Saat Agatha pulang ke rumah, senja berwarna kemerahan menghiasi langit. Pohon yang berwarna kehijauan menghitam karena kehilangan cahayanya.
Di balik pintu yang tertutup terdengar suara-suara yang cukup membuat telinga siapa pun terbakar. Dia yakin jika itu adalah suara itu. Agatha melakukan yang terbaik untuk menjaga ekspresinya tetap datar.
Erangan terakhir keluar dari balik pintu yang tertutup. Dia menggigit ujung kukunya dan menyandarkan punggungnya di dinding.
Dia menunggu dengan bosan setelah 5 menit berlalu pintu terbuka, dan Bianca keluar dari pintu. Bianca mendorong rambutnya yang berkeringat ke belakang. Pupil hitam di matanya melebar.
Kalimat yang dia ucapkan untuk pertama kalinya adalah, "Apa kamu memotong rambutmu?"
Bianca memeriksa rambut Agatha dengan tidak sabar. Rambut yang seharusnya panjang kini hanya tinggal sepanjang telinga bawah. Dia mengacak-acak rambutnya dengan kesal. Agatha mengangkat tangan, meraih pergelangan tangan Bianca dan melemparkannya dengan kasar. Dia berteriak marah "Hentikan ibu! Apa yang ibu tahu?!
Merasakan perubahan emosi Agatha yang mendadak Bianca meninggikan suara dan berkata,
"Agatha katakan apa yang terjadi!"Dia melengkungkan bibir dan tertawa. "Memang ibu punya hak untuk menanyakan itu?" Bukankah ibu selalu sibuk berpacaran dengan pria sialan itu?!"
Bianca mengangkat tangan, menampar wajah Agatha dengan keras.
Plakk!
Pipinya terbakar. Agatha meletakan telapak tangannya pada bekas tamparan menyakitkan itu.
"Hentikan! Kamu sudah keterlaluan. Haruskah kita seperti ini! Bertengkar dan membiarkan semuanya. Kita bisa menyelesaikan semuanya dengan baik. "
Bukan hanya tubuhnya yang sakit hatinya pun terluka begitu dalam. Ini sangat menyakitkan haruskah dia seperti ini setiap hari bertahan dan terus bertahan tanpa ada orang yang mempedulikannya.
Bahkan ibu yang seharusnya peduli kepadanya mengabaikannya.
Hidup seorang diri tanpa sandaran dan dukungan orang terdekatnya. Dipaksa kuat dengan keadaan yang tidak sesuai dengan keinginan nya. Adakah satu saja orang yang mempedulikannya? Hanya satu saja.Tersenyum remeh, dia mengatakan. "Menyelesaikan semuanya dengan baik? Apa kau sedang berakting menjadi ibu yang baik? Jika ya, kau salah, kau bukan ibuku. Ibuku sudah mati beberapa tahun yang lalu. "
Setelah mengatakan, Agatha berlari pergi meninggalkan Bianca yang masih mematung disana.
Bianca bersandar pada pintu yang terbuka, memandangi tangannya dengan rasa bersalah yang teramat dalam. Tidak seharusnya dia menamparnya. Terlepas bagaimana kurang ajarnya anak itu."Agatha!" Bianca memanggil anaknya dengan putus asa, tetapi punggung kecil Agatha telah menghilang sepenuhnya dari pandangannya.
Gustavo yang tadi berada di dalam mendekatinya, tubuhnya setengah telanjang. Tangan kekarnya melingkari pinggangnya dan berbisik pelan di telinganya, "Dia akan kembali setelah menata pikirannya. Di luar sangat dingin, sebaiknya kita masuk ke dalam. "
KAMU SEDANG MEMBACA
Villain From Heaven
Romansa"Aku sudah pernah bilang, jika kau berani pergi dariku, dengan murah hati aku akan menghancurkan hidupmu. " Lelaki itu tersenyum lembut, tetapi Agatha tahu jika dibalik senyum malaikatnya yang lembut itu ada iblis mengerikan yang sedang mengintai.