Semua murid berlarian memasuki area sekolah bagaikan dikejar hewan buas di tengah hutan. Mereka bukan takut gerbang ditutup atau kesiangan, mereka tidak sabar untuk menyaksikan target baru hari ini. Gila. Mereka benar-benar gila. Entah dimana letak otak dan pikiran mereka yang senang melihat perundungan itu.
Semua orang bersorak ria menyambut sekelompok yang sedang bertepuk tangan dan melambaikan tangannya ke penonton seolah meminta mereka untuk meramaikan suaranya. Kelompok itu menunggu kedatangan target yang ia tuju.
Reygan dan Liam pun ikut melihat perkumpulan mereka untuk menyambut target baru. Mereka semua sangat penasaran siapa target selanjutnya yang akan mereka pertontonkan hari ini. Termasuk Reygan dan Liam, mereka penasaran dengan target baru dan juga penasaran dengan hal yang akan mereka lakukan. Tentunya dua laki-laki melakukan hal itu hanya untuk menyelidiki kasus perundungan yang terjadi.
Disisi lain, Aluna berjalan santai dengan wajah datar dan tatapan sayu. Ia terkejut ketika melihat sorak yang sangat ramai serta banyak orang berkumpul di sekitar lapangan. Apakah akan ada perundungan baru? Bukankah Tasya telah selesai menjadi target mereka? Lalu siapa yang akan menjadi target selanjutnya?
Dengan rasa penasaran, Aluna menghampiri keramaian dan ikut berdiri untuk melihat siapa target selanjutnya. Namun tidak ada satupun orang yang dirundung oleh mereka. Niatnya Aluna akan membantu target itu, ternyata tidak ada apapun yang terjadi. Mereka hanya kurang kerjaan berteriak tidak jelas. Sepertinya mereka membutuhkan penanganan dari rumah sakit jiwa.
"Lo!" teriak salah satu siswa seraya menunjuk ke arah Aluna.
Dua orang gadis dengan dandanan yang berlebihan menarik Aluna dengan kasar menuju ke tengah lapangan. Teriakan penonton disana semakin terdengar bising hingga merusak gendang telinga.
"Kenapa? Kaget?" tanya salah satu dari mereka.
Laki-laki bertubuh tinggi dan kekar dengan penampilan acak-acakan menghampiri Aluna. Ia menatap Aluna dengan tajam seraya tersenyum miring. Kemudian laki-laki itu mengulurkan tangan kanannya.
Aluna tetap memasang wajah datar seraya melihat uluran yang diberikan laki-laki itu tanpa membalasnya. Namun laki-laki itu mengambil tangan Aluna untuk membalas ulurannya secara paksa. Aluna hanya pasrah menerima apa yang laki-laki itu lakukan.
"Lo anak baru kan? Pasti lo belum kenal kita kan?" ucapnya.
"Oke, kenalin dulu. Gue Nathan. Dan kita adalah Thunder. Lo tau apa penyebab lo ditarik kesini?"
"Itu karena lo cari masalah sama kita," lanjutnya.
Nathan tersenyum miring seraya mendekatkan tubuhnya ke arah Aluna. "Lo anak baru paling songong di sekolah ini. Baru nginjak kaki disini udah berlaga paling keren. Sejago apa sih lo? Gue yakin lo cuman caper ke semua orang disini biar lo dapat perhatian dari mereka dan terkenal kan? Secara lo bukan orang terkenal kan?" cerocos Nathan.
Aluna menatap tajam Nathan seolah menantang, "to the point," tegas Aluna tanpa ekspresi.
"Lo target baru kita! Aluna, nama lo Aluna kan?"
"Kita sambut Aluna, target kita sekarang!" teriak salah satu gadis seraya menaik-turunkan tangannya mengajak penonton untuk berteriak.
"Woooooo!!!"
"Kita dimulai sekarang, Aluna!" seru Nathan menyeramkan, namun tidak untuk Aluna, gadis itu justru menatap Nathan tanpa rasa takut.
Ketika Nathan hendak menampar pipi Aluna, gadis itu menahan tangannya dengan sangat erat. Aluna menatap tajam Nathan, "Lo mau habisi gue?" tanya Aluna.
"Tentu."
"Oke, sebelum itu gue akan beri dua pilihan. Bertahan atau menyerah? Lo bisa jawab ketika permainan kita telah berlangsung selama dua hari."
"Tapi buat lo, meskipun lo sanggup bertahan, pasti lo akan mendapatkan giliran ini lagi, menjadi target di kemudian hari."
"Lo tau kan, nama lo telah tertulis di daftar kita. Dan lo pasti akan mendapat giliran itu lagi," jelasnya.
Aluna tersenyum miring, "Oke, gue punya tawaran menarik. Kalian bisa habisi gue sesuka hati kalian di rooftop sekolah."
Nathan tertawa terbahak-bahak, tidak menyangka bahwa gadis itu justru menantangnya. Aluna benar-benar ingin mati. Seketika Nathan menghentikan tawanya.
"Gue akan melakukan sekejam mungkin hingga lo gak sanggup untuk bertahan, cewek gila," umpatnya.
Tiba-tiba Nathan memukul rahang Aluna, disusul dengan kelompoknya untuk membuat Aluna babak belur. Thunder sangatlah kejam. Mereka tidak memandang gender target. Aluna diam tidak melawan, membiarkan mereka untuk memukuli tubuhnya tanpa belas kasihan.
Disisi lain Reygan hanya menatap Aluna yang sedang dipukuli. Gadis itu tidak seberani seperti awal ia menolong Tasya. Gadis itu sama saja dengan korban target lainnya yang hanya pasrah tidak melawan ataupun mencoba membebaskan diri. Reygan salah menilai Aluna, ternyata ia sama dengan gadis lainnya yang lemah.
Diam-diam Liam memotret kejadian itu tanpa diketahui orang lain kecuali Reygan. Mereka berdua membiarkan gadis itu merintih kesakitan, mereka tidak peduli dengan gadis itu, toh ia bukan orang spesial bagi mereka, untuk apa mereka pedulikan?
Bel masuk berbunyi, semua murid berlarian menuju kelas masing-masing. Terkecuali Aluna dan kelompok Thunder yang masih berada di tengah lapangan. Aluna berdiri sekuat tenaga untuk menghadap mereka. Aluna tersenyum smirk seolah menandakan permainan darinya pun akan dimulai.
"Ternyata lo lemah. Lo hanya caper ke semua orang."
Tanpa banyak bicara, Aluna memukul wajah Nathan dengan kencang. Bukan hanya itu, ia pun menendang Nathan hingga terjatuh. Aluna terkekeh menyeramkan dengan tatapan mata seolah ingin menerkam. Gadis itu menatap semua kelompok Thunder satu per satu dan tersenyum miring.
"Jadi, siapa yang lemah?" cibir Aluna meremehkan.
Seketika mereka menahan kedua tangan Aluna dengan erat. Namun Aluna berhasil melepaskan tangannya dari mereka.
Beruntungnya tidak ada murid lain selain kelompok Thunder yang menyaksikan hal itu. Jika murid lain melihat Thunder kalah, apa kata mereka? Setelah Aluna menghajar laki-laki itu, ia melangkahkan kakinya menuju kelas.
Tunggu, Aluna melupakan suatu hal. Ia menghentikan langkahnya dan berbalik menghampiri mereka. "Lo ingat pesan gue tadi? Habisi gue di rooftop pulang sekolah. Gue tunggu kehadiran lo," tegas Aluna.
"Gue gak akan lupa. Kita pasti akan bunuh lo sekarang juga, Aluna!"
Aluna membalikkan tubuhnya dan melanjutkan langkahnya tanpa membalas perkataan laki-laki itu. Kini wajah Aluna memiliki banyak luka lebam, terutama di bagian tangannya. Aluna tidak peduli dengan rasa sakitnya, justru menurutnya rasa sakit itu tidak seberapa.
Reygan dan Liam menatap kehadiran Aluna, bahkan satu kelas pun menatap Aluna yang berpenampilan acak-acakan dan kotor. Aluna tidak memedulikan tatapan mereka, ia duduk di kursinya dan membuka buku mata pelajaran pertama.
Reygan merasa aneh dengan gadis yang duduk di belakangnya. Mengapa saat itu ia berani menolong orang lain? Namun disaat gilirannya, gadis itu tidak membalas atau setidaknya melindungi diri sendiri. Ada apa dengan Aluna?
Liam pun merasa penasaran dengan Aluna. Gadis itu sangat misterius dan sulit ditebak. Dari mulai sifat, gerak-gerik, perkataan, hingga tatapan matanya sangat sulit ditebak. Mungkinkah Aluna memiliki kelainan jiwa? Sepertinya Aluna perlu ditangani oleh pihak kejiwaan.
▪︎■▪︎
Dibuat 22 November 2023
Bingung kan sama Aluna. Sama saya juga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Misstruck [END]
Mystery / ThrillerDi zaman ini, perundungan dianggap hal biasa. Perundungan dianggap sebuah candaan belaka. Mereka mempermainkan korban layaknya boneka. Mereka mengukir banyaknya luka. Tidak peduli banyak korban yang celaka. Dasar manusia penghuni neraka. Mereka haru...