31. PERTIKAIAN

735 26 0
                                    

Agatha melepas jaketnya dan meletakan di pundak gadis itu lalu mengusap wajah dan pakaian yang basah karena anggur dengan sapu tangannya.

"Apa kau baik-baik saja? " Agatha mengulurkan tangannya dan membantunya berdiri. Dia lalu memberikan sapu tangannya kepada gadis itu.

"Bersihkan dirimu"

Gadis itu mengangguk dan menerima sapu tangan itu dengan mata yang berbinar cerah. Kerumanan yang melingkari mereka secara serentak berbisik tidak suka karena kesenangannya dirusak oleh gadis berpenampilan aneh yang datang tiba-tiba, Agatha masih tetap tenang dan menganggap omongan yang menyakitkan itu seperti angin lewat.

Helena menghentakan kakinya, kedua tangannya mengepal kuat, tatapan matanya dipenuhi aura permusuhan yang teramat kuat. Dia tidak suka kesenangannya diganggu apalagi orang yang merusaknya adalah orang yang paling dia benci seantero negeri. Rasa kekalahan, kebencian, dan penghinaan memenuhi relung hatinya dan mengalir di darahnya.

"Jalang tidak tahu malu beraninya kau merusak kesenanganku. Apa kau sudah tidak menginginkan nyawamu lagi. Huh... Beraninya kau muncul di hadapanku. "

Melihat penampilan Agatha yang seperti malaikat, membuat Helena langsung marah, jarum kesabarannya turun ke titik paling rendah, melangkah dua langkah ke depan Helena mengulurkan tangan dan menampar wajahnya dengan keras. Dia juga mendorongnya ke belakang sehingga gadis itu tersungkur. Orpah yang melihat dari kejauhan segera pergi memanggil security untuk melerai kedua gadis yang sedang bertengkar.

Agatha menatap tajam Helena. Orang yang sebelumnya sangat dekat dengannya berbalik memusuhinya dengan alasan yang tidak masuk akal. Agatha pikir dengan membiarkan Helena menyakitinya dia akan berubah. Tapi Agatha salah, Helena tidak bisa berubah, dia tentu tidak bisa bersabar lagi, apa yang telah dilakukan Helena menyakiti orang lain. Kenangan-kenangan indah bersama sahabatnya setahun yang lalu mengalir di kepalanya seperti air. Tetapi kemudian Agatha tersadar, apa yang dia ingat kini tidak berarti lagi semuanya sudah hilang termakan waktu. Dan tergantikan dengan rasa sakit tak berujung di hatinya, tiba-tiba saja.

Agatha yang ditampar cukup keras tertawa terbahak-bahak. Meski wajahnya berkobar karena rasa sakit, tetapi gadis itu tidak meringis atau mengerang kesakitan. Dia bahkan masih tetap tenang meski Helena berbicara dengan nada yang dingin dan tajam. Agatha bertumpu dengan satu tangannya, berdiri dengan cepat tidak membiarkan orang lain mempermalukan atau menghinanya lebih lama lagi.

"Jalang sialan, tidak tahu malu. Kau pikir aku tidak tahu jika gaun yang kau kenakan sekarang adalah pakaian yang aku berikan saat itu. Harganya pun tidak sampai puluhan dollar, kau sangat menyukainya ya sampai kau memakainya di tempat seperti ini. Oh ya aku lupa jika kau adalah orang yang haus akan perhatian, jadi kau memakainya karena ingin semua perhatian tertuju padamu kan. Aku sarankan jika kau ingin semua mata tertuju padamu setidaknya gunakan pakaian yang bukan pemberian orang lain. "

Kini tatapan semua orang berbalik menatap Helena dengan tatapan hina. Dalam sekejab mata semua orang mencemoohnya.

"Apa-Apa itu? tidak kalian salah. Aku tidak mengenal gadis aneh ini
Beraninya kau mengomel dan menertawakanku! " Helena
menunjuk wajahnya dengan jari telunjuknya. Wajahnya merah padam karena malu dan marah. Dia berbalik memastikan setiap orang untuk tetap mempercayai perkataanya tetapi sialnya itu tidak berhasil. Semua celaan dan hinaan dilemparkan kepadannya.

Helena menarik kucir rambut Agatha sampai terlepas, rambutnya yang ditata rapi berantakan dan membentuk sarang burung. Agatha tidak mau kalah dia mendorong Helena kebelakang sehingga punggung rampingnya yang terbuka menubruk kerumunan orang di belakangnya dan tersungkur dengan cara yang sama menyedihkan.

Kini kerumunan yang mengelilingi mereka semakin bertambah dua kali. Alih-alih merasa simpati orang-orang itu terlihat bingung dan penasaran.

Lebih tepatnya mereka lebih penasaran siapa yang akan menang dari pertengkaran ini. Bahkan sebagian dari mereka saling berbisik dan menebak-nebak pemenangnya.

Orpah kembali dengan dua penjaga berbadan besar. Penjaga menarik paksa kedua wanita yang sedang asik bertengkar ini menjauh. Tetapi, seseorang menghentikannya.

"Berhenti! "

Eros berdiri tidak jauh disana dengan wajah datar dan tatapan setajam pisau. Wajah tampannya diliputi oleh amarah yang tak terlukiskan, disampingnya berdiri pria bertato mengerikan yang ada diruangan tadi, disamping lelaki bertato ada teman barunya. Yaitu Gwen. Orpah yang berdiri tidak jauh darinya menatap tidak percaya pada satu orang yaitu Eros.

"Kakak-kakak yang berdiri disana tolong selamatkan aku, gadis ini menyerangku. Kalian tahu'kan aku salah satu pelanggan VVIP disini. Aku ingin jalang sialan ini diusir dari tempat ini. "

Berbeda dengan Agatha yang tetap tenang.

Helena berusaha melepaskan diri dari cengkraman para penjaga. Tetapi semuanya sia-sia kekuatannya tidak sebanding. Helena semakin berteriak marah dia menendang salah satu penjaga. Tetapi sekali lagi usahanya tidak berhasil para penjaga menekan kedua pundaknya ke bawah hingga lutut-lututnya yang halus menyentuh dinginnya lantai.

"Suruh wanita itu untuk menjilati lantai jika dia tidak mau potong lidahnya. Setelah itu buang ke tengah hutan. Aku tidak ingin wanita itu menginjakan kakinya ke tempat ini lagi. "

Eros mengumandangkan perintah mutlak kepada para penjaga. Dia lantas
berjalan mendekat ke arahnya dan melepasnya. Agatha pingsan di dalam pelukanya,Eros mengangkat tubuhnya dengan kedua lengannya dan berjalan menjauh dari kerumunan itu. Di belakang mereka Helena berteriak histeris, dia juga menangis tersedu-sedu seperti orang yang kehilangan kewarasannya.

"Tidak! Aku tidak mau! "

Para penjaga yang berdiri disana menarik paksa Helena ke tempat semula. Mereka lalu menekan kepalanya ke bawah, memaksanya untuk menjilati lantai yang berwarna kemerahan sampai bersih.

Felix memberi perintah pada bawahan setianya.

"Justin! Urus gadis yang satunya. "

Justin menganggukan kepala dan membawa gadis itu pergi.

....

Bersama kedua sahabatnya Eros masuk ke dalam lift dan menekan angka 7. Sesampainya di ruangan VVIP yang terletak di lantai 7. Dia meletakan tubuh Agatha dengan hati-hati diatas sofa panjang berbahan kulit. Di depannya terdapat 3 meja, diatasnya beberapa makanan, beberapa botol Whiskey dan Wine memenuhi meja. Lelaki itu menyandarkan kepala Agatha di pahanya. Sedangkan Felix dan Gwen sedang bermain Billiard . Sesekali mereka melirik sepasang kekasih itu sambil tersenyum.

Harinya yang buruk semakin buruk ketika gadis itu tidak juga membuka matanya. Eros ingin sekali membawa Agatha ke rumah sakit tetapi keadaannya sekarang sedang tidak baik. Para wartawan dan korban penipuan sedang berkemah di depan rumah Agatha, mereka juga sedang mencari keberadaan sang anak untuk sekedar dimintai keterangan atau tanggung jawab yang tidak semestinya.

Eros meyandarkan kepalanya, dia tidak bisa tenang begitu saja, beberapa hari kedepan dia harus pergi ke Shanghai untuk menyelesaikan masalah yang ditimbulkan Nolan.

Felix duduk di sofa yang lainnya dan meminum sebotol Wine.

"Gwen apa dia gadis yang kau cari tadi? "

Felix bertanya pada kekasihnya yang sedang berbaring di meja billiard.

"Ya, kau benar dia adalah Agatha, tawanan Eros yang sekarang. "

"Apa benar begitu Eros, apa dia orang yang tidak ingin kau perkenalkan kepadaku? "

Felix mengalihkan pandangan ke arah Eros.

"Tidak bisakah kalian pergi saja. Kalian sangat berisik dan mengganggu. "

"Kami tidak akan pergi sebelum kau menjawabnya. "

Alih-alih menjawab Eros malah bertanya.

"Apa kau masih memerlukan jawaban setelah melihat semuanya? "

Villain From HeavenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang