11. DORONGAN LIAR

1.5K 55 3
                                    

"A-pa?"Agatha mengerutkan kening sedikit terkejut dengan ucapannya.

Lelaki itu semakin mendekat. Mengikis jarak yang hanya tinggal sejengkal. Tubuhnya yang menjulang tinggi secara efektif membentuk bayangan hitam di atasnya. Wajah mereka sangat dekat tetapi karena perbedaan tinggi yang mencolok.

Tatapan matanya jatuh pada bahunya yang lebar. Lelaki itu memakai kemeja berwarna hitam, kancing bagian atasnya sebagian tidak di kaitkan memperlihatkan lehernya yang jenjang dan tulang selangka terlihat jelas.

Tersadar dia segera menutupi wajahnya dengan panik. Tidak seharusnya dia menatapnya seperti itu. Hal itu sangat memalukan dan tidak etis. Dia menurunkan pandangan menatap ujung sepatunya dengan gugup.

Eros memergokinya. Matanya menatap mata hitam jernih di bawahnya dan tersenyum menggoda. "Haruskah aku melepas semuanya agar kau bisa melihatnya dengan puas?"

Agatha tercengang ketika aksinya tertangkap basah, dia mengangkat kepala gelisah dan menurunkannya. "A-pa? Tid-ak bukan seperti itu maksudku. Itu aku tidak sengaja melihatnya. "Dia berusaha menyelesaikan semua kalimatnya dengan benar.

Eros mengangkat sebelah alisnya dan tersenyum aneh. "Tidak sengaja ya?"

Lelaki itu maju selangkah, sebagai gantinya dia reflek mundur ke belakang. Dia berhenti mundur ketika punggungnya menabrak dinding di belakangnya. Jantungnya berdebar tidak karuan seperti drum yang dipukul, semburat berwarna merah menghiasi pipi dan telinganya. Ruangan yang lenggang terasa sempit dan menyesakkan.

Eros tertawa pelan merasa lucu dengan reaksi wanita itu, dia menurunkan tangannya, dan membelai wajahnya dengan lembut.

"Aku hanya bercanda....sekarang kemasi barang mu dan pulang bersamaku. "

Agatha meletakan telapak tangannya diatas punggung tangan Eros dan memeganginya.

Matanya tertuju pada tangan Eros.
Jari-jarinya yang panjang, ruas-ruasnya yang tebal serta pembuluh darah kecil di atas punggung tangannya yang tertutup tato membuatnya tampak maskulin.

Meski tangan itu kekar dan kuat tetapi tangan itu adalah tangan terlembut dan terhangat yang pernah dia rasakan sepanjang hidupnya. Tangan yang membantu dan menuntun keluar dari kegelapan tanpa ragu.

Ternyata dia memiliki satu orang yang peduli padanya dan itu sudah cukup.

Kening Agatha sedikit berkerut ketika menatap tato berbentuk tulisan 'lo peor de la muerte' dengan rantai di atasnya.

"Mengapa aku baru tahu kalau kamu memiliki tato di tanganmu?"

"Ini. "Eros menurunkan kepala dan menarik ujung lengan bajunya.

"Aku sudah memiliki dari dulu, kau saja yang tidak menyadari. Ketika kau berbicara denganku kau tidak menatap mataku, tetapi malah menatap ujung sepatumu. Selain itu disini juga ada. "Eros meraih tangannya dan meletakan di lehernya.

Agatha melihat tato kecil dengan tinta hitam bertuliskan ' amor perdido' di leher samping, tepat di bawah telinganya.

Dengan gugup dan canggung Agatha menarik lengannya dan meletakan di belakang tubuhnya. "Apa artinya? itu seperti bahasa asing?"

"Lihat kau tidak menatapku lagi tapi melihat ujung sepatumu?"

Eros terdiam sejenak, kemudian tangannya meraih dagu Agatha dengan kasar dan menariknya ke atas memaksanya melihat. "Lihat aku Agatha, jangan lihat yang lainnya. "

Agatha menatap mata hitamnya yang dingin lekat-lekat. Wajah tampannya sedikit menakutkan karena marah. Dia menggigit bibirnya bersalah.

Dia berbicara dengan nada yang cukup mengintimidasi. Agatha masih terdiam karena dia tahu Eros masih ingin berbicara. "Ketika bersamaku hanya lihatlah aku Agatha, jika kau terus melihat lainnya aku akan mencongkel matamu?"

Dia berhenti berbicara seolah sedang menunggu jawabannya. Tapi Agatha tidak bisa berkata-kata lagi dia terlalu syok dan kaget. Tetapi kemudian pada akhirnya dia hanya menganggukkan kepala sebagai jawabannya.

Ketidaksenangan di wajahnya berangsung-angsur menghilang.

Eros tersenyum puas dan mengguncang bahunya sedikit. "Bagus Agatha aku sangat menyukai sikapmu. Seterusnya bersikaplah seperti ini. "

"Ya. Aku tahu. "

"Sekarang tanyakan apa arti tato ini kepadaku. "

"Apa artinya?"

Eros tersenyum menawan, "Ini. "Dia memperlihatkan tangannya dan melanjutkan. "Dari bahasa Spanyol yang artinya. 'Yang terburuk dari kematian'. Sedangkan ini Eros menolehkan kepala ke arah berlawanan. "Kau bisa cari tahu sendiri artinya aku tidak akan memberitahumu. "

Apa-apaan itu bukankah dia yang menyuruh ku untuk bertanya. Tetapi kenapa dia tidak ingin memberitahunya.

Agatha ingin mengucapkan ketidaksetujuan secara langsung tetapi dia mengurungkan niatnya.

"Segera kemasi barang mu sebelum para renternir kesini dan membawamu pergi sebagai jaminan. Kau tidak ingin aku membunuh mereka satu-persatu bukan?"

Agatha menganggukkan kepala, memasukkan beberapa barang di dalam koper ungu. Tidak lupa mengecek dan memastikan sekali lagi. Setelah semua barang masuk ke dalam koper Agatha mengangguk puas dan menaruh kopernya ke bagasi.

Suaranya yang berat dan dalam memerintahnya.
"Pasang sabuk pengaman dengan benar. "

Dengan patuh dia memasang sabuk pengaman dengan benar. Saat mobil melaju dengan kecepatan sedang di jalanan ibukota.

Agatha memejamkan mata mencoba untuk tidur, tubuh dan pikirannya lelah.

***

Senyum tumbuh di sudut bibirnya ketika melihat Agatha tertidur dengan damai. Tidak lama kemudian mobil berhenti di kawasan elite.

Dia menepuk-nepuk pipi Agatha ringan tetapi gadis itu tidak kunjung bangun dan masih setia dengan mimpinya.

Eros menghela nafas dan menggelengkan kepala frustasi. Kedua tangannya mengangkat tubuh mungil Agatha masuk ke dalam rumah.

Matanya menatap lekat wajah cantik, luar biasa yang seperti boneka sedang tertidur pulas di atas ranjangnya. Jemarinya merapikan beberapa helai rambut yang menutupi sebagian wajahnya, jemari itu mulai menyusuri matanya lalu turun ke hidungnya dan ke bibirnya yang tipis. Ujung jemarinya dengan kurang ajar mengusap bibir mungil itu, memaksa masuk dan mengaduk ke dalamnya.

Dorongan liar untuk melahap bibir mungil itu dengan bibirnya memenuhi dirinya seperti opium yang candu.

Eros semakin menundukkan kepala mendekatkan bibirnya pada bibir mungil sang gadis. Tapi gerakan itu tiba-tiba berhenti saat sang gadis mulai mengerutkan kening dan menggerakkan matanya sedikit. Setetes air mata jatuh dari sudut matanya dan menempel di pipinya yang halus.

Tanpa ragu dia menjilat air mata yang menempel disana hingga bersih. Tangannya mengepal erat. Rasa air mata itu asin tapi ada juga rasa sakit di dalamnya.

Gadis itu sedang bermimpi buruk.

Eros memakai jaketnya kasar dan keluar dari rumah dengan tergesa-gesa.

Dia harus menemui seseorang.

***

Di Klub Malam Playhouse

Lelaki itu duduk di sudut ruangan. Menyilangkan kaki panjangnya dengan angkuh di kursi biru panjang yang di khususkan untuk anggota VVIP. Rambut peraknya berkilauan di bawah lampu diskotik yang berwarna-warni. Meski hanya memakai pakaian kasual ketampanan masih terpancar di wajahnya.

Banyak wanita yang ingin duduk di pangkuannya tetapi dia menolaknya dengan halus. Mata hitamnya menatap sekeliling dan berhenti pada penari striptis yang memakai pakaian vulgar.

Wanita itu meliuk-liukkan tubuhnya dengan gerakan merangsang dan mulai menanggalkan pakaiannya satu persatu.

Lelaki itu tersenyum saat dia membalas tatapan matanya.

Villain From HeavenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang