21. APA YANG KAMU INGINKAN?

1.1K 48 0
                                    

Warning adegan 18+ jika kalian masih di bawah umur silahkan skip saja. Ada sedikit revisi di 2 bab sebelumnya.

Saat hari menjelang sore. Agatha terbangun di tempat asing. Kelopak matanya yang berat terbuka perlahan. Tertegun dia terduduk seketika dan memandangi sekeliling ruangan yang tampak elegan dan mewah ini.

Kamar ini lima kali lipat lebih luas dari kamarnya, tidak memiliki banyak perabot atau furniture. Bernuansa abu dan hitam, lampu gantung kristal tergantung di tengah ruangan, di sebelah kiri dinding kaca besar setinggi plafom menghadap pada kebun anggur, di depan ranjang terdapat LED TV berukuran 100 inch, dikiri dan kanan ranjang dihiasi lampu tidur, sebelah kanan ranjang terdapat padanan sofa berwarna putih beserta mejanya yang menghadap kebun anggur. Di belakang sofa ada dinding kaca setinggi plafon yang membatasi kamar dan kamar mandi.

Agatha dibuat tercengang dengan kamar yang mirip seperti hotel berbintang ini. Bahkan aroma kasur yang dia duduki sekarang mengeluarkan aroma mahal. Agatha tidak bisa berkata-kata lagi, mungkin furniture dan perabot di dalam kamar ini bisa membeli satu unit apartemen mewah dengan fasilitas lengkap.

Wanita yang dulu disiksa dan dianiaya kini menjalani hidup tentram dan damai setelah bertemu dengan pangeran.

Dia seperti Cinderella.

Agatha hampir memekik ketika
melihat laki-laki itu tidur bertelanjang dada, segera dia menarik selimut dan menutupi seluruh tubuhnya seperti kepompong.

Tapi tiba-tiba lelaki itu meraih pinggang dan menariknya dalam pelukan. Agatha tidak bisa berpura-pura lagi, dia mendorong dada sekeras batu itu dengan kekuatan penuh.

Namun, lelaki itu tidak bergeser sedikitpun. Agatha berdiri dari ranjang dalam kepanikan dia menyambar bantal, menutupi dadanya.

Pemuda itu tertawa kecil seolah mendengar lelucon yang lucu "Kenapa kamu ada disini, tidur di sampingku? "
Eros berhenti tertawa, berdiri dari ranjang, mendekat, dan merebut bantal hitam dari pelukannya. "Ini rumahku dan kamarku. Aku bisa tidur dimana saja. "Katanya, lebih mirip godaan daripada ejekan.

Agatha mundur, satu tangannya terulur ke depan dan satu tangannya menutupi dadanya. "Rumahmu?"

"Ya. Kau berada di rumahku tepatnya di rumah utama. "

"Pantas saja rumah ini tampak asing dan berbeda. Ternyata kita sedang berada di rumah utama. "

"Ya, begitulah. "Lelaki itu semakin mendekat mengikis jarak.

Dia seperti kelinci dan lelaki itu adalah serigalanya.

Yang mengejutkan lagi adalah sekarang dia hanya memakai piyama selutut tanpa lengan, berwarna putih dengan renda transparan.

Lalu dimana dress hitam panjang yang dia kenakan tadi.

Mengerti kepanikan sang gadis
lelaki itu dengan murah hati mulai menceritakan semuanya dengan perlahan.

Sekelebat ingatan melintas di kepalanya. Agatha masih melangkah mundur, tak lama kemudian punggungnya menyentuh dinding kaca. Sensasi dingin dan keras merambat di tulang punggungnya.

"Apa kau sudah ingat apa yang terjadi setelah aku menceritakannya. Jika kau belum juga ingat aku akan membantumu mengingatnya. "Lelaki itu menyeringai. Bahagia melihat sang gadis seketika memucat.

Apa yang telah dia lakukan kepada lelaki itu tidak bisa ditoleransi lagi. Bahkan hal itu sangat memalukan dan canggung ketika diingat kembali.

Dia ingat bagaimana dia dengan tidak tahu malunya menggoda dan menginginkan lelaki itu secara terang-terangan, Agatha memejamkan matanya dan mengatupkan giginya.

Setelah cukup tenang dia membuka matanya, dari dinding kaca transparan dia memandangi lingkungan yang sudah sepenuhnya menggelap.

Rasa keinginan melompat ke bawah dan berlari sejauh mungkin terlintas dipikiranya. Tetapi, ketika dia menghitung jarak antara lantai atas dan lantai bawah. Itu terlalu tinggi. Dan jika dia bisa melompat ke bawah, ada kemungkinan tubuhnya akan menderita cacat permanen.

Agatha tidak menginginkan hal itu terjadi.

Lelaki di sudut memperhatikannya dengan rasa geli menari di matanya, santai dan perlahan dia berjalan mendekat ke arahnya. Saat tubuh mereka bersentuhan lelaki itu berhenti di hadapannya.

"Apa kau terkejut? Tanyanya. Lelaki itu membelai wajahnya dan mencubit dagunya memaksa untuk menatap matanya. "Aku tidak akan membiarkan kamu lolos kali ini. Kau yang menggodaku, jadi jangan salahkan aku jika aku melakukan sesuatu yang tidak kamu inginkan. "Lelaki itu berbicara dengan lembut tetapi cukup mengintimidasi.

Agatha menurunkan mata, memandangi otot-otot di tubuh pria itu yang terjalin halus dan erat bak patung dewa Yunani yang dibuat dengan cermat dan hati-hati.

Dengan susah payah Agatha menelan ludahnya, waktu seketika berhenti. Walaupun dia sudah melihat tubuh ramping tapi berotot itu untuk kesekian kalinya, melihatnya dari jarak sedekat ini. Dia merasa jantungnya akan meledak saat itu juga.

Agatha menyentuh dadanya yang bidang dan menyusuri setiap lekukan otot-otot di perutnya. Tersadar. Dia menarik tangannya yang seperti tersiram air panas tetapi dengan cepat lelaki itu meraih pergelangan tangannya dan meletakan di tengkuknya. "Jika kau ingin menyentuhnya mulai dari sini Agatha. "Meletakan telapak tangan di punggung tangan sang gadis lelaki itu menuntunnya. "Lakukan dengan lembut. "Perintahnya. Dengan patuh Agatha mengikuti arahan lelaki itu. Tangannya dengan lembut menyentuh tengkuk, leher, dada, dan pusarnya. Desahan keluar dari mulutnya setiap gadis itu menyentuh bagian sensitif di tubuhnya. Dia melemparkannya ke ranjang. Ranjang berderit kala pria itu merangkak di atasnya.

Meskipun AC sudah dinyalakan tetapi ruangan ini masih saja panas bahkan telapak tangan yang kering tiba-tiba mengeluarkan keringat. Agatha meremas seprai hitam dengan kuat. "Apa yang akan kamu lakukan?" Tanyanya.

Diatasnya lelaki itu tersenyum menggoda. Dia menjawab tanpa rasa malu. "Aku tidak tahu, apa yang akan kita lakukan? Haruskah kita... mulai dari berciuman?"
Tanpa repot-repot menunggu jawaban Eros sudah mendekatkan wajah dan menempelkan bibirnya pada bibir merah Agatha. Sebelah tangan di letakan di samping wajahnya.

Ciuman itu awalnya ringan dan lembut tetapi tidak berlangsung lama. Ciuman yang lebih panas dan liar menghujani dirinya dan tidak memberinya ruang untuk bernafas.

Melepas ciuman, lidahnya menyapu daun telinga dan lehernya. Sementara sebelah tangannya yang nakal turun ke lekuk lehernya, menyusuri sisi tubuhnya dan menangkup payudaranya yang naik turun.

Payudaranya tidak kecil dan juga besar sangat pas di tangannya. Setelah bermain-main sebentar di tubuh bagian atasnya, kedua tangan lelaki itu meraih piyama yang ia kenakan dan merobek nya secara paksa. Dengan cepat bunyi robekan menggema ke seluruh ruangan.

Kulitnya yang seputih salju dan selembut sutra tidak mengenakan apapun selain pakaian dalam yang menempel di tubuhnya. "Kau sangat cantik Agatha. "Kata lelaki itu mirip seperti godaan daripada pujian. Jemarinya yang panjang dan kasar menyelinap masuk ke dalam pakaian dalam dan bermain di bawahnya. Saat jemari lelaki itu mengaduk dinding tubuh bagian bawahnya dengan kejam. Punggungnya melengkung secara alamiah. Dia merasakan tubuhnya tersengat listrik, tanpa sadar dia menekuk jari kakinya.

Lenguhan keluar dari mulutnya. Agatha tidak percaya jika suara kotor itu keluar dari mulutnya. Dia lantas menutup bibirnya dengan telapak tangannya, menghalau suara nakal dan berdosa yang keluar dari mulutnya.

Lelaki itu berhenti sejenak
mata hitamnya yang berkobar karena gairah menatapnya. "Kau sangat basah Agatha. Apa kau sangat menikmatinya?"

Agatha menganggukkan kepala. Menikmati sensai asing tetapi memikat yang diberikan lelaki itu. Dia ingin lelaki itu terus menyentuhnya.

"Apa yang kau inginkan Agatha katakan?"

"Kamu aku ingin kamu. "

Saat mendengar jawaban itu lelaki itu tersenyum puas. Dia telah menantikan hari ini dengan sabar. Hari dimana gadis itu menjadi miliknya seutuhnya.

Villain From HeavenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang