Misstruck 34

449 48 50
                                    

Cuaca pagi ini sangatlah dingin, lebih cocok untuk memejamkan mata di atas kasur seharian. Namun hal itu tidak dapat dilakukan untuk anak sekolah. Mereka harus tetap melaksanakan kewajibannya untuk pergi ke sekolah melawan rasa malas yang menghalangi aktivitasnya.

Seperti biasa, lapangan terdengar suara sorakan ria. Seorang gadis melewati lapangan seolah tidak melihat apa yang telah terjadi. Aluna berjalan menuju toilet hanya untuk menghindari ajakan Thunder. Ia tidak ingin merundung siapapun, ia hanya ingin Thunder musnah.

Namun percuma saja, ternyata di toilet terdapat beberapa kelompok Thunder yang sedang memoles wajahnya. Aluna memutar bola mata seraya menatap mereka dengan sinis. Ketika ia hendak berbalik, ada sesuatu yang menahan langkah Aluna sehingga ia terpaksa untuk berhenti. Tangan Aluna dicengkram erat oleh salah satu gadis dari Thunder.

"Kenapa lo gak pernah hadir?" tanya salah satunya.

"Lo itu sekarang adalah anggota Thunder, lo harus mengikuti peraturan yang ada di Thunder. Lo cukup ada disana melihat itu. Atau lo juga bisa menghajar target sesuai keinginan lo."

Disisi lain, Reygan melintasi toilet wanita, ia menghentikan langkahnya ketika mendengar ada anggota baru di Thunder. Reygan sedikit mengintip ke dalam toilet wanita, hanya untuk melihat siapa anggota Thunder yang baru.

Reygan terkejut ketika melihat Aluna. Apakah Aluna telah bergabung pada kelompok Thunder? Reygan berdiri di depan toilet untuk mendengar perbincangan mereka lebih lanjut.

"Jabatan gue lebih tinggi dari kalian, jadi gue tau tugas gue apa. Gak usah ngatur." balas Aluna.

Keempat gadis itu berdecak, percuma memberitahu orang yang keras kepala dan sombong. Mereka melangkahkan kakinya keluar toilet meninggalkan Aluna seorang diri. Gadis itu menatap pantulan dirinya di cermin beberapa saat, setelah itu ia pun keluar dari toilet.

Tiba-tiba sebuah tangan menariknya dengan erat, Aluna ditarik menuju belakang sekolah, entah untuk apa tujuannya. Cengkraman itu sangat kuat sehingga Aluna sulit untuk melepaskannya. Setelah tiba di belakang sekolah, Reygan menghempaskan lengan Aluna begitu saja dan menatapnya dengan tajam.

"Ternyata lo kelompok Thunder?"

"Apa tujuan lo sebenarnya?!" tegas Reygan to the point.

Reygan kecewa ketika mengetahui bahwa Aluna ternyata bergabung pada kelompok itu. Bukankah mereka satu tujuan? Namun mengapa Aluna mengkhianatinya? Sia-sia ia memberitahu semua tentang Thunder. Ternyata tujuan Aluna hanya untuk bergabung dengan kelompok Thunder.

"Gue—"

"Lo benci Thunder kan? Kenapa lo bergabung ke kelompok itu?!"

"Jangan-jangan lo menjebak gue?!"

Reygan mengingat suatu hal, "Lo berpura-pura menjadi penyelidik Thunder, lo hampir bunuh gue karena itu, ternyata tujuan lo bunuh gue hanya untuk menghapus bukti-bukti tentang Thunder dari gue?!"

"Lo berpura-pura satu tujuan dengan gue hanya untuk memasukan gue ke dalam rencana licik lo?!"

"Reygan!" tegas Aluna. Ia tidak diberi sedikitpun celah untuk menjelaskan yang sebenarnya.

"Munafik!" umpat Reygan.

Aluna tersenyum miring, laki-laki itu belum mendengarkan penjelasan dari Aluna, namun ia sudah menyimpulkan apa yang ada dipikirannya. Aluna menatap Reygan dengan tajam seraya mengatur nafasnya, Aluna berusaha menahan emosi yang menggebu-gebu.

"Lalu lo berpikir kalau semua yang gue ceritakan hanyalah sebuah karangan yang gue buat?" ujar Aluna.

"Gue gak akan lagi percaya sama lo, Aluna!" tegas Reygan.

"Gue gak minta lo buat percaya sama gue. Tapi presepsi lo salah tentang gue!"

"Gue bergabung Thunder untuk mencari tahu lebih lanjut. Gue ingin menghancurkan Thunder. Gue itu mengkhianati Thunder, bukan lo Reygan!" tutur Aluna.

"Lo susah ditebak, Aluna. Gue gak percaya dengan semua yang lo ungkapkan."

Reygan meninggalkan Aluna seorang diri setelah mengatakan hal itu. Aluna menatap kepergian Reygan dengan datar. Ia ingin mengumpat, namun ia juga menyesal. Entahlah, mungkin semua yang dilakukan Aluna akan salah dimata semua manusia. Aluna benci semuanya.

Gadis itu menendang dan memukul dinding sekolah. Sebelum akhirnya gadis itu menyenderkan tubuhnya pada dinding. Aluna melihat ke atas langit, hal apa lagi yang harus ia lakukan agar semua masalah selesai?

▪︎■▪︎

Aluna membuka laptopnya hanya untuk menggulir halaman kesana kemari tanpa tujuan. Aluna sibuk dengan pikirannya, bukan benda di hadapannya. Bagaimana ia mengungkap semuanya secepat mungkin dan memberikan semua bukti itu pada Reygan. Ia tidak ingin Reygan salah paham dengannya.

Aluna mengingat kepergian gadis yang tidak sengaja ia tembak. Apa mungkin ia harus bertanggung jawab karena itu adalah sebuah ketidak sengajaan? Namun tujuan Aluna memang untuk membunuh Oline, agar gadis itu merasakan hal yang sama dengan para korban perundungan. Sayangnya, ia tidak menemukan penjelasan lainnya. Hal itu yang membuat Aluna menyesal atas kepergian Oline.

Aluna teringat nama Jaya, apa mungkin Liam? Ia hanya takut salah sasaran lagi seperti kejadian Reygan waktu itu. Namun Oline mengatakan hal itu dan ia yakin bahwa Oline tidak berbohong.

Aluna membuka sosial media milik Liam dan menatapnya dengan penuh kebencian. Ia tidak menyangka bahwa Liam pandai berpura-pura. Topengnya sangat tebal hingga tidak terlihat bentuk wajah yang sebenarnya.

"Liam Alvero Sanjaya," ucap Aluna membaca nama lengkap yang tertulis di sosial medianya.

Disisi lain, Reygan memikirkan hal yang terjadi tadi siang. Apakah mungkin Aluna menjebaknya? Namun setelah ia pikir-pikir, jika Aluna menjebak dirinya, Aluna tidak mungkin kenal dengan Andra. Aluna juga tidak mungkin mengarang nama itu dan kejadian yang telah Aluna ceritakan.

Apa mungkin ia berlebihan kepada Aluna karena telah menuduhnya? Reygan mengacak-acak rambutnya dengan kasar. Setelah itu ia membuka ponsel dan mengetikkan sesuatu di ponselnya.

Beberapa kali Reygan menghapus kalimat yang ia ketik. Reygan tidak tahu harus mengetik kalimat yang bagaimana. Terakhir, ia harus mengirimkan pesannya tanpa di hapus. Reygan menekan tombol kirim dan langsung melempar ponselnya.

Namun tak lama, ia membuka ponselnya lagi dan menghapus pesannya. Setelah itu ia kembali melempar ponsel dan merebahkan tubuhnya. Lebih baik ia beristirahat, meskipun pikiran belum bisa diistirahatkan.

▪︎■▪︎

Seseorang mengemudikan mobilnya dengan kecepatan tinggi, tidak peduli dengan kendaraan lain yang memakinya. Ia tersenyum miring ketika seorang siswa berjalan sempoyongan dan hendak menyebrang jalan. Ia lebih mencepatkan lajunya, dan

Brukk

Ia menabrak seorang siswa hingga terpental. Tanpa rasa bersalah, ia tetap melajukan mobilnya, tidak peduli keadaan orang yang ia tabrak, seperti tidak tetjadi apapun. Yang terpenting dirinya bebas dari amukan warga. Laki-laki itu memasang wajah tidak bersalah. Dasar biadab.

Laki-laki itu memarkirkan mobilnya di sebuah rumah cukup besar. Kemudian keluar dari mobil dan mengambil motor miliknya yang terparkir tak jauh dari mobil tersebut. Ponselnya berbunyi, ia mendapat panggilan dari seseorang. Ia segera menerima panggilan tersebut dan mengangguk mengiyakan yang diperintahkan oleh orang dibalik telepon.

Laki-laki itu segera menancapkan gasnya menuju suatu tempat. Lalu ia menghentikan motornya di sebuah rumah sakit. Ia segera melangkahkan kakinya dengan cepat menuju seseorang yang ia tuju.

"Siapa yang kecelakaan?" tanya orang itu dengan khawatir.

Dibuat 16 Februari 2024
Dipublish 27 Maret 2024

Misstruck [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang