18. KEMATIAN JOSEPH

1K 55 0
                                    

Tidak masuk akal dan juga gila. Itu adalah pikiran Agatha kala lelaki itu mengajukan syarat menjadi pacarnya untuk melunasi hutang $800.000. Agatha memandangi kertas di tangannya tanpa mengedipkan mata, sesekali ia membaca berulang-ulang kalimat yang ada disana.

Tubuhnya menegang dan tangannya berkeringat. Agatha meremas rok selututnya gelisah, dia berbicara dengan suara rendah sedikit terbata-bata, "Ini tidak serius bukan, a..ku harus menghilang dari pandangan ibuku dan aku harus tinggal di rumah ini dalam jangka waktu yang tidak ditentukan. Apa kau serius?"

Eros menjawab dengan serius, "Ya. $800.000 bukanlah uang yang sedikit Agatha. Asal kau tahu ibumu meminjam uang sebanyak itu pada renternir hanya untuk melunasi hutang judi kekasihnya Gustavo. Selain itu. Dia juga terlibat kasus penipuan yang merugikan banyak orang, aku tidak ingin kau terlibat dengan dia lagi Agatha. Pergi dan menjauhlah darinya sebelum kasus ini diangkat ke media. Jika kasus diangkat ke media kau akan menjadi korban amukan massa dan banyak orang yang akan mencari dan menangkapmu. Aku tidak ingin hal itu terjadi padamu. "

Eros terdiam sejenak dan melanjutkan, "Percayalah ini demi kebaikanmu Agatha. "

Eros sudah menyelidiki Agatha dan Bianca jauh-jauh hari melalui Bernat dan hasil yang dia temui mengejutkannya Bianca ternyata terlibat dalam kasus penipuan arisan online dengan kerugian milliaran.

Agatha awalnya tidak percaya jika ibunya melakukan penipuan, tetapi bukti dengan lambang polisi di hadapannya menghilangkan semua keraguan di hatinya. Jika dulu dia masih memiliki kepercayaan 40% pada ibunya kini kepercayaan itu telah hilang seluruhnya.

Dia telah ditinggalkan dan dibuang di pinggir jalan seperti anak anjing yang tidak diinginkan pemiliknya.

Agatha menundukkan kepala berusaha menyembunyikan emosi menyedihkan diwajahnya, setelah cukup tenang dia mengangkat kepalanya dan menjawab dua kalimat dengan susah payah. "Aku tahu. "Karena jika dia berbicara terlalu banyak mungkin dia akan menangis lagi. Agatha membalikkan badannya dan beranjak pergi dari hadapan lelaki itu. Dia tidak ingin menangis di hadapan Eros.

Eros menghela nafas panjang dan membanting tubuhnya di tempat tidur. Meski rencananya berhasil tetapi entah mengapa hatinya tidak juga puas. Ada perasaan aneh yang melingkupi seluruh tubuhnya seperti firasat buruk akan terjadi dalam waktu dekat. Perasaan itu sangat mengganggu dan menyesakkan.

Tanpa sadar Eros melepas beberapa kancing kemeja, membiarkan dadanya yang bidang terekspos.

Eros menatap layar ponsel yang berkedip. Puluhan pesan masuk tak terbaca dan 33 panggilan masuk tak terjawab menghiasi layar ponselnya. Setelah mengecek satu persatu pesan dan panggilan masuk di ponselnya detik berikutnya lelaki itu melempar ponsel, mengambil stik golf dan mulai menghancurkan apa saja yang ia temui.

Crack!...Craang!....Crash!

Suara pecahan kaca dan benda yang saling bertubrukan dan berjatuhan terdengar jelas di telinga Agatha.

Agatha segera berdiri dari tempat duduknya, mendekat pada sumber suara, dan berhenti di depan pintu kamar.

Saat dia masuk ke dalam kamar. Pemandangan pertama yang dia lihat adalah gelap. Agatha menekan saklar lampu yang ada di dinding. Lampu menyala.

Ruangan ini berantakan. Eros berdiri di tengah kekacauan, dikelilingi benda pecah dan hancur. Berbalik dia memandang Agatha kosong gelas anggur di tangannya sengaja dijatuhkan. Benda itu mendarat di dekat kakinya dan pecah karena benturan. Anggur merah memercik di kakinya.

"Berhenti! Jangan lakukan apapun kakimu bisa terluka" Agatha reflek mengatakan dan dia berjalan mendekat ke arah lelaki itu dengan segera.

Namun, lelaki itu tidak mengindahkan. Dia tanpa rasa takut melangkahkan kakinya. Pecahan kaca yang berserakan melukai telapak kakinya. Agatha melebarkan mata dia setengah berlari mendekati lelaki itu dengan panik. "Tidak! Kakimu!"

Eros tidak mempedulikan rasa sakit di telapak kakinya.

Dia memeluk Agatha dengan segera, seolah gadis itu adalah obat yang menenangkan. Matanya hitamnya dipenuhi kesedihan yang mendalam. Dengan lirih dia mengatakan, "Kakek William meninggal. "

Agatha tidak bisa berkata lagi dia merapatkan pelukan dan mengelus punggungnya dengan lembut.

Di Rumah Duka.

Bangunan bernuansa serba putih berdiri megah di tengah kota. Sekilas bangunan ini nampak seperti istana dan hotel bintang lima sangat megah dan mewah dan tidak nampak menyeramkan sama sekali. Tapi siapa sangka jika ini adalah rumah duka. Rumah duka ini memiliki fasilitas yang lengkap dan pelayanan kedukaan yang nyaman untuk para keluarga.

Tanggal 6 hari Minggu adalah peringatan kematian Clarissa. Tetapi, hari ini juga hari pemakaman kakeknya William. Agatha memandangi laki-laki berjas hitam di sudut ruangan dengan perasaan sedih. Di depannya terdapat foto sang kakek yang sedang tersenyum lebar menatapnya. Lelaki itu adalah Eros dia memberi penghormatan terakhir kepada mendiang kakeknya. Meski hari ini hari kematian kakeknya lelaki itu tidak menangis. Wajah tampannya tidak menunjukkan ekspresi apapun tetapi Agatha tahu jika lelaki itu sedang terluka.

Luka itu tidak tampak tapi sangat dalam dan menyakitkan. Semua yang datang pada pemakaman hari ini berasal dari kelas atas. Itu tampak dari cara mereka berpakaian dan berbicara satu dengan yang lainnya. Selain itu,

Seorang pria berusia 40 tahunan mendekat ke arahnya. Dia memakai setelan jas hitam, rambut hitamnya disisir rapi ke belakang menggunakan Pomade. Brewok tipis diwajahnya tidak mengurangi ketampanannya. Lelaki itu
menepuk pundaknya dua kali dan berbisik di telinganya. Agatha berbalik memberi ruang mereka untuk berbicara.

Agatha keluar dari salah satu ruangan dan duduk di lobby.

Seorang wanita berusia 30 tahunan berwajah cantik, memakai blezer dress hitam formal mendekat ke arahnya. Wanita itu tersenyum dan memperkenalkan dirinya dengan ramah. "Apa kamu orang yang datang bersama Eros?Perkenalkan saya Evelyn ibunya Eros. "Wanita itu mengulurkan tangan dan Agatha menjabat tangan itu dengan gugup.

"Ya, saya datang bersama Eros. Perkenalan nama saya Agatha Jillian Amberly. "

Evelyn mengakhiri jabatan tangan dan berkata. "Apa kamu pacar Eros?"

Agatha menjawab dengan sopan. "Ya saya pacar Eros. "

Evelyn menekuk kacamata, memasukkan ke dalam tas dan duduk di sampingnya, "Ada banyak hal yang ingin saya bicarakan denganmu. "
Gadis itu terkejut tetapi sebisa mungkin menjaga ekspresinya supaya tetap tenang. Agatha tahu siapa wanita ini. Wanita yang tampak cantik tapi berbahaya ini sedang duduk di sampingnya dan ingin berbicara padanya. Tanpa sadar dia menggesekan ujung kuku jari telunjuk dengan ujung kuku jempolnya.

Tengkuknya tiba-tiba terbakar.

Agatha mengangkat kepala dan menatap mata hitam putih yang tampak serius. "Ya. Anda bisa melakukannya. "

Tanpa basa-basi Evelyn mengatakan. "Aku bisa mengganti kerugian yang ditimbulkan oleh ibumu. Selain itu ibumu tidak perlu mendekam di penjara dan bisa pergi keluar negri untuk membuka lembaran baru. Tetapi syaratnya kau harus ..."

Bianca berhenti sejenak dan berbisik di telinganya. Agatha tertegun dan mematung seketika. "Pikirkan dan gunakan kesempatan ini sebaik mungkin. " Setelah mengatakan Evelyn bangkit dari tempat duduknya dan menghilang dari pandangan Agatha.

Gadis itu masih bergulat dengan pikirannya.

Penawaran ini sangat menarik tetapi bagaimana dia tahu jika ibunya sedang terlibat kasus penipuan. Ini sangat aneh dan membingungkan. Haruskah dia menerima tawaran itu begitu saja?

Villain From HeavenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang