Chapter 3

62 19 47
                                    

Setelah kejadian itu, kelas kembali dilanjutkan. Habil yang tidak ingin semua murid merasa khawatir langsung membicarakan bagaimana cara mengatasi virus tersebut.

"Baiklah ananda, saya akan memberikan tips bagaimana cara melindungi kita dari virus yang masih belum diketahui namanya ini." Habil pun menjelaskan tips nya yang diantara lain memakai masker, selalu mencuci tangan baik sebelum dan sesudah makan, serta jangan pernah mendekati area yang telah dianggap sebaga zona merah oleh kepala sekolah.

Bel pulang telah berbunyi, seluruh siswa siswi dihimbau untuk segera pulang kerumah. Ken seperti biasa mengajak Hendra dan Rudy untuk pulang bersama. Di perjalanan mereka kembali membahas rencana mereka untuk melakukan penelusuran di sekolah saat malam nanti.

"Bro, jadi ngga kita datang ke sekolah pas malam?" Tanya Rudy yang terlihat masih ketakutan.

"Ya jadilah!! Intinya kita harus bisa memecahkan misteri di sekolah ini. Betul ngga Ken?" Jawab Hendra dengan penuh semangat dan keyakinan.

"Iya, tapi ingat kita harus memakai masker saat ke sekolah karena kita juga harus berjaga-jaga dari virus bukan?" Ken meminta untuk tetap berjaga-jaga.

Sesampainya dirumah, Ken langsung meletakkan barang-barangnya, melepaskan pakaiannya, dan mandi. Ken masih teringat ketika dia sebelum pulang bersama Hendra dan Rudy, Ken sempat menghampiri Habil dan menyapanya. Habil dengan penuh senyuman membalas sapanya. Dia juga sedikit kaget bahwa Ken berada di kelas 8.1 entah apa sebabnya.

Malam yang sunyi dan penuh ketenangan pun akhirnya tiba. Didepan gerbang rumah, Hendra dan Rudy telah berulang kali memanggil Ken. Ken keluar dengan keadaan memakai masker. Mereka bertiga langsung berangkat menuju sekolah.

Sesampainya mereka di sekolah, terlihat suasana sekolah yang begitu menyeramkan dan membuat bulu kuduk merinding. Tidak ada pencahayaan sama sekali karena seluruh lampu dimatikan. Rudy yang terlihat sangat ketakutan kembali bertanya.

"Y-yakin.. nih...??" Tanyanya dengan tangan bergetar.

"Yakin lah! Udah ngga apa-apa kita masuk aja yuk." Ucap Hendra dengan bersikeras.

Mereka mulai memasuki sekolah. Karena gerbang terkunci, mereka terpaksa memanjat. Tanpa sadar mereka telah diawasi sosok mahkluk mengerikan. Ruangan demi ruangan dan lorong demi lorong mereka periksa. Akhirnya mereka menemukan suatu keanehan. Sebuah lendir berwarna hitam menempel di ruangan kelas 7.6 dan tersebar dimana-mana. Ketika mereka memeriksa kelas itu tiba-tiba dari belakang mereka dikejutkan dan diserang oleh makhluk mengerikan yang berbentuk seperti pocong.

Namun, pocong ini sedikit berbeda karena memiliki 4 tangan dan tidak terikat. Dua tangannya memegang payung dan sebuah loncang. Pocong itu juga dapat berjalan seperti manusia normal dan tidak melompat seperti pocong pada umumnya. Ken, Rudy, dan Hendra berusaha untuk melarikan diri. Mereka bertiga benar-benar ketakutan. Sayangnya malang mendatangi Rudy, ketika berlari dia tersandung dan terjatuh. Pocong tersebut berada tepat dibelakangnya dan kemudian meludahkan sebuah cairan mirip lendir yang mereka temukan tadi.

Seketika itu juga Rudy berteriak kesakitan karena lendir tersebut terasa sangat panas seperti cairan asam. "Ken... Hendra... Kenapa..." Itulah kata-kata terakhir dari Rudy sebelum tubuhnya mencair dan hanya menyisakan kerangka.

Tentu saja melihat kejadian itu membuat Ken dan Hendra sangat syok. Mereka berdua hanya terdiam melihat tubuh teman mereka yang telah mencair. Pocong itu kembali bersiap untuk menyerang Ken dan Hendra. Untungnya Habil datang dan langsung menyerang pocong tersebut dengan pedangnya.

"Kalian berdua ngga apa-apa?" Tanyanya.

HEROES WORLDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang