Chapter 30

10 3 1
                                    

Selama perjalanan Aramico menceritakan semua kejadiannya kepada Devon. Devon hanya dapat mengucapkan terima kasih tanpa bisa membalas perjuangan mereka dalam menyelamatkan dirinya.

Hendra sangat bersyukur gurunya bisa diselamatkan. Ditambah lagi ia akan bertemu dengan sahabat sejatinya, Ken. Hendra telah berpisah dengan Ken selama 6 bulan semenjak kejadian yang menimpa mereka sebelumnya.

Hendra mencoba menghubungi Ken tetapi ia lupa bahwa Ken tidak memiliki Handphone. Setelah melalui perjalanan yang cukup lama, akhirnya mereka sampai di Bandara Internasional Minangkabau, Padang.

Kemudian mereka langsung bergegas menuju rumah sakit karena pertarungan itu membuat mereka terluka. Dirumah sakit para dokter segera melakukan pemeriksaan dan segera mengobati luka-luka mereka.

Hendra yang saat itu sudah selesai diobati berniat keluar sebentar untuk mencari toko yang menjual Handphone. Hendra ingin membelikan Handphone untuk Ken agar mereka dapat saling berkomunikasi dikala jika mereka saling membutuhkan bantuan.

Hendra membeli Handphone yang cukup murah dengan harga 3 jutaan menggunakan uang dari gaji bulanannya. Deana yang sedari tadi mengikuti Hendra diam-diam sangat kagum dengan Hendra karena mau membeli sebuah Handphone hanya untuk sahabatnya.

"Ih padahal itu uang dari hasil hidup mati kamu loh, tapi kamu mau beliin teman kamu HP." Ucap Deana

"Yah gak apa apa juga kak, lagian ini sebagai tanda permintaan maaf karena udah ninggalin dia tanpa kabar." Balas Hendra.

"Yaudah kita balik kerumah sakit yuk tadi aku liat Dafa teriak-teriak pas tangannya ditutup pakai kain." Ucap Deana terkekeh.

Hendra dan Deana segera kembali kerumah sakit untuk melihat keadaan yang lainnya. Luka pada kaki Aramico tidak terlalu parah bahkan Aramico sempat-sempatnya melakukan gerakan jungkir balik atau salto.

Hendra mendatangi Dafa yang saat itu masih merintih kesakitan. "Cowok kok nanges." Ejek Hendra sembari menurunkan lidahnya.

Dafa yang kesal sekaligus jijik memukul kepala Hendra meskipun tidak terlalu keras. Sementara itu Devon sedang mengasah goloknya sembari mengembalikan seluruh pikiran dan ingatannya.

****

MARKAS ORGANISASI PAHLAWAN
PUKUL 10.00 WIB

Dafa, Hendra, Aramico, Deana, dan Devon telah sampai di markas tempat mereka seharusnya berada. Saat itu mereka langsung disambut oleh Novia yang kebetulan sedang menyapu halaman. Disusul juga oleh Habil yang saat itu ingin berangkat kerja kerumah sakit.

Karena mereka semua telah lama tidak saling bertemu, membuat mereka sedikit terkejut dengan perubahan tampilan masing-masing.

"Anjir, rambut lu panjang Dap. Biasanya pendek kan?" Tanya Habil.

"Yoi, males gua cukurnya. Mending gini aja dah." Jawab Dafa.

"Kamu pasti Hendra ya? Temannya Ken." Ucap Novia sambil mengarahkan jari telunjuknya kearah Hendra.

"I-iya kak." Hendra merasa gugup.

"Dia ada didalam kok, cari aja dia."

Sementara itu Ken sedang merenung dikamarnya. Ia terus memikirkan kabar sahabatnya itu. Disaat sedang merenung sambil melihat kearah jendela, tiba-tiba sudah berada di depan pintu kamarnya.

"Mau sampai kapan lu termenung gitu?" Tanya Hendra.

"H-Hendra?!" Ken segera bangkit dari kursinya lalu berlari dan memeluk sahabat baiknya itu.

HEROES WORLDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang