Misstruck 38

437 42 38
                                    

Langit gelap dan angin kencang menyaksikan dua kelompok pasukan yang telah bersiap di tengah tanah kosong yang sangat luas dengan senjata yang dibawa oleh masing-masing orang. Jumlah Lentera lebih banyak daripada Pelita, senjata mereka pun lebih lengkap daripada Pelita. Sepertinya Lentera telah menyiapkan hal ini sejak jauh-jauh hari sebelum pertarungan dimulai.

Reygan, Aluna, dan Liam serta beberapa murid lainnya berdiri paling depan untuk menjaga anggota lainnya dari serangan utama Lentera. Kedua kelompok itu saling melempar tatapan menyeramkan serta senyuman miring yang terlihat licik.

Pelita dan Lentera sejak dahulu tidak pernah akur. Kedua sekolah itu saling menyimpan kebencian, entah itu dari segi prestasi, popularitas, hingga pribadi. Mereka akan saling mengancam bahkan berkelahi jika saling bertemu.

Lentera selalu merasa direndahkan oleh Pelita. Pelita selalu mengambil kesempatan Lentera dari akademik hingga non-akademik. Lentera ingin memusnahkan Pelita dan membuat sekolahnya menjadi lebih menonjol daripada Pelita.

Awal terjadinya kebencian diantara keduanya karena suatu hal. Dahulu, kelompok dari Pelita berteman dengan kelompok dari Lentera. Mereka seringkali bekerja sama untuk memajukan sekolah keduanya, saling membantu satu sama lain.

Namun, Pelita mengkhianati Lentera. Pelita berbuat licik, menyalahkan Lentera dalam sebuah acara besar antar sekolah, Pelita mempermalukan Lentera, bahkan saat itu Lentera terdiskualifikasi karena ulah Pelita. Bahkan Pelita pernah membunuh salah satu siswa dari sekolah Lentera.

Dari sanalah berita menyebar ke setiap murid di sekolah Lentera. Satu persatu dari mereka membenci Pelita. Mereka juga memiliki dendam pada Pelita yang tidak akan pernah hilang. Siapapun yang bersekolah di Lentera, pasti akan membenci Pelita, begitu pun dengan Pelita. Sekolah Lentera selalu merasa paling tersakiti.

Tanpa basa-basi, seseorang yang memimpin Lentera mengangkat tangannya memberi intruksi untuk segera menyerang Pelita. Liam menghela nafas sejenak, kemudian ia pun mengangkat tangannya memberi tanda untuk segera menyerang. Lentera dan Pelita berlari ke tengah lapangan secara bersamaan.

Kedua kelompok itu saling beradu dan menyerang satu sama lain. Mereka saling pukul, tendang, hingga memakai senjata tajam. Lentera cukup banyak dan kuat, beberapa dari Pelita merasa kewalahan dengan serangan yang diberikan Lentera.

Reygan menendang dan memukul seseorang dari kelompok Lentera berkali-kali hingga ia lemah dan terjatuh. Ia mencari musuh lain dan menyerangnya dengan gesit. Menurutnya, masih terbilang mudah untuk dikalahkan. Reygan semakin melangkahkan kaki ke depan dan menyerang musuh yang berada di hadapannya. Sesekali Reygan membantu teman satu kelompoknya dari serangan Lentera.

Aluna sangat lihai menyerang menggunakan pisau yang ia genggam. Telah banyak korban yang Aluna serang, entah mereka mati atau sekedar pingsan. Pisau yang digenggam Aluna berganti warna menjadi merah segar. Aluna berlari maju, ia memukul dan menendang lawan sebelum mereka membaca gerakannya. Aluna mengecoh mereka agar kehilangan fokus, hingga akhirnya ia menusuk lawan atau menyayat lawan hingga meninggalkan luka robekan pada tubuh lawan.

Liam berjalan cepat menerobos kerumunan seraya menembak mereka satu persatu. Meskipun peluru itu seringkali melesat, namun ia telah berhasil membuat lawan tumbang. Liam terus berjalan maju, tiba-tiba anak panah terbang ke arahnya. Mata laki-laki itu menatap fokus anak panah, kemudian Liam segera menghindari anak panah itu dan kembali berjalan.

Reygan menarik anak panahnya untuk menyerang lawan dari kejauhan. Panahannya tidak pernah melesat, ia selalu tepat sasaran. Reygan mengambil anak panah di belakang punggung, sialnya ia tidak menyadari bahwa dirinya kehabisan anak panah. Hanya tersisa busur panah yang masih ia genggam.

Reygan memukul lawan dengan busur panahnya hingga tumbang. Reygan melihat ke arah belakang, ia cemas ketika melihat Pelita semakin berkurang. Reygan tidak akan membiarkan Pelita kalah. Ia menyerang Lentera semakin brutal, tidak akan ia beri sedikitpun celah untuk Lentera mengalahkan dirinya.

Tanpa Reygan sadari sebuah peluru mengarah ke dirinya. Aluna yang melihat hal itu langsung menarik Reygan agar peluru tersebut tidak mengenai tubuh Reygan. Aluna berhasil menyelamatkan Reygan dari serangan Lentera. Tanpa berkata apapun mereka melanjutkan kembali serangannya.

Ketika Liam menarik pelatuk pistol, tidak ada peluru yang keluar, Liam memukul-mukul pistolnya beberapa kali, sialnya ia kehabisan peluru. Mungkin ini saatnya Liam menyerang dengan modal kemampuan bela diri yang dimilikinya. Liam tidak sehebat Reygan, apalagi Aluna. Mungkinkah ia akan berhasil melawan Lentera hanya dengan tenaganya?

Sebuah anak panah yang diberikan Lentera kembali terbang ke arah Liam yang sedang fokus melawan Lentera tanpa senjata. Reygan segera menepis panah tersebut menggunakan busur panahnya. Reygan berhasil melesatkan anak panah tersebut dan mengambilnya. Kini dirinya memiliki satu anak panah.

"Liat sekitar," titah Reygan mengingatkan kepada Liam.

Sejauh ini, tidak ada yang berhasil mengalahkan Aluna. Gadis itu sangat sulit dikalahkan, ia selalu berhasil untuk melindungi diri dan selalu tepat sasaran ketika menyerang. Pisau yang ia genggam selalu menemaninya dan masih ada digenggaman tangan. Darah di pisau miliknya menyebar ke tangan hingga pakaian Aluna. Dari semua murid Pelita, hanya Aluna yang terlihat sangat menyeramkan.

Kedua kelompok itu telah kehabisan senjata, hanya benda tajam semacam pisau atau pedang dan pemukul baseball yang tersisa, selebihnya mereka menyerang menggunakan senjata yang berasal dari tubuhnya, ya hanya memukul, menendang dan semacamnya.

Aluna menghentikan serangannya, ia mengedarkan pandangan, kemudian tersenyum miring. Hanya tersisa beberapa orang yang masih bertahan dari kelompok Lentera. Sedangkan Pelita masih banyak yang bertahan. Ternyata jumlah yang banyak belum tentu meraih kemenangan. Meskipun awalnya Pelita hampir kalah, namun ternyata Pelita dapat bertahan hingga kini Pelita yang akan menang.

Aluna segera membantu murid lainnya yang kesulitan. Gadis itu bergerak cepat untuk menyerang lawan, mereka kesulitan membaca gerakan Aluna. Kini Pelita tinggal menghabiskan sisanya yang mungkin terbilang kuat dan masih bertahan mempertahankan Lentera.

Reygan memukul lawannya berkali-kali, kemudian memukul kepala lawan hingga terjatuh. Kemudian ia berjalan cepat pada seorang laki-laki yang sedang meregangkan otot-ototnya. Tanpa basa-basi, Reygan segera menendang dan memukulnya, laki-laki itu tidak tinggal diam, ia membalas serangan Reygan dan terjadilah baku hantam antara mereka.

Laki-laki itu memiliki kemampuan yang setara dengan Reygan, maka dari itu Reygan sedikit kesulitan untuk mengalahkannya. Beruntung Liam datang menghampiri dan membantu Reygan melawan laki-laki itu. Dua lawan satu? Tidak apa, bukankah kerja sama itu bagus untuk memperjuangkan sesuatu?

Akhirnya mereka bernafas lega setelah berhasil mengalahkan Lentera. Seperti perjanjian awal, jika salah satu dari mereka kalah, mereka harus mundur dan jangan pernah ada penyerangan lagi setelah ini. Pertarungan ini adalah terakhir dan jangan pernah terjadi lagi.

Aluna menghela nafas kasar, cukup melelahkan, namun lelahnya tidak sia-sia. Aluna berlari kecil menghampiri Reygan dan Liam. Rasanya ia bahagia berhasil mengalahkan lawan tanpa luka sedikitpun. Aluna pun akan berterimakasih atas kerja sama yang mereka lakukan.

Seseorang berlari kencang seraya membawa tongkat baseball dengan posisi siap memukul. Ia tersenyum miring menatap fokus pada satu arah. Ia semakin mempercepat larinya, ia melompat seraya memukul seseorang menggunakan tongkat baseball dengan penuh tenaga. Dan,

Brukk

Dibuat 18 Februari 2024
Dipublish 30 Maret 2024

Misstruck [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang