38. JUSTIN

375 19 5
                                    

Ekspresi ketidaksukaan tergambar jelas di wajah Justin. "Kandang kuda katamu? Siapa pria angkuh ini apa dia datang bersamamu?"

Ketegangan yang tercipta di antara mereka bagaikan busur panah yang ditarik dengan kencang, Justin memiliki temperamen yang buruk begitupula dengan Eros. Jika mereka saling bertemu sudah dipastikan hal buruk akan terjadi. Agatha yang menyadari situasi tersebut segera menarik Eros untuk mendekat ke arahnya lalu memperkenalkan mereka satu persatu.

"Justin dia Eros dan Eros.... "Agatha menatap Eros sekilas. Meski lelaki itu tidak berbicara atau menanggapi perkataan Agatha. Rasa tidak suka terlihat jelas di wajahnya.

Berjuang menahan amarahnya,
Eros merapatkan bibirnya dan mengepalkan tangannya, membiarkan kuku-kukunya tertancam di telapak tangannya. Jika tidak ada Agatha disini, Eros pasti sudah menghancurkan mulut Justin dan meremukan tenggorokannya.

Agatha menghela nafas panjang dan melanjutkan perkataannya. "Dia adalah Justin, saudara laki-lakiku. "

Justin tidak menjawab begitu juga dengan Eros. Mereka terjebak ke dalam keheningan. Situasi ini bahkan lebih mencekam dari film Insidious 2 yang sukses membuat dia merinding dan ketakutan.

Berbalik. Justin mempersilahkan Agatha masuk. "Masuklah Agatha, ada yang ingin aku bicarakan dengannya. "

Agatha terkejut, kecemasan tiba-tiba menyapunya. Ini situasi yang salah, bagaimanapun caranya dia harus memisahkan mereka. Namun saat dia hendak melangkahkan kaki, Eros segera menarik tangannya dia mengedipkan sebelah matanya seolah mengatakan. "It's okey darling, i won't kill him. "

....

Eros menatap lurus ke dalam mata Justin seolah ingin mencongkel penglihatan pria berkulit pucat itu. "Agatha...."

Justin kehilangan kata-katanya. Dia menatap sengit pria angkuh yang berdiri di hadapannya. "Aku ingin kau melepaskannya...."

Eros mengernyit kala nama familiar itu disebutkan. Senyum samar terbit di sudut bibirnya. "Jika aku tidak mau apa yang akan kau lakukan. Apa kau akan berusaha memisahkan kami?"

"Ya, aku akan melakukannya. "

Jawab Justin tanpa ragu. Tidak sekalipun Justin membayangkan gadis lugu dan baik hati seperti Agatha bersanding dengan pria berbahaya seperti dirinya. Dia pantas mendapatkan pria terbaik di dunia selain dirinya.

Eros tertawa keras, mencondongkan tubuhnya, dan berbisik di telingannya suaranya berat dan penuh peringatan. "Kau tidak perlu bersusah payah, karena miliku akan tetap menjadi miliku. Kesempatan yang kau impikan aku tidak yakin kau bisa mendapatkannya. "

Saat ucapan Eros berakhir. Urat-urat di pelipis dan rahang Justin menyembul keluar. Hembusan nafas Justin kian kasar dan sedikit lagi dia akan menerjang Eros. Berikutnya Justin telah melayangkan pukulan ke wajah Eros yang mengakibatkan sudut bibirnya terluka. Begitupula dengan Eros yang melayangkan pukulan ke wajah Justin.

Sepertinya kedua pria itu tidak berniat berhenti sebelum salah satu dari mereka terluka parah.

....

Setelah pertemuan yang menegangkan itu. Justin harus di rawat di rumah sakit selama tiga hari tiga malam. Hidung Justin patah begitu pula dengan lengannya, sedangkan Eros tidak kembali. Namun, dia telah mengirimkan beberapa foto dan video yang menunjukkan jika dia dalam keadaan baik-baik saja. Dia bahkan mengirim beberapa pesan suara yang telah Agatha putar ratusan kali.

Agatha memandangi pematik bergambar kupu-kupu emas yang ada di tangannya. Kupu-kupu yang menjadi takdir sekaligus harapannya, kupu-kupu yang indah dan cantik ini seperti mimpi di siang bolong. Tak mungkin menjadi kenyataan tapi nyatanya telah terjadi.

Tiba-tiba Agatha merindukan suara dalam dan berat pria itu ketika memanggil namanya. Ini sudah seperti cobaan dan ujian untuk Agatha, cobaan yang tidak mudah untuk dilewati ini memerlukan ketabahan dan kebesaran hati tingkat tinggi dan Agatha baru melaluinya tujuh hari.

Justin memakai penyangga di lengannya, lebam di wajah tampannya sedikit memudar. Dia telah mengoceh terlalu sering belakangan ini. Seperti saat ini, Agatha membeli dua gelas americano di sebuah cafe dan duduk ditempatnya. Dia meletakan satu gelas kopi di kursi seberangnya, mengambil foto dan memberi emoji hati lucu di bawahnya.

Justin menatap mata yang begitu cerah di hadapannya. Dia menarik sudut bibirnya, dan berkata dengan nada mengejek. "Apa kau masih berhubungan dengan pria angkuh itu? Dia pria yang berbahaya dan tidak pantas untukmu, putuskan dia dan berkencanlah dengan pria lain. "

"Aku tidak mau. "Kata Agatha tanpa menolehkan kepalanya, ujung jemarinya yang halus menyentuh layar ponselnya.

Justin mengibaskan bulu matanya. Senyum di wajahnya menegang sejenak dan segera mereda. Dia mencibir dan berkata. "Agatha berhentilah berhati baja, apa kau tidak punya jawaban lain selain tidak mau. Aku sudah bosan mendengarnya. "

Agatha menjawab dengan tegas. "Tidak. Jadi berhenti menanyakan hal yang sama. "

Justin menghela nafas dan memejamkan matanya. Dia sudah berulang kali memperingati saudaranya sampai mulutnya berbusa tetapi gadis itu jauh lebih keras kepala dari bayanganya. Justin tidak ingin saudara perempuannya mendapat masalah karena pria itu. Pria berpenampilan malaikat yang dia temui kemarin memiliki temperamen yang buruk. Dia juga memiliki mood yang berubah-ubah. Selain itu pria itu memiliki tatapan mata pembunuh yang membuatnya merinding.

Agatha meletakan ponsel, meyeruput kopi americano dan mengalihkan pembicaraan.

"Kau akan kembali bekerja kapan? Aku sudah muak mendengar omelanmu. "

Justin menoleh dan berbicara tanpa ragu. "Siapa juga yang ingin berlama-laman denganmu. Besok aku akan kembali bekerja, jadi berhentilah mengeluh, kau bisa menikmati liburan musim semimu dengan tenang. Dan juga setelah kembali bekerja mungkin aku akan sangat sibuk. "

"Lagi? Kau memiliki kasus yang menarik? Tanyanya.

"Ya. Aku memilikinya. Jika aku bisa menyelesaikan kasus ini, aku akan dipromosikan dua tingkat. "

"Promosi dua tingkat. " Menyimak dengan seksama. Agatha melebarkan matanya. "Kau harus segera menyelesaikan kasusmu dan naik jabatan. Aku tidak sabar melihat pundakmu dipenuhi dengan bintang. Kau pasti terlihat keren. "

"Tentu saja, karena kau sangat pandai memujiku, aku akan mentraktirmu minum, dan kau bisa minum sampai perutmu kenyang. Anggap saja ini sebagai hadiah selamat datang di rumah kami. "

Agatha melengkungkan bibirnya, mata hitamnya berbinar cerah. "Apa kau bersungguh-sungguh? "

"Ya, aku bersungguh-sungguh. "

Agatha bangkit dari kursinya, memesan beberapa kue. Senyum tidak pernah memudar dari bibirnya. "Kalau begitu mari kita pesan beberapa kue dan pulang setelah menghabiskannya. "

"Yes, do it. "

....

Eros menyeret kakinya perlahan dan berhenti di depan lemari. Dia membuka laci paling bawah dan mengeluarkan sebuah gaun.

Eros menatap gaun kebesaran itu sampai matanya terbakar. Gaun berwarna putih yang tampak kuno dan lusuh itu adalah milik kekasihnya. Tanpa rasa bersalah pria itu meremas gaun itu, menginjak-injak, dan merobeknya menjadi beberapa bagian.

Dia bergumam pada dirinya sendiri dan tertawa keras. "Seseorang yang telah memperlakukan milik Eros dengan buruk akan mendapatkan balasannya. "

Dia berhenti sejenak dan melanjutkan ucapannya. Kali ini seringai jahat tumbuh di sudut bibirnya. Sorot matanya jahat dan berbahaya.

"Aku akan memasukanmu ke dalam neraka. Como si estuviera acompañando a Helena. "
(Seperti aku mengantar Helena)

Villain From HeavenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang