Misstruck 3

856 130 95
                                    

Suara derap langkah kaki berjalan di koridor sekolah menuju ruang guru. Pandangan murid di sekitar koridor menatap seorang gadis yang berjalan dengan wajah datar tanpa senyuman sedikit pun. Ia adalah murid baru di Pelita High School.

Gadis yang selalu memasang wajah datar dengan sorot mata yang sayu. Ia bukan gadis yang terlalu pintar, ia bukan gadis yang terkenal, ia juga bukan gadis yang mementingkan penampilannya. Ia berpenampilan seadanya seperti yang tertulis di tata tertib sekolah.

Aluna Putri Atmaja, seorang gadis biasa yang tidak istimewa. Memiliki sifat dingin bagai kutub, keras kepala, tidak mudah tertawa bahkan tersenyum pun sulit baginya, gadis yang sulit ditebak atau misterius. Mungkin itu salah satu alasan dirinya tidak terkenal seperti orang lain. Namun di balik itu semua, Aluna memiliki kepedulian terhadap orang lain, apalagi pada orang-orang yang lemah. Ia senantiasa membantu orang yang membutuhkan bantuan.

Aluna memiliki paras yang cantik, memiliki tinggi badan yang tidak terlalu pendek dan juga tidak terlalu tinggi, berkulit putih tanpa polesan apapun, rambut yang selalu terurai lurus se-pinggang dengan sedikit poni tipis di dahinya. Benda favorite Aluna ialah jam tangan, ia tidak akan melupakan jam tangannya.

Gadis itu memasuki ruang guru untuk bertemu wali kelas dan mengetahui keberadaan kelasnya. Setelah bel masuk berbunyi, Aluna diantarkan menuju kelas baru di sekolah barunya. Aluna berjalan beriringan bersama  seseorang yang akan menjadi wali kelasnya.

Tidak ada senyuman atau sapaan hangat untuk teman kelasnya. Aluna hanya berdiri di depan kelas tanpa mengucapkan apapun. Mungkin orang lain akan mengira dirinya bisu, nyatanya ia hanya malas berbicara.

"Aluna, silahkan perkenalkan diri kamu," titah wali kelas.

Aluna mengangguk pelan, "Perkenalkan, saya Aluna Putri Atmaja, pindahan dari Rajawali High School."

Beberapa murid mengatakan, "Salam kenal Aluna," dengan menyebutkan nama masing-masing. Mereka menyambutnya dengan hangat.

Aluna mengedarkan pandangannya, ketika semua orang menyambut kedatangan dirinya, ia melihat dua orang yang selalu fokus pada buku tanpa menghiraukan kehadiran Aluna. Apa mungkin mereka berdua murid istimewa di sekolah ini?

"Aluna, silahkan duduk di belakang Reygan," ucap guru itu.

Reygan? Siapa dia? Ia tidak mengenal satu pun diantara mereka. Ada dua bangku kosong yang berada di tengah, tidak peduli dengan yang bernama Reygan, ia akan duduk sesuka hatinya. Aluna berjalan menuju bangku kosong di belakang seorang laki-laki yang fokus pada bukunya. Bahkan ketika Aluna melewati laki-laki itu, dua laki-laki itu seolah tidak menganggap kehadirannya.

"Aluna, lo duduk di belakang Reygan, bukan Liam," ucap salah satu siswi di kelas itu.

Aluna tidak membalas ucapan siswi itu, ia segera pindah ke belakang laki-laki yang katanya bernama Reygan. Reygan sama sekali tidak menoleh ketika namanya dipanggil, sesombong itukah dia?

"Masa lo gak tau Reygan sih?" cibir siswi lainnya.

Ya jelas tidak. Anda pikir semua orang di dunia ini harus mengenal siapa Reygan? Ia bukan orang yang perlu dikenal, bahkan ia juga bukan orang penting yang harus diketahui banyak orang. Wajar saja Aluna tidak mengetahui laki-laki itu, toh sebelumnya mereka tidak satu kota.

Aluna tidak menggubris apa yang dikatakan oleh teman sekelasnya, bukan hal penting yang harus ia tanggapi. Aluna membuka bukunya dan fokus mendengar guru yang sedang menjelaskan materi.

Pada saat sesi pertanyaan dimulai, dua laki-laki sombong itu selalu menjawab dengan nada yang dingin, jawaban singkat dan jelas. Aluna mengerti, itulah alasan mereka memiliki sifat sombong, ternyata kemampuan belajarnya di atas rata-rata. Mereka dua orang genius yang berada di kelas ini. Wajar saja sedari tadi mereka fokus pada buku di hadapannya.

Bel istirahat berbunyi, Aluna melangkahkan kakinya menuju kantin tanpa di temani siapapun. Aluna terbiasa sendiri tanpa seorang teman. Ia tidak peduli jika banyak orang yang mencela dirinya tidak memiliki teman. Untuk apa memiliki banyak teman jika mereka hanya ingin menusukmu?

Aluna membeli makanan di salah satu warung yang menjual makanan Jepang. Kemudian ia mencari bangku kosong. Ia duduk seorang diri, tidak memperdulikan orang yang menatapnya.

Ketika Aluna fokus pada makanannya, ia disuguhi pemandangan yang mengganggu kenikmatan dikala makan. Seorang gadis di dorong dengan kasar oleh sekelompok orang, mereka yang mendorongnya hanya tertawa ria melihat gadis itu ketakutan.

Mereka meminta gadis itu untuk melayani mereka, mulai dari membeli makanan, minuman, hingga menyiapkan dan membersihkan tempat yang akan mereka duduki. Setelah mereka dilayani, mereka meminta gadis itu untuk duduk di bawah seraya memakan sisa makanan yang mereka berikan. Mereka mempermalukan gadis itu di depan semua orang.

Anehnya, orang disana hanya menertawakan bahkan seolah tidak melihat perlakuan mereka. Tidak ada satu pun yang menolong atau mencegah mereka untuk melakukan itu. Dimana hati nurani mereka? Dimana letak kemanusiaan mereka? Apakah sekolah ini tidak mendidik muridnya untuk ber-prikemanusiaan?

Aluna menatap perlakuan mereka kepada gadis itu hingga selesai makan. Ketika Aluna hendak menghampirinya, mereka terlanjur pergi meninggalkan area kantin. Dengan sengaja dan penuh keberanian, Aluna mengikuti mereka dari belakang.

Mereka menendang punggung gadis itu hingga tersungkur ke tengah lapangan. Setelah itu mereka mengguyur gadis itu dengan air minuman yang mereka bawa dari kantin. Bukan hanya itu, mereka mengacak-acak rambut gadis itu hingga kusut tidak berbentuk.

Aluna yang menatapnya merasa kesal, mengapa mereka melakukan hal sekejam itu? Ia juga merasa gemas, mengapa gadis itu sama sekali tidak melawannya dan hanya terdiam pasrah?

Dengan penuh keberanian, Aluna melangkahkan kakinya menghampiri mereka yang sedang menertawakan gadis itu. Aluna memasuki kerumunan dan mendorong mereka agar menjauh dari gadis yang telah pasrah.

"Dih, kenapa lo?" tanya salah satu siswa, setelah itu tertawa terbahak-bahak.

"Anak baru ya lo?"

"Berani banget datang dan dorong kita, mau cari mati?!"

Aluna tetap memasang wajah datar tanpa ekspresi, ia menunggu hingga mereka berhenti berbicara. Setelah beberapa lama mereka mengumpatnya, mencibirnya, serta menertawakannya. Aluna mulai mengeluarkan suaranya.

"Iblis gak selayaknya hidup di dunia ini!" tegas Aluna. Ia tidak berkata panjang lebar. Satu kalimat itu mungkin cukup untuk ia ucapkan hari ini di depan mereka.

Aluna membantu gadis itu untuk berdiri dan mengajaknya pergi dari mereka. Bukannya merasa aneh, mereka justru tertawa brutal, menertawakan ucapan dan aksi yang Aluna lakukan. Mungkin menurut mereka itu hal yang sangat lucu.

Disisi lain, Reygan dan Liam yang selalu mengikuti sekelompok itu tertegun melihat Aluna menghadap mereka dengan penuh keberanian. Tidak banyak orang yang berani menolong korban perundungan seperti itu. Tidak, justru mereka merasa heran dengan Aluna, mengapa ia memiliki keberanian sebesar itu? Apakah ia tidak memikirkan akibat dari yang ia lakukan?

"Apakah dia menjadi target selanjutnya?"

▪︎■▪︎

Dibuat 20 November 2023
Dipublish 2 Maret 2024

Apa yg akan kalian lakukan jika berada di posisi gadis itu dan di posisi Aluna?

Misstruck [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang