Malbourne, 23.15
Dum!
Dum!
Dum!
Suara tepakkan kaki terdengar menggebu-gebu, memecah kesunyinan malam. Udara malam yang terasa dingin berubah panas. Keringat menetes membasahi sekujur tubuhnya. Agatha terus berlari menebus kelamnya malam seorang diri, dengan cepat Agatha melewati gang-gang sepi yang membentang di hadapannya. Waktu menunjukkan tengah malam. Deru nafasnya kian kasar, bersama dengan kaki yang terus mengayun tanpa henti. Saat ini ketakutan menyerang dirinya. Tubuhnya bergetar, air mata jatuh dari rongga matanya. Tidak jauh dibelakangnya seseorang sedang mengikutinya.
Sejak kembali dari minimarket untuk membeli beberapa makanan ringan, Agatha menyadari jika orang itu terus mengawasinya. Meski dia berada di tempat ramai, pandangan itu hanya tertuju padanya. Agatha tidak punya keberanian untuk menghampiri atau bertanya langsung. Dia hanya bisa berharap dan berdoa, semoga penguntit itu tidak mengejarnya lagi.
"Siapapun itu tolong selamatkan aku! " Agatha berteriak di dalam hatinya, dengan hati-hati Agatha mengamati sekeliling, berharap ada seseorang yang datang menyelamatknya. Namun, sayang sepanjang ia berlari tidak ada satupun warga yang menampakan dirinya. Hanya ada dirinya dan penguntit sialan itu. Tiba-tiba kerinduan pada kekasihnya semakin membuncah. Seandainya Eros ada disini,dia tidak akan terlibat dalam situasi mengerikan ini.
Agatha mengeluarkan ponsel dari saku celananya, dengan panik dia menekan nomor darurat. Namun, sayang, sekali lagi keberuntungkan tidak berpihak padanya. Ponsel yang ada di genggamannya kehabisan batrai.
Pria itu telah mengintainya beberapa hari ini, mulai dari di sekolah dan ditempat ramai-lainnya. Akan tetapi baru kali ini dia senekat itu menunjukkan dirinya. Entah apa yang dia inginkan dari dirinya Agatha tidak tahu. Dilihat dari pakaiannya yang selalu mengenakan pakaian serba hitam dari atas hingga kakinya. Agatha semakin yakin jika pria itu memiliki maksud yang buruk.
Selain itu yang lebih parahnya lagi pria itu membawa pisau di tangannya.
Pria itu benar-benar mengerikan. Bagaimana mungkin psikopat gila itu bebas berkeliaran di tempat umum seperti ini. Apa dia seorang buronan yang diceritaan akhir-akhir ini? Jika ya, habislah dia.
Pernah suatu ketika Agatha tidak sengaja menguping pembicaraan teman sekelasnya. Mereka membicarakan penjahat kejam yang suka memperkosa korbannya, dan yang paling gila lagi sesudah penjahat itu memperkosa dan membunuh korbannya. Dia memotong puting payudara korbannya dan menyimpannya sebagai aksesoris.
"Ya tuhan, hidupku sudah menderita. Kumohon selamatkan aku. " Kata Agatha berurai air mata. Walau tubuh Agatha sudah lelah, dia terus berlari. Dia tidak ingin berakhir mengenaskan seperti korban lainnya.
Tidak lama kemudian Agatha sampai di halaman rumah bibinya. Secepat kilat Agatha masuk dan mengunci pintunya. Tidak lupa dia mendorong sofa berukuran sedang dan beberapa perabotan rumah untuk mengganjal pintu.
Tubuh Agatha luruh di atas lantai. Dia memeluk lututnya dengan erat dan menangis tersedu-sedu. Agatha sendirian di dalam rumah. Bibi dan pamannya sedang melakukan perjalanan bisnis dan mungkin akan kembali keesokan harinya. Sedangkan Justin, mungkin menginap di kantornya.
Setelah cukup tenang, Agatha perlahan-lahan bangkit dari tempat duduk dan menyalakan lilin. Dia melirik jam dinding sekilas. Ternyata sudah jam dua belas malam. Karena besok ada ujian tertulis, mau tidak mau Agatha harus segera tidur.
Dengan raut wajah lelah, Agatha memutuskan untuk kembali ke kamarnya. Ia sengaja membiarkan seluruh ruangan dalam keadaan gelap gulita. Hal itu dia lakukan bukan tanpa alasan, dia tidak ingin memancing penguntit sialan itu masuk ke dalam rumah.
Agatha menaiki tangga satu persatu. Saat tangga terakhir berhasil dia jangkau, seseorang muncul dari balik pintu. Pria gila yang mengejarnya tadi, kini berdiri di hadapannya.
