Dia menundukkan kepala sedikit dan menggigit daun telinganya. Agatha tersentak merasakan gerakan yang tiba-tiba, dia menolehkan kepala, hidung mereka hampir bersentuhan tetapi laki-laki itu tidak memiliki niat sedikitpun untuk mundur.
Jantungnya berdetak kencang seolah ingin melompat dari tenggorokan. Sensasi aneh tapi menyenangkan menjalar di sekujur tubuhnya. Mata mereka saling bertemu. Dia merasa dirinya tenggelam dalam tatapan panas pria itu. Tapi dia tidak bisa menatapnya terlalu lama. Karena pada saat berikutnya, pria itu menciumnya, dan dia tanpa ragu membuka bibirnya.
Lidah mereka saling bertautan, sementara tangan Eros mengangkat seragam putih tipis miliknya dan menyusuri setiap lekuk tubuhnya, tangan lainnya menyelinap di bawah roknya sekali lagi dan secara bertahap menggeser paha bagian dalam.
Mata Agatha membulat sempurna, dia merasakan tangan lelaki itu membelai bagian bawahnya yang masih tertutup kain tipis. Melepas ciuman, dia segera berdiri dari pangkuan sedikit menggigil. Namun pria itu tidak ingin melepasnya, dia menarik pergelangan tangannya, Agatha terlempar ke atas tempat tidur cukup keras. .
Tempat tidur berderit hingga Agatha merasa akan roboh. Dia memukul dadanya yang sekeras batu, meronta, mencoba melepaskan diri. Tubuhnya di tekan keras di tempat tidur yang hanya cukup untuk satu orang.
Eros menundukkan kepala. Matanya yang berkabut karena gairah bertubrukan dengan mata hitam miliknya. Jemarinya menyusuri wajahnya dan berhenti di bibirnya yang sudah membengkak. Dia berbicara dengan suara yang dalam dan lembut, "Bibirmu membengkak. "
Dia tersenyum puas seolah menikmati hasil karyanya yang sempurna.
Agatha menurunkan tangannya dan menutup kedua mata dengan lengannya, dia sangat malu. "Ya, itu semua karena kamu. "
Eros tertawa kecil, dia menurunkan lengannya dan mencubit dagunya, memaksa untuk menatap matanya, "Apa kau malu?"
Agatha melirik matanya sekilas kemudian melirik tirai putih yang bergoyang tertiup angin dan berhenti pada mata hitam pekatnya. "Ya. " Agatha tidak berbohong dia malu dan bergairah sekaligus. Tangannya yang kasar membelai tubuhnya dengan lembut, sentuhan yang dipenuhi kenikmatan memenuhi dirinya. Jika dia tenggelam lebih dalam lagi, mungkin dia benar-benar akan melakukannya disini di tempat ini tetapi untungnya dia segera mendapatkan kendali tubuhnya lagi.
"Kau sangat panas dan enak, aku hampir gila karena dirimu. Terutama disini. "Dia berhenti sejenak menunjuk bibirnya. "Dan disini. "Eros menunjuk ke bawah pusarnya tanpa rasa malu.
Agatha tidak bisa berkata-kata lagi. Kini wajahnya menyerupai tomat gemuk.
"Jangan katakan seperti itu?"
"Seperti itu?"
"Maksudmu panas dan enak?"
"Ya. " Mulutnya berkedut menahan tawa yang siap membludak.
Mulutnya membentuk kata."Ah!"
"Kau hentikan! Jangan menggodaku. "
Menggodanya entah mengapa menyenangkan baginya.
"Aku tidak menggodamu sayang. "
Agatha mengalihkan pembicaraan. Meminta jawaban. "Katakan! Bagaimana kau bisa berada disini Mr. Arthur. "
"Itu sangat mudah, kau tahu siapa aku bukan tidak ada yang tidak mungkin di hidup Eros Arthur William. "Lelaki itu berkata dengan enteng.
Agatha tidak membantah hal tersebut. Bagi Eros hanya dengan menjentikkan jari semua yang dia inginkan pasti ada di genggamannya dan itu bukanlah hal mustahil, mengingat seberapa kaya dirinya.
"Jadi, sekarang aku harus memanggilmu bagaimana. Haruskah aku memanggilmu Tuan, Guardian, Penyelamat, Eros atau Mr. Arthur. "Agatha mencibir, tetapi orang yang dia ejek tidak merasa sakit hati sama sekali. Lelaki itu malah menanggapinya dengan senyuman lebar.
Dia menjawab, "Aku lebih suka jika kau memanggilku sayang. Itu terdengar erotis dan menggairahkan. "
"Tidak aku tidak akan melakukannya. "
"Kalau begitu kau harus mendapatkan hukuman. "
Eros mengulurkan tangan dan mencium pergelangan tangannya dengan lembut. Rasa terbakar di sekujur tubuhnya belum juga mereda, dia menginginkan lebih dan lebih lagi. Tetapi gerakannya terhenti saat pintu di buka. Mereka terkejut, terutama dengan Agatha. Dia tergesa-gesa bangkit dari tempat tidur. Begitupula dengan lelaki itu. Dia merapikan kemeja putihnya dan celana panjang hitamnya.
Sementara Agatha masih sibuk merapikan seragamnya. Pengurus UKS masuk dan berdiri agak terkejut disana.
Pengurus UKS itu bernama Jemima, Jemima memakai blouse berwarna hitam, dia terlihat cantik ketika memakai jubah putih kebesarannya. Tubuhnya yang mungil tenggelam ke dalam jubah, wajahnya yang cantik selalu dihiasi semburat merah alami.
Jemima menyelipkan rambut panjangnya ke belakang telinga, dia dengan lembut berkata. "Mr. Arthur kenapa anda ada disini?"
Eros segera menutupi tubuh Agatha dengan punggungnya. Melengkungkan bibir dia berbicara dengan ramah. "Kepala saya sedikit pusing jadi beristirahat sejenak disini. "
Jemima mendekat dan berkata sedikit agak menyesal. "Maafkan saya karena pergi terlalu lama. Saya akan meresepkan obat untuk anda. "
"Tidak perlu Mrs, Jemima kepala saya sudah tidak pusing lagi. "
"Tetapi sakit kepala bisa kambuh lagi jika tidak ditangani dengan benar. Seharusnya anda melakukan pemeriksaan lanjutan. "Jemima menyarankan.
"Tidak perlu saya baik-baik saja ini hanya sakit kepala biasa. "Lelaki itu menolaknya.
Jemima ingin menyarankan lagi tetapi sepertinya Mr. Arthur sudah tidak membutuhkan lagi, jadi dia hanya berkata. "Jika sakit kepala anda kambuh anda bisa mendatangkan saya lagi. "
"Ya, saya akan melakukannya. "
Jemima menjangkau orang di belakang dan memanggilnya.
"Agatha!""Ya. Mrs. "
"Apa yang sedang kamu lakukan disini?"Jemima menyipitkan mata menunggu jawaban dengan tidak sabar.
"Saya sedang mencari obat sakit kepala. "Agatha berbohong.
"Apa? Kau juga sedang sakit kepala. "
"Ya. "
Jemima memiringkan kepala menatap lekat-lekat seseorang yang berdiri jauh di belakang sana. Keningnya berkerut tetapi Mr. Arthur menggeser tubuhnya sedikit menutupi pandangan Jemima dan menghentikan sesi tanya jawab. "Mrs. Jemima apa anda sudah makan? Jika belum saya ingin mengajak anda untuk makan bersama. "
Lelaki itu mengalihkan pembicaraan.
Jemima membelalakkan mata tidak percaya, melupakan kehadiran Agatha, dia tersenyum dan menggelengkan kepala cepat. "Saya belum makan, jika Mr. Arthur tidak keberatan saya akan dengan senang hati menemani anda makan. "
"Saya tidak keberatan sama sekali. Kalau begitu mari kita pergi bersama. " Mr. Arthur mempersilahkan Jemima pergi terlebih dahulu dan di ikuti pria itu setelahnya.
Bersama-sama mereka pergi ke kantin meninggalkan Agatha yang masih berdiri disana.
Setelah kepergian mereka
Agatha menghela nafas lega dan menyandarkan tubuhnya ke dinding. Angin sepoi-sepoi menyapu wajahnya. Ruangan yang panas dan menegangkan melonggar.Lelaki itu menyelamatkannya sekali lagi.
Dia seperti memainkan teknik musik klasik 'The Suspenseful Build-up' dimulai dengan sangat lembut dan lambat, kemudian secara bertahap meningkat dalam volume dan tempo. Menuju klimaks yang dramatis.
Dari jendela kaca transparan dia melihat bahu lebar Eros menyeberangi halaman sekolah dan berbelok ke arah lain. Sesekali dia tertawa dan menolehkan kepala menatap lawan bicaranya. Saat punggungnya hampir menghilang di antara pepohonan dia menolehkan kepala ke belakang, menatap lurus Agatha dan mengedipkan sebelah matanya.
Agatha segera memalingkan muka dan keluar dari ruang UKS dengan cepat. Jika dia tidak cepat keluar mungkin dia akan pingsan disana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Villain From Heaven
Romance"Aku sudah pernah bilang, jika kau berani pergi dariku, dengan murah hati aku akan menghancurkan hidupmu. " Lelaki itu tersenyum lembut, tetapi Agatha tahu jika dibalik senyum malaikatnya yang lembut itu ada iblis mengerikan yang sedang mengintai.