12. GWEN

1.3K 52 1
                                    

Gwen menghentikan aksinya dan berjalan mendekat ke arah pria yang duduk di kursi VVIP. Rambut coklatnya yang dibiarkan terurai bergoyang kala dia melangkahkan kaki dengan anggun di antara orang-orang yang yang menari riang gembira.

Pakaian minim berwarna hitamnya melekat sempurna di tubuhnya yang indah bak gitar spanyol.
Gwen duduk tenang di sebelahnya, tangannya yang ramping menuang whiskey ke dalam gelas kaca dan meminumnya.

Gwen adalah kekasih sahabatnya Felix pemilik Klub Malam Playhouse yang disebut-sebut sebagai salah satu klub malam terbesar di dunia selain itu juga mereka memiliki bisnis Kasino yang tersebar di berbagai negara.

Gwen membuka mulut untuk berbicara dengan Eros."Tidak biasanya kamu datang ke sini, apa yang membuatmu datang?"

Eros membenamkan puntung rokok ke dalam asbak dan melempar foto di atas meja. "Bantu aku mencari seseorang. Namanya Bianca, usianya 38 tahun dan dia bekerja sebagai penyanyi di klub malam. Tugasmu adalah mencari dimana dia bekerja dan siapa yang berhubungan dengan dia. Dengan kening di kerutkan. Gwen mengambil foto itu dan memandanginya lekat-lekat. Dia bertanya dengan penasaran, "Siapa dia? "

Sorot matanya yang dingin semakin dingin seolah bisa membekukan setiap orang yang menatapnya. "Dia hanya orang yang tidak bertanggung jawab. Menurutmu hukuman apa yang pantas untuk orang seperti dia?"

Bibirnya melengkung membentuk senyum kosong, "Lakukan seperti biasanya kau sangat ahli dalam hal itu bukan. Kenapa kau harus menanyakan kepadaku?"

Eros tidak menjawab dia hanya menatap tajam wanita yang sedang bersamanya. Gwen memang wanita yang menyebalkan, semua itu karena dia pernah menolak cintanya.

Hubungan mereka tidak dekat dan tidak juga jauh. Hubungan rumit ini berlangsung hampir 7 tahun lamanya. Gwen adalah teman satu SMA-nya. Mereka selalu bermain dan pergi bersama. Jika disitu ada Eros disitulah ada Gwen.

Mereka berpisah saat Gwen melanjutkan studinya ke luar negri sedangkan Eros harus mendekam di dalam penjara.

Gwen kembali satu tahun yang lalu setelah cintanya di tolak 6 tahun lalu dia mulai berkencan dengan Felix dan tinggal bersamanya.

Tetapi Eros tidak peduli, baginya wanita seperti pakaian bisa diganti dan dilepas sesuka hati.

Gwen berdiri dengan anggun dan menolehkan kepala. "Aku akan menghubungimu jika sudah menemukan dia. "

Eros tidak repot-repot menolehkan kepala ke lawan bicaranya dia hanya memainkan gelas ditangannya dan menjawab singkat. "Ya. "

Gwen kembali ke atas panggung dan melanjutkan tarian telanjangnya sedangkan lelaki itu masih duduk di tempatnya menatap bosan sekelilingnya. Tidak lama kemudian setelah menghabiskan beberapa botol whiskey dia kembali ke rumahnya.

.....

Di Rumah Utama.

Leander menuang secangkir anggur dan melemparkannya.

Suara pecahan kaca yang saling bertubrukan dengan lantai marmer terdengar di telinga Evelyn. Dengan panik Evelyn berlari ke arahnya seperti sedang menghindari bencana. Saat dia sampai di lantai bawah dan bertemu dengan anak semata wayangnya Leander. Wajahnya yang cantik berubah menjadi jelek.

Dia berteriak seperti orang kesetanan saat melihat wajah Leander dipenuhi dengan luka lebam membuat para pelayan segera mendekat ke arah suara melengking itu berasal. Para pelayan berkumpul dan berbaris dengan rapi.

"Siapa yang berani memukulmu sampai seperti ini?"

Mata Leander berkilat marah. Meski anaknya tidak menjawab tetapi Evelyn tahu siapa yang telah melakukan tindakan mengerikan seperti itu. Dia meraih tengkuknya dan memeluknya dengan penuh kasih sayang. "Apa Eros yang memukulmu?"

"Iya ibu dia yang melakukannya. "

Evelyn melepas pelukan dan mengguncang tubuhnya dengan kuat. Evelyn berteriak marah, wajahnya yang biasanya dihiasi dengan kelembutan dan kasih sayang seorang ibu berubah menjadi mengerikan. Rasa marah dan benci menari-nari di mata hitamnya.

"Apa kau tidak melawannya?! Mengapa kau membiarkan dia memukulimu?! Ingat Leander kau tidak boleh menjadi nomor 2 jadilah nomor satu. Kau harus mengembalikan apa yang diberikan kepadamu jangan biarkan dirimu diinjak-injak Leander!"
"
Leander membelalakkan matanya tidak menyangka dengan reaksi yang diberikan ibunya. Leander menggigit bibir bawahnya menahan kekesalan dan amarah yang berkecambuk di dadanya. Seperti biasa setelah ibunya menumpahkan semua amarahnya barulah Leander berani membuka mulutnya. "Baik ibu aku tahu. Aku akan memberi pelajaran yang setimpal pada lelaki angkuh itu. "

Ketidaksukaan di wajahnya berangsung-angsur menghilang. Di gantikan dengan kepedulian yang ekstrim. Evelyn menarik nafas dalam-dalam dan membuangnya.

Leander anak laki-lakinya ini selalu tahu apa yang diinginkan dan dipikirkan oleh ibunya. Evelyn mengulurkan tangan dan mengambil kotak p3k dari tangan pelayan dan mengobati wajahnya dengan lembut.
"Bagus Leander sayang, jadilah ambisius dan serakah maka semua yang kamu inginkan berada digenggam tanganmu. Ibu selalu mendukungmu Leander. Apapun akan ibu lakukan untukmu. "
Evelyn membelai wajahnya dengan penuh kasih sayang.

Leander menyentuh punggung tangan Evelyn dan mengecupnya dengan lembut. Senyum licik tampak di wajahnya. "Ibu aku memiliki kabar baik untukmu, mungkin kita bisa menggunakan dia sebagai salah satu pion. "

Evelyn menautkan alisnya, dia mengembalikan kotak p3k kepada pelayan dan mengusir mereka pergi dari ruangan itu. "Apa itu?"

"Eros memiliki kekasih yang masih SMA. Ketika aku menceritakan tentang Eros dia tidak takut sama sekali bahkan dia dengan beraninya memarahiku dan meninggalkanku begitu saja. Aku pikir Eros juga sangat menyukai gadis itu. "

"Maksudmu kau ingin membiarkan dia tunduk kepada kita dengan menggunakan gadis itu. "

Leander menganggukkan kepala, pupil hitam di matanya membesar, dipenuhi dengan delirium gila, senyum jahat tersungging di bibirnya.

Penyataan ibunya sesuai dengan apa yang dia inginkan.

***

Eros kembali ke rumah dalam keadaan setengah mabuk. Setelah memastikan gadis itu masih berada di kamarnya dia keluar dari kamar dan duduk di ruang tamu.

Dia menyalakan sebatang rokok dan menuang alkohol ke dalam gelas. Tatapan matanya menatap ruangan yang sepenuhnya terang.

Sudah menjadi kebiasaan hanya menyalakan ruangan yang digunakan ketika malam hari. Tetapi kali ini berbeda kedatangan gadis itu membuat dia harus membuang kebiasaan lamanya. Dia tidak ingin Agatha ketakutan melihat rumahnya seperti rumah hantu.

Tinggal di rumah sebesar ini sendirian membuatnya terbiasa dengan keheningan dan kesunyian yang melanda. Meski ada pembantu yang membersikan rumahnya setiap hari tetapi dia jarang bertemu dengan pembantu itu.

Karena pembantu di rumahnya selalu datang di pagi buta dan pulang menjelang siang. Di jam itu juga Eros masih tertidur dan bermimpi indah.

Lagipula dia adalah pengangguran sukses.

Berkat bisnis kasino yang ia jalankan secara diam-diam. Dia tidak perlu bekerja keras untuk mendapatkan sejumlah uang dan bisa hidup dengan tenang tanpa kelaparan seumur hidupnya.

Selain itu Adrick sang ayah selalu memberinya uang berlebih dan dia hanya menggunakan sedikit uang yang diberikan untuk membeli apa yang dia butuhkan.

Eros bukanlah orang yang mementingkan gaya hidup.
Meski dia bisa membeli apa yang dia inginkan dia tidak melakukan hal tersebut.

Dia berencana menggunakan seluruh uangnya untuk membangun perusahaannya sendiri.

Impian itu selalu dia pegang erat di tangannya. Sebentar lagi setelah semuanya cukup dia akan mengakusisi perusahaan Royal William. Membayangkan Leander dengan wajah cemberut entah mengapa membuat bibirnya berkedut.

Jika Eros tidak bisa mewarisi perusahaan Royal William dia dengan murah hati akan menghancurkan perusahaan itu dan tidak membiarkan perusahaan itu jatuh di tangan adiknya yang manis.

Dia bersumpah akan menghancurkan perusahaan dan itu tidak akan lama lagi.

Villain From HeavenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang