Sepanjang hidup Agatha selain hari Natal dan hari libur lainnya. Dia selalu menantikan hari minggu. Hari minggu seperti obat yang mujarab. Di hari Minggu Helena dan gengnya tidak bisa menyentuh atau mengganggunya seperti saat di sekolah.
Agatha keluar rumah memakai celana hitam pendek selutut dan kaos polos berwarna merah. Penampilan Agatha persis seperti hantu. Lingkaran berwarna hitam muncul di bawah matanya. Rambut dan penampilannya acak-acakan seperti orang gila.
Agatha pulang ke rumah saat ibunya sudah pergi bekerja.
Bianca bekerja di salah satu klub malam terbesar di kotanya sebagai penyanyi. Meski umur Bianca sudah tidak muda lagi tetapi dia masih cantik dan terlihat muda.
Kadang jika tidak diamati dengan betul, mereka akan tertipu penampilan Bianca yang seperti wanita muda. Seperti Gustavo contohnya, kekasih ibunya yang baru. Gustavo 9 tahun lebih muda dari ibunya, Bianca.
Bianca berusia 38 tahun sedangkan Gustavo masih berusia 29 tahun. Perbedaan umur ini sangat jauh tetapi jika mereka disandingkan Bianca akan terlihat muda dari umur aslinya.
Agatha mewarisi kecantikan dari ibunya yang berbeda adalah matanya. Jika mata Agatha besar seperti boneka mata Bianca sipit seperti orang China.
Di hari minggunya yang indah Agatha membawa Franki anjing huski kesayangannya jalan-jalan.
Dia berhenti di taman dan duduk di pinggir danau. Tidak lupa dia mengikat tali Anjing pada batu besar di sebelahnya.
Di seberang danau ada beberapa orang yang menikmati liburannya. Rata-rata dari mereka sudah berkeluarga. Mereka piknik dan bersantai bersama keluarga menikmati hari libur.
Di seberang lainnya dia membaringkan tubuhnya di atas rumput yang masih basah karena embun. Agatha memejamkan mata, menikmati semilir angin yang menyejukkan. Kepalanya mendongak ke atas melihat langit biru yang terbentang dari celah-celah jemarinya. Cahaya hangat matahari pagi singgah di wajahnya.
Franki duduk di samping dan sedikit menggonggong. Gonggongan itu mengingatkan pada aksinya tadi malam. Semburan berwarna merah muncul di pipinya. Dia sangat malu.
Agatha meletakan kepala di tanah bertumpu pada lengannya. Dia menolehkan kepala sedikit mengamati setiap gerakkan Anjing tanpa berkedip.
Sarena tetangganya mendekat dan menyapanya. "Agatha. "
"Hmm. "
"Kamu juga ada disini? Aku pikir kamu akan melakukan perjalanan isengmu seperti biasa?"
Tidak ingin beranjak, dia menoleh sedikit dan mendongak, "Ya aku disini. Aku ingin libur dan bersenang-senang di hari Minggu. "
Acara iseng yang Sarena maksud adalah menaiki bus dan berhenti di terminal tanpa tujuan yang pasti. Setelah dia sampai ke terminal dia akan naik bus lagi kembali kerumahnya. Jika dia punya uang lebih dia akan naik kereta dan melakukan hal sama.
Sungguh keisengan yang aneh dan langka.
Selain itu juga dia biasa mengendarai motor, berkeliling kota, dan berwisata ke tempat agak jauh. Tujuannya adalah menghindari berpapasan dengan Helena.
Sarena duduk di sebelah Agatha dan mengelus-elus bulu kelabu halus Franki. "Memang seharusnya kamu tetap di rumah dan tidak membuang-buang uangmu. "
"Inginnya juga begitu tapi dia masih menggangguku. "Agatha menurunkan kepala dan kembali menatap langit.
Gerakan tangan Sarena terhenti. Tertegun ketika mendengar ucapan Agatha. Dia dengan marah berkata, "Dia masih mengganggumu? Bukankah itu sudah keterlaluan. Seharusnya kau melaporkan dia kepolisi. "
KAMU SEDANG MEMBACA
Villain From Heaven
Romance"Aku sudah pernah bilang, jika kau berani pergi dariku, dengan murah hati aku akan menghancurkan hidupmu. " Lelaki itu tersenyum lembut, tetapi Agatha tahu jika dibalik senyum malaikatnya yang lembut itu ada iblis mengerikan yang sedang mengintai.