....
Shanghai, 2023
Malam itu meski udara sangat dingin, kawasan di sekitar itu masih terlihat ramai. Banyak pejalan kaki yang menyeberang, selain itu pun beberapa pengunjung masih bergerombol di sebuah pusat perbelanjaan. Deretan pertokoan dan bangunan-bangunan bergaya Tiongkok kuno terjejer rapi di kawasan ini.
Di tengah kota Shanghai berdiri bangunan megah, bergaya Eropa modern. Bangunan yang tampak mencolok dan berkilauan itu tidak pernah sepi pengunjung. Di depan pintu kaca berdiri beberapa penjaga bertubuh besar. Sorot matanya yang tajam mengamati setiap orang yang berlalu lalang.
Bangunan megah ini adalah Casino Babylon. Mereka memiliki 3 lantai yang dilengkapi dengan berbagai permainan judi. Mulai dari menggunakan mesin atau tenaga manual. Hotel ada di lantai atas. Lantai 2 merupakan tempat judi eksklusif khusus untuk pemain yang ingin berjudi dengan bandar secara private sedangkan lantai 3 diperuntukan untuk siapa saja. Lobi hotel dihiasi lampu gantung kristal nan indah, beberapa pajangan antik dan unik dari berbagai belahan dunia, giok dari dinasti ming bisa dilihat disini.
Eros duduk di kursi kebesarannya, kedua kaki di luruskan di atas meja. Jas hitam yang ia kenakan melekat sempurna di tubuhnya.
Bernart menyerahkan beberapa berkas di mejanya. Keningnya berkerut kala dia menemukan sesuatu yang tidak sesuai dengan keinginannya. "Kenapa keuntungan bulan ini lebih rendah dari bulan kemarin? "
Kecemasan tiba-tiba menyerangnya. "Ada sedikit masalah di bagian penarikan. "
"Bukankah itu pekerjaan mudah, haruskah aku yang melakukannya?!"
"Bukan begitu Tuan, hanya saja tuan Ares.... "
Bernart berhenti sejenak tampak ragu dengan ucapannya. "Dia melarikan diri. "
Eros mengatupkan giginya rapat-rapat kala nama itu disebutkan. Wajah tampannya yang selalu mempesona tampak suram dan mengerikan. "Sudah kirim orang-orang? "
"Mereka dalam perjalanan. "Jawab Bernart cepat-cepat.
Eros bangkit dari tempat duduk, mengambil botol wine dan melemparnya. Mereka yang ada disana terdiam seketika. "Kirim lebih banyak orang, aku ingin pengacau itu ditemukan! Jika dalam waktu 6 jam kalian belum juga menemukannya. Aku akan menutup kerugian dengan organ tubuh kalian! "
Bawahan yang sedang berkumpul di ruangan itu, menganggukan kepalanya. Mereka lantas keluar dari ruangan dan masuk ke dalam mobil.
Ares si pengacau itu harus segera ditemukan jika tidak sesuatu yang buruk akan menimpa keluarga dan orang terdekatnya. Ketika dia memikirkan hal itu terlintas satu nama yaitu kekasihnya Agatha. Haruskah dia menelponya terlebih dahulu? Tetapi jika dia menelpon kekasihnya dahulu, rencananya akan sia-sia. Dia ingin kekasihnya dahulu lah yang menelponnya. Dia ingin melihat seberapa dalam rasa frustasi dan keputusasaan Agatha tanpa dirinya. Maka dari itu Eros menghubungi Noah teman satu selnya dulu dan mungkin dia sekarang sudah berada di rumah Justin, rencana untuk menanamkan rasa takut, kegilaan, dan kekacauan pada diri Agatha tidak boleh gagal.
Hanyalah dirinya. Eros Arthur William yang bisa manariknya dari kegelapan. Bukan Justin, bukan pula Bianca, hanya dia, dia, dan dia.
Sambil menatap layar ponsel, Eros menghitung di dalam hatinya. "Satu, dua, tiga. "
Tidak ada perubahan.
Sekali lagi ia menghitung di dalam hatinya.
"Satu, dua, tiga. "Masih sama tidak ada perubahan.
Resah, Eros keluar dari ruangan lalu berdiri di pinggir balkon. Ada perasaan tidak enak yang menyesakkan dadanya. Dan itu sangat menganggunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Villain From Heaven
Romansa"Aku sudah pernah bilang, jika kau berani pergi dariku, dengan murah hati aku akan menghancurkan hidupmu. " Lelaki itu tersenyum lembut, tetapi Agatha tahu jika dibalik senyum malaikatnya yang lembut itu ada iblis mengerikan yang sedang mengintai.