya lagi.
Eros menurunkan kaca mobilnya sedikit, memaki seorang pria berkepala plontos yang berdiri di balik kaca mobil dengan suara tinggi.
"Bajingan! singkirkan tanganmu dari mobilku!"
Dia lantas menyalakan mobil dan memutar kemudinya. Terkejut karena gerakan yang tiba-tiba, orang yang mengelilingi mobil mundur ke belakang. Dikejauhan aku masih mendengar teriakan dan kemarahan mereka dengan jelas. Tapi lelaki itu tidak peduli sama sekali. Aku yang mengetahui hal itu hanya menggelengkan kepala pelan.
Lelaki itu sudah gila tetapi aku lebih gila lagi. Sungguh ini adalah pengalaman yang tidak akan pernah aku lupakan seumur hidupku. Di balik hujan yang deras ada cerita tersembunyi, cerita yang hanya aku dan Eros ketahui.
Bukankah itu sangat manis.
.....
Agatha duduk resah di kursinya matanya tidak henti-hentinya memandangi nomor antrian yang ada di telapak tangannya. Ketika namanya dipanggil Agatha segera bangkit dari tempat duduk dan menyerahkan nomor antrian kepada petugas. Sebelum dia masuk ke ruang kunjungan dia merapikan dress hitam yang ia kenakan, jemarinya yang lentik merapikan rambut hitamnya ke belakang. Setelah semuanya rapi Agatha menarik nafasnya dalam-dalam dan menghembusnya. Ya dia harus terlihat baik supaya Bianca tidak mencemaskannya.
Agatha duduk di depan dinding kaca, di depan dinding kaca ada alat komunikasi yang berbentuk telepon rumah.
Tidak lama kemudian seorang wanita cantik, berpakaian khas penjara duduk dihadapannya. Wajahnya yang cantik terlihat lelah dan sedih. Agatha baru pertama kalinya menemui ekspresi Bianca yang seperti ini di hari sebelumnya ibunya tidak pernah menampakkan ekspresi semacam itu. Melihatnya hati Agatha terenyuh.
Agatha mengangkat gagang telepon dan berbicara dari balik dinding kaca
"Ibu bagaimana keadaanmu?"
Bianca membalas,
"Ibu tidak baik-baik saja Agatha. Pria bajingan itu yang membuat ibu masuk penjara?"
"Siapa yang ibu maksud?"
Wajahnya yang tirus sedikit memerah, suaranya bergetar karena amarah.
"Gustavo. Gustavo yang melakukan. Dia bertemu dengan pria asing, dia memiliki tato di punggung tangannya. "
KAMU SEDANG MEMBACA
Villain From Heaven
Romance"Aku sudah pernah bilang, jika kau berani pergi dariku, dengan murah hati aku akan menghancurkan hidupmu. " Lelaki itu tersenyum lembut, tetapi Agatha tahu jika dibalik senyum malaikatnya yang lembut itu ada iblis mengerikan yang sedang mengintai.