26. SEBAIKNYA KITA MELAKUKAN SESUATU

937 23 0
                                    

Sesungguhnya aku dalam suasana hati yang tidak baik. Aku bahkan melupakan apa yang ingin aku lakukan seperti orang linglung. Ingatan tentang penangkapan Bianca muncul lagi di kepalaku. Aku sangat khawatir, cemas, dan hanya ingin secepatnya pergi dari tempat ini, menemui Bianca.

Tetapi aku tidak bisa mengabaikan Grace begitu saja. Setidaknya aku harus berpamitan dengan baik. Dengan begitu rasa bersalahku sedikit berkurang. Aku menjaga raut wajahku sebaik mungkin. Senyum merekah di bibirku. Ini bukanlah senyum cerah melainkan senyum menyedihkan.

Mengantarkan kepergian kami.

Para pelayan dan pengawal mengelilingiku dan memberi hormat. Semenjak kematian Joseph beberapa hari yang lalu, Grace sendirian di rumah besarnya. Adrick sang anak bungsunya pulang tak menentu tetapi meski demikian dia tidak lupa selalu mengecek keadaan Grace saat istirahat siang, yang sulung Alfred masih melakukan perjalanan bisnis ke Spanyol bersama Leander dan mungkin akan kembali dalam waktu dekat ini. Sedangkan Evelyn, wanita itu sering menghabiskan waktu mengelola butik miliknya.

Jadi Agatha tidak kaget jika mansion ini sepi. Tetapi meski demikian penjagaan di mansion tidak bisa diremehkan. Agatha hampir pingsan ketika melihat puluhan pengawal sedang berjaga di tempat-tempat mencolok dan terbuka. Mereka memiliki mata setajam elang dan tubuh tegap seperti gunung. Aura mengintimidasi dan mematikan menguar di udara.

Grace datang, dia mengulurkan tangan kearahku. Aku melangkah ke arahnya.

"Agatha. Walaupun Eros tampak menyebalkan dan merepotkan. Apapun yang terjadi jangan pernah meninggalkannya. "

Apa? Kenapa dia berbicara seperti itu. Akulah yang seharusnya mengatakan kepada Eros.

Aku sangat takut jika Eros meninggalkanku, aku sangat takut jika Eros tiba-tiba menghilang dari hidupku, dan aku takut tidak adanya Eros di masa depanku. Membayangkan saja hatiku terasa perih.

Tetapi mendengar dari orang terdekatnya entah mengapa hatiku menjadi seringan bulu. Aku sedikit melupakan ketakutan ku.

Aku memasang raut wajah serius dan semeyakinkan mungkin.

"Aku tidak akan pernah meninggalkan Eros. Karena dia sudah menjadi bagian hidupku. "

Aku menatap sekeliling, mata hitamku berhenti pada pria yang berdiri jauh dariku. Dia sedang merokok, kepulan asap rokok mengelilingi tubuhnya.

Saat mata kita bertemu dia mengedipkan sebelah matanya dan tersenyum menawan. Senyuman itu membuat jantungku berhenti seketika. Aku segera memalingkan muka.

Grace tersenyum puas mendengar jawabanku dan aku merasa lega karena itu.

"Sebenarnya aku ingin mengundangmu makan malam. Tetapi karena situasi mendesak aku tidak bisa memaksamu untuk tinggal, di pertemuan berikutnya kau harus datang. Jika bocah menyebalkan itu menahan mu, aku yang akan menjemput mu. "

Mataku menatap lekat mata kelabu yang sedikit berkabut karena usia senja.

"Terimakasih sudah mengundang saya dan maaf karena selama beberapa hari ini merepotkan mu. "

Grace menggelengkan kepala tidak setuju.

"Kamu tidak merepotkan sama sekali. Aku justru senang, berkat dirimu Eros kembali ke rumah kami. "

Eros muncul di belakang ku, dia melingkarkan tangannya di pinggangku tidak sabar dan menarikku pelan.

"Aku mohon Grace berhentilah, jika kau terus berbicara dengannya. Aku tidak yakin akan sampai rumah hari ini. "

"Eros kau......"

Sebelum menyelesaikan kalimatnya lelaki itu dengan berani memotong pembicaraannya dan berbalik.

Villain From HeavenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang