33. TERUSLAH MELIHATKU

721 22 0
                                    

Alis pria itu sedikit meregang, lalu salah satu sudut matanya sedikit terangkat. Ada suasana lebih dingin yang menguar dari dirinya. Dia telah terdiam cukup lama tenggelam dalam pikirannya. Seperti kebiasaannya. Dia menaruh rokok di sela-sela giginya.

Namun, ketika Agatha menatapnya dengan tenang, dia mengeluarkan rokok dan mengusap rambutku. Dari usapan tangannya yang sedikit kasar, aku bisa merasakan ada yang salah. Tapi apa yang salah dari ucapanku?Aku bertanya-tanya di dalam hatiku, namun semakin memikirkannya semakin sulit aku menemukan jawaban.

"Aku bilang aku akan pergi. Tapi melihatmu tidak keberatan sama sekali entah mengapa membuatku kesal... Kau tahu kan Agatha aku tidak bisa jauh-jauh darimu tetapi kenapa kau masih bersikap tenang seperti ini. Itu membuatku terluka.... "

Sudut mulutku berkedut, melihat reaksi kekanakannya entah mengapa itu menggelikan. Sedetik kemudian tawaku meledak, tetapi ketika aku mendapati ekspresi masam di wajahnya aku segera menghentikan tawaku.

Ini lucu dan menggemaskan. Aku tiba-tiba teringat anak kecil yang bersembunyi di bawah selimut merajuk karena keinginannya tidak tercapai.

Karena aku tidak ingin kesalahpahaman ini berlanjut dengan cepat aku menangkup wajahnya dan memberikan kecupan kecil dibibirnya.

"Eros...Sejujurnya aku juga tidak ingin kamu pergi tapi aku juga tidak bisa menahanmu untuk pergi. Setiap detik, setiap menit kau selalu ada dipikiranku, hanya membayangkanmu pergi saja itu sudah terasa sakit jadi aku mohon jangan pergi terlalu lama... Aku disini akan menunggumu. "

Seperti anak kecil yang diberi permen berwarna-warni dia tersenyum dan menyegel bibirku dengan bibirnya lalu dengan terampil menggodanya dengan lidahnya. Lidahnya bergerak aktif di dalam mulutku, tidak memberiku ruang untuk bernafas, setiap kali lidahnya yang panas menyapu kasar mulutku. Aku mengeluarkan erangan kecil yang menyakitkan.

Menjauh, dia tertawa.
Melihatku menderita karena kehabisan nafas.

Eros mengusap bibirnya yang tercoreng lipstik dengan gerakan menggoda.

"Seperti biasa ini terasa manis. Tidak peduli berapa kali aku menciummu rasanya aku tidak akan pernah bosan. Aku sekarang bahkan menginginkan sesuatu yang lebih, tapi akan lebih mengasikkan jika kau melakukan sesuatu yang sedikit berbeda... "

"Sesuatu yang berbeda... Apa itu? " Itu adalah pertanyaan yang malu-malu.

Akan aneh jika dia tidak dapat merasakannya. Agatha bahkan tidak berhak menolak, karena dialah yang menggoda lelaki itu terlebih dahulu. Aku terdiam sejenak mengatur nafasku dengan benar.

Eros masih menatapku lekat-lekat. Senyum aneh terbit di sudut bibirnya. Aku tidak tahu apa niat sebenarnya tetapi aku tahu jika itu berarti sesuatu.

"Hari ini aku ingin kau melakukan apapun yang aku inginkan. "

Agatha menatapnya dengan waspada. Aku menduga itu bukanlah sesuatu yang baik. Tetapi jika aku menolaknya sudah dipastikan itu tidak akan berakhir baik-baik saja. Jadi pilihanku satu-satunya hanyalah mengiyakan perkataan itu.

"Baik. Apa yang kau inginkan? " Tanyaku kemudian.

Mata hitamnya yang sekelam malam melengkung membentuk senyuman.

"Aku ingin kau melakukan mastrubasi di depanku. "

Glek! Aku menelan ludah susah payah. Tiba-tiba saja mulutku kering, segera aku menyambar segelas air putih yang ada di depanku dan meminumnya dengan rakus. Meski gelas itu sudah kosong aku merasa rasa hausku tidak terpuaskan juga jadi aku meletakan gelas transparan itu di atas meja dan mengambil botol Wine untuk memuaskan dahagaku dengan cepat. Tetapi saat aku hendak menuang botol Wine ke mulutku. Eros menahan tanganku dan mengambil paksa botol minuman itu lalu menuangnya ke dalam mulutnya hingga kosong.

"Aku tidak bercinta dengan wanita yang beraroma alkohol. "

Aku melirik lelaki itu sejenak. Lalu aku menurunkan mataku, menatap takjub pada beberapa botol alkohol yang telah kosong.

Aku memujinya di dalam hatiku.
"Eros adalah peminum yang handal. "

Memikirkannya, tanpa sadar rahangku hampir terjatuh. Eros meletakan botol kosong di atas meja. Botol kosong yang bergesekan dengan meja kaca di bawahnya menghasilkan suara dentang keras, aku bisa merasakan suatu energi tidak menyenangkan tiba-tiba melingkupiku.

Tanpa perlu menatap matanya secara langsung. Aku bisa menyimpulkan lelaki itu sedikit marah. Tetapi bukan itu masalahnya, aku tidak pernah melakukan mastrubasi, onani, memuaskan diri sendiri, atau apalah itu sebelumnya. Bagiku hal itu sangatlah memalukan dan tidak beretika. Bagaimana? Bagaimana aku bisa melakukan hal itu tanpa merasa malu?

Eros menyadari keresahan di hatiku. Dia meliriku sekilas lalu jemarinya menyisir beberapa helai rambutnya ke belakang.

"Apa kau tidak mau melakukannya?"

Aku mengangguk ragu.

"Kenapa? Apa kau malu? "

Lagi-lagi aku hanya mengangguk.

"Agatha kenapa harus malu? Aku sudah melihat seluruh tubuh telanjangmu. Apa kau tidak mencintaiku lagi? " Lelaki itu meremas pundakku dan mendorongnya ke depan. Kini wajah kami saling berhadap-hadapan, aroma alkohol yang sangat kuat keluar dari mulutnya, dia mengistirahatkan kepalanya yang lelah di pundakku.

"Tidak. Bukan seperti itu. "

"Lalu, kenapa sayang? Kenapa kamu tidak mau? " Lelaki itu mengangkat kepalanya yang sedikit berat, jemarinya yang panjang membelai wajahku dengan lembut. Mata gelapnya masih menatap lurus ke arahku.

"Aku..... Belum pernah melakukannya? "

"Apa? " Lelaki itu menolehkan kepala ke samping. Jari telunjuknya menutupi bibirnya.

"Aku bilang... Aku belum pernah melakukannya. " Lelaki itu tertawa.

Sesaat kemudian dia kembali menatapku dan mengatakan.

"Aku akan mengajarimu. Kau hanya perlu melakukan yang aku perintahkan dengan benar. Jika kau terlalu malu melakukannya dengan mata terbuka kau bisa menutup matamu. "

"Tapi kenapa Eros...?"

"Aku ingin menyimpan ekspresi cabulmu di kepalaku. Lalu ketika aku merindukanmu aku akan mengingat itu. Sekarang lepas semua pakaian yang menempel di tubuhmu. "

Suaranya yang lembut dan dalam mengalun indah di telingaku. Hanya dengan menatap matanya sekilas, aku seolah tenggelam kedalam kegelapan tak berujung. Meski aku tahu, jika aku sedang masuk ke dalam jebakan berbahaya. Aku tidak bisa mundur. Karena aku tahu ini akan menjadi permainan yang menyenangkan.

Segera, aku melepaskan semua pakaian yang menempel di tubuhku sampai tidak menyisakan sehelai benangpun. Aku yang memulai maka aku juga yang harus menyelesaikan permainan berbahaya ini.

Hanya dengan mendengar suaranya. Eros bisa merasakan tubuhnya memanas. Itu bukan panas karena demam melainkan karena gairah menggebu-gebu yang hanya dia miliki ketika bersama gadis itu.

Dia ingin gadis itu menangis karenanya, dia ingin gadis itu tertawa karenanya, dia ingin gadis itu mendesah,merintih, mengerang karenanya, dan dia ingin gadis itu hanya menjadi miliknya selamanya.

Agatha Jilian Amberly hanyalah miliknya seorang. Dia akan terus melakukan hal-hal kotor dan buruk untuk membuat dia terus bersamanya.

Lelaki itu tidak akan membiarkannya pergi. Selamanya Agatha adalah tawanan dan peliharaannya. Cintanya dan kasih sayangnya hanya miliknya. Jadi teruslah melihatku.

"Pejamkan matamu dan buka kakimu lebar-lebar. Biarkan aku melihatnya. "

Villain From HeavenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang