Angin menderu-deru menabrak jendela kaca, mengeluarkan suara letupan yang memekkakan telinga. Udara dingin di kegelapan malam dipenuhi dengan bau darah yang kuat. Beberapa saat sebelumnya wanita itu masih berada di tempat kerjanya, tidak lama kemudian ketika membuka matanya dia sudah berada di ruangan ini.
Wanita itu masih belum pulih dari keterkejutannya.
Tiba-tiba seseorang menarik rambutnya. Wanita malang itu menjerit kesakitan, suaranya seperti babi yang disembelih di rumah jagal, cairan berwarna merah tua mengalir dari sisi lehernya, dan ia terjatuh dengan kepala miring. Baru saja pria itu memotong lehernya dengan pisau mungkin karena pisaunya tumpul, luka dilehernya tidak fatal. Ia berusaha menjauh dan pergi dari pria bertudung itu dengan merangkak ke depan.
Pria bertudung segera meraih pergelangan kaki wanita itu dan merobek kedua tendon kakinya. Dia berbicara dengan suara dingin dan wajah tanpa ekspresi. "Wanita, kamu tidak seharusnya banyak bergerak. Jika kamu terus bergerak seperti ini, lantaiku akan kotor. Mari kita selesaikan pekerjaan ini dengan cepat. "
Dia mencengkeram leher belakang wanita itu dan berbisik di telinganya. "Ini bukan salahku. Salahkan gadis itu. Jika dia tidak melarikan diri. Aku tidak akan menyeretmu kesini. Bersabarlah sebentar aku akan mendapatkan gadis itu dan mengirimnya ke tempatmu. "
Wanita itu menatapnya dengan wajah ketakutan yang kekanak-kanakan. Air mata sebesar mutiara mengalir dari matanya. Dia ingin mengatakan sesuatu tetapi karena tenggorokannya sudah terpotong sedemikan rupa, tidak ada suara yang keluar dari mulutnya, bersama dengan itu gelembung berwarna merah pekat menyembur keluar dari mulutnya. Mengingatkan ia pada ikan yang sekarat. Tidak lama kemudian, wanita itu ambruk dengan mata setengah terbuka.
Tiba-tiba bayangan hitam muncul di depan matanya dan pria bertudung bahkan tidak melihat darimana orang itu melompat keluar.
Orang yang datang adalah seorang pemuda, yang terlihat lebih muda dari usianya. Dia memiliki wajah yang sangat tampan, aura mendominasi dan kekejaman terpancar kuat dari tubuhnya.
Detik berikutnya, sebelum pria itu bereaksi terdengar suara ledakan yang sangat keras bersama dengan tubuh yang ambruk ke lantai.
.....
Beberapa hari ini dia mengalami mimpi buruk. Mimpi itu terus berulang, membawanya pada kejadian tidak mengenakan pada malam itu.
Setiap bayangan pria bertudung, berpakaian serba hitam dengan sebilah pisau melintas di kepalanya. Gelombang kecemasan dan ketakutan yang luar biasa tiba-tiba menyerangnya, membuat jantungnya berdebar cepat dan kesulitan bernafas.
Sejak saat itu, Agatha memerlukan obat penenang untuk tidur. Jika tidak meminumnya rasanya seperti orang yang sekarat dan mimpi buruk itu akan kembali lagi, menghantui sepanjang malam. Tapi permasalahannya dia lupa meletakkan obatnya.
Setelah mengobrak-ngabrik laci dan mejanya. Dia menemukan pil obatnya di bawah tempat tidurnya.
Dia mengeluarkan dua tablet Benzodiazepin dari kantong timah, menuangkan air ke dalam gelas, dan mendengar pintu kamarnya diketuk.
Dia meletakan dua tablet obat diatas serbet, berjalan ke arah pintu, dan membuka pintunya.
Dia melihat Justin berdiri memunggunginya, bayangan tubuhnya yang tinggi tegap menutupi sebagian tubuhnya. Agatha hendak menepuk pundaknya namun Justin segera berbalik, menurunkan kepalanya sedikit, menatap sepasang mata jernih dan gelap di bawahnya, tampak sedikit mengernyit karena tidak ada suara di dalam pintu.
Seperti biasa tanpa ijinnya pria itu dengan tidak tahu malu menerobos masuk ke dalam kamar, mengamati setiap sudut kamarnya tanpa terkecuali lalu pandanganya yang ringan jatuh pada dua butir obat yang diletakkan di atas meja. Kerutan di dahinya semakin dalam. Dia berbicara dengan suara lembut dan penuh peringatan. "Aku sudah bilang jangan terlalu sering minum obat seperti ini. "
Justin mencubit obat dengan kedua ujung jarinya dan menuangnya ke tempat sampah. "Obat laknat ini bisa membuatmu kecanduan dan sekarang kau menambah dosisnya, menjadi dua butir. Apa kamu ingin berakhir di peti mati?"
Agatha segera menggeleng. "Tidak, aku juga tidak ingin berakhir di peti mati. Tapi jika aku tidak meminumnya aku bisa benar-benar gila. "
Justin kehilangan kata-katanya. Musibah mengerikan seperti itu tentu saja bukan keinginannya. Namun melihat sepupu perempuannya terus-menerus meminum pil terkutuk itu juga bukanlah hal baik. Apalagi setelah kejadian mengerikan itu pria yang tidak ingin dia sebutkan namanya, sudah lama tidak menghubungi sepupunya lagi. Dia seolah menghilang ditelan bumi. Memikirkannya entah mengapa membuat Justin semakin kesal.
Namun bukan itu permasalahnya mungkin kekesalan itu juga berasal dari dirinya sendiri. Justin sudah memeriksa dan mencari burunon itu di setiap sudut kota, gang-gang sempit dan tempat-tempat lainnya namun lagi-lagi buronan sialan itu seperti menghilang dari muka bumi. Bahkan rekam jejak yang beredar di internet akhir-akhir ini tidak membantunya sama sekali.
Justin yakin jika menghilangnya buronan itu berhubungan dengan pria itu. Masalahnya dia tidak dapat menemukan bukti yang jelas. Dan pada akhirnya penyelidikan berakhir di jalan buntu. Selain itu pria yang tidak ingin dia sebutkan namanya juga memiliki beberapa catatan kriminal yang serius. Mulai dari penyerangan, tersangka pembunuhan, obat-obatan terlarang, dan terakhir pembunuh yang tidak disengaja.
Pria itu seperti sarang kejahatan yang terbungkus sempurna dengan penampilan malaikatnya. Tanpa celah, tanpa cacat, dan tanpa kelemahan. Selain itu dia adalah anak pemimpin Royal William, salah satu keluarga konglomerat penyangga ekonomi di negeri ini. Meski ia menemukan bukti yang nyata memenjarakannya sangatlah sulit. Jika tidak mengapa orang yang memiliki banyak catatan kriminal hanya di penjara 5 tahun bukankah itu sangatlah tidak biasa?
Melihat wajah muramnya. Justin buru-buru berkata. "Pokoknya jangan lagi minum obat laknat seperti ini. Mulai besok aku akan membawakan susu hangat untukmu, jika masih belum mempan aku bisa menemanimu berjalan-jalan sebentar. Dengan begitu kau bisa tidur dengan nyenyak. "
Kemuraman di wajahnya surut. Tergantikan dengan senyum kekanak-kanakan yang lucu. "Apa kau bersungguh-sungguh?"
Justin menatap mata gelapnya. Pipinya bergerak-gerak hendak menjawab.
Namun tiba-tiba Agatha berteriak keras. Pandangannya jatuh pada satu titik. Di antara rentetan buku yang terjejer rapi. Terdapat kamera tersembunyi yang terselip diantara cela buku, kamera itu menghadap ke satu arah. Yaitu ke arah mereka.
Dengan cepat Justin mengambil kamera itu dan menghancurkannya.
Sementara itu di tempat lain.
Eros duduk bersandar santai di kursi kulit. Tatapan matanya yang liar tenggelam pada layar 90 inci di depannya. Lebih tepatnya, dia melihat gadis cantik yang berdiri berhadap-hadapan dengan seorang pria melalui layar televisinya. Kecemburuan dan kemarahan menggerogoti setiap sudut hatinya.
Kemarahannya semakin memuncak kala layar televisi di depannya berubah. Tidak lama kemudian terdengar bunyi pecahan kaca dari dalam ruangan. Penjaga yang berjaga di depan pintu segera masuk ke dalam ruangan. Menatap wajah pengacau itu dengan gugup. Ralat, mereka tidak hanya gugup hanya saja mereka tidak ingin berakhir mengenaskan seperti perabotan itu.
Di tempatnya berdiri, diantara pecahan dan beberapa perabotan yang sudah tidak berbentuk. Pria itu memberi perintah. Suaranya sangat dingin, mengandung niat terselubung. "Siapkan tiket bisnis, cari penerbangan malam ini. Aku akan kembali ke Malbourne. Dan juga hubungi Ares, sepertinya aku memiliki pekerjaan yang menarik untuknya. "
Tentu saja Eros tidak akan tinggal diam melihat miliknya bersama orang lain.
....
XD: Selamat Eros semakin menggila, tapi kegilaanya tidak berhenti disini. Mulai dari sini kalian akan membenci Eros. Jadi siapkan mental dan tubuh yang sehat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Villain From Heaven
Romance"Aku sudah pernah bilang, jika kau berani pergi dariku, dengan murah hati aku akan menghancurkan hidupmu. " Lelaki itu tersenyum lembut, tetapi Agatha tahu jika dibalik senyum malaikatnya yang lembut itu ada iblis mengerikan yang sedang mengintai.