Leander kembali ke rumah dengan wajah cemberut, sinar di matanya sedikit meredup dan rambut hitamnya yang diikat ke belakang sedikit acak-acakkan. Dengan langkah panjang dia mendekat ke arah ibunya dan memeluk tubuh rampingnya dengan penuh kasih sayang.
Evelyn tersenyum dan menggosok punggungnya dengan lembut. "Ada apa lagi kok kelihatanya kamu tidak bersemangat?"Dengan lembut Evelny bertanya.
Leander melepas pelukan dan menarik tangan ramping dan halus milik ibunya duduk di ruang makan. "Ibu, kamu tahu-kan jika lelaki sialan itu keluar dari penjara?"
"Ya Leander kesayanganku..."
Leander menyandarkan kepala diatas paha ibunya dan tangannya yang ramping menggenggam tangan halus Evelyn dengan penuh kasih sayang.
Merasakan kekhawatiran sang anak Evelyn tersenyum muram, reaksinya bukan bersedih melihat anaknya kesayangannya menderita tetapi sebaliknya. Ia mengulurkan tangan dan mengelus punggung tangannya dengan kelembutan. "Ibu tahu kamu pasti khawatir tentang hal itu. Namun, kamu tenang saja Leander ibu sudah memikirkan rencana lain untuk mengeluarkan dia dari daftar ahli waris. "
"Aku tahu ibu pasti bisa membereskan pria sialan itu. Dia tidak pantas mewarisi perusahaan ayah hanya aku yang pantas mewarisi semuanya. "
"Tentu saja Leander hanya kamu yang bisa dan hanya kamu yang cocok menempati tempat kosong itu. "
Matanya bersinar, khayalan jahat terbentuk di mata gelapnya yang sedingin es. Pupil matanya perlahan membesar dipenuhi kesenangan gila. Senyum tersungging di bibirnya. Mengubah sepenuh wajahnya.
"Ibu haruskah kita pergi minum? "
"Tentu saja Leander. Bukankah kita harus merayakan kebebasannya. "Nada bicaranya seram. Menyamarkan tujuan sebenarnya, niat jahat tersampaikan dari setiap kalimatnya.
"Besok tanggal 6 adalah peringatan kematian Clarissa. Kita akan berpesta di hari kematiannya. "
"Baik ibu. "
Leander menyeringai. Segera memahami pikirannya. Begitulah ikatan mereka antara ibu dan anak.
.....
Setelah memberikan hukuman pada Helena. Dia mendapatkan ketenangannya kembali.
Ketenangan ini sudah lama tidak dia rasakan. Bahkan matahari bersinar sangat cerah seolah mengerti bagaimana bahagianya Agatha.
Helena tidak masuk sekolah hari ini dan kedua sahabat dekatnya tidak ingin membuang-buang waktu untuk mengganggu dia.
Bahkan mereka tidak ingin bertatapan muka dan pergi sejauh mungkin dari Agatha.
Meski begitu rumor tidak mengenakan mulai tersebar di sekolahnya. Tidak tahu siapa yang menyebarkan berita itu tetapi efek yang ditimbulkan sangat cepat.
Beberapa siswi berbisik di belakang Agatha yang sedang duduk di kantin sekolah menikmati semangkok bakso dan secangkir es teh manisnya sendirian.
Kekecewaan dan helaan nafas terdengar sangat jelas. "Dia sangat cantik tapi sayang sekali murahan. "
"Iya, semakin cantik seseorang semakin berbahaya mereka. "
Di seberang lainnya.
"Bukankah dia yang dirumorkan itu, yang memiliki kekasih kaya karena memberikan tubuhnya?"
Bukan memberikan tubuh akan tetapi aku jadi peliharaan. Peli-ha-ra-an asal kalian tahu. Dia mengeja satu kalimat di hatinya dengan dongkol.
"Iya benar itu dia, pasti orang itu sangat jelek dan bertubuh gemuk. "Tambah gadis lainnya.
"Aku yakin pasti kekasihnya bertubuh seperti babi. "Kata gadis lainnya mengejek.
KAMU SEDANG MEMBACA
Villain From Heaven
Romance"Aku sudah pernah bilang, jika kau berani pergi dariku, dengan murah hati aku akan menghancurkan hidupmu. " Lelaki itu tersenyum lembut, tetapi Agatha tahu jika dibalik senyum malaikatnya yang lembut itu ada iblis mengerikan yang sedang mengintai.