Angin malam berhembus lembut menggoyangkan daun-daun di pohon rindang. Dua orang gadis berdiri dan saling melempar tatapan benci satu sama lain. Kedua gadis itu adalah Aluna dan Oline. Aluna akan menjalankan aksinya malam ini, ia ingin secepatnya mengungkap semua hal yang selama ini ia cari.
Aluna melangkahkan kakinya dengan perlahan, mendekat ke arah Oline yang sedari tadi menatap Aluna si serba hitam dengan heran. Aluna mengambil sebuah pistol dari sakunya, kemudian mengarahkan pistol itu pada Oline.
"Lo mau apa?!"
Aluna berdeham, "Simpel, lo jawab semua pertanyaan gue dengan jujur."
Oline mengerutkan dahinya, apakah orang di hadapannya itu mengadakan sesi Q&A? Oline sadar ia memang terkenal, namun apakah tidak ada tempat lain yang lebih pantas untuk bertanya tentang dirinya? Mengapa orang itu menyuliknya kesini hanya untuk mengadakan sesi Q&A?
"Mobil bewarna hitam, Mercedes-benz, dengan plat B 15 WJY, itu milik lo kan?" tanya Aluna.
Lagi-lagi Oline mengerutkan dahinya tidak mengerti, untuk apa orang di hadapannya itu bertanya tentang mobil tersebut.
"Jawab!" tegas Aluna.
"Tau dari mana lo?" bukannya menjawab, Oline justru bertanya balik padanya.
"Lo liat benda di tangan gue? Dua pilihan buat lo, jawab atau mati?" ancam Aluna.
Oline menghela nafas dan memutar bola matanya malas, "Iya, itu mobil gue!"
"Tanggal 20 Agustus, sekitar pukul 4 sore, siapa yang mengendarai mobil itu melewati sekolah Pelita?!"
Oline tersenyum miring, "Gue gak tau, mobil itu di sewa."
"Gak mungkin lo gak ada catatan penyewaan kan?" balas Aluna.
"Mana hp lo!"
Oline menggeleng, untuk apa ia meminta ponselnya. Namun Aluna mendekatkan pistolnya tepat di dahi Oline, jaraknya hanya sekitar 3 cm. Dengan cepat Oline merogoh sakunya untuk mengambil ponsel dan memberikan pada orang di hadapannya.
Aluna bertanya dimana catatan itu, dan Oline pun menjawab di sebuah aplikasi pada ponselnya. Aluna segera membuka aplikasi itu, terdapat beberapa catatan penyewaan mobil dari tahun lalu. Aluma segera membuka catatan pada tanggal dan waktu yang ia tuju.
Tertulis nama Jaya, waktu disewa, hingga pembayaran. Anehnya, tidak ada identitas lain yang tertulis. Bukankah menyewa sesuatu harus menyertakan identitas lengkap? Jaya? Siapa dia? Apakah ia hanya orang asing yang tidak sengaja menabrak Andra saat itu? Aluna menatap Oline dan menunjukkan ponsel milik Oline tepat di hadapan matanya.
"Siapa Jaya?" tanya Aluna.
"Lo pikir, gue kenal semua orang yang nyewa mobil gue? Lagi pula yang ngurus itu semua adalah asisten gue. Gue cuman menerima setiap laporan penyewaan."
Aluna membuka data penyewaan lain dengan tanggal berbeda. Data yang lain tertulis identitasnya dengan lengkap. Namun mengapa Jaya tidak menyertakan identitasnya? Tidak mungkin Oline membiarkan mobilnya disewa seseorang dengan identitas palsu. Bagaimana jika mobilnya dicuri?
"Kenapa identitasnya kosong?"
Oline mengangkat kedua pundaknya. "Bohong artinya mati. Ngerti kan maksud gue?" tanya Aluna.
"Gue gak tau siapa Jaya, yang gue tau, dia bukan orang jauh di sekitar gue. Maka dari itu dia gak menuliskan identitasnya, mungkin asisten gue kenal dia," balas Oline.
Aluna memutar bola matanya malas. Setidaknya ia telah mendapatkan sebuah petunjuk tentang penyewa mobil itu, dan ia yakin hanya itu yang Oline ketahui. Tidak ada kebohongan yang terlihat di mata dan gerak-gerik Oline.
Aluna akan memberikan pertanyaan lain, yaitu Thunder. Aluna akan bertanya semua hal tentang Thunder. Karena ia yakin bahwa Oline mengetahui semuanya tentang kelompok itu.
"Oke, lo punya hubungan apa dengan Thunder?"
"Kenapa lo tanya itu?"
"Jawab atau mati?!" ancam Aluna lagi dan lagi.
Oline mengangguk, ia akan menjawab pertanyaannya, daripada ia harus mati konyol karena hal ini. "Gue adalah kelompok Thunder. Gue yang punya jabatan tertinggi di Thunder. Gue yang mengatur Thunder."
"Tapi gue bukan ketua Thunder. Mungkin bisa dibilang gue itu asistennya. Ketuanya adalah orang yang selama ini tidak pernah menjadi target. Dia adalah Liam."
"Semua orang gak akan tau kalau gue dan Liam adalah kelompok Thunder. Kita sering menutupi identitas kita. Bahkan kita seolah gak kenal satu sama lain."
"Liam dan satu temannya yang gue suka, namanya Reygan. Mereka berdua gak pernah jadi target. Gue yang meminta agar Reygan jangan dijadikan target, karena gue gak mau dia terluka."
Aluna memutar bola matanya, dasar berlebihan.
"Sebenarnya Liam memiliki satu teman lainnya, ia adalah Andra. Tapi Liam membiarkan Andra untuk menjadi targetnya. Liam gak suka dengan Andra yang selalu melebihinya."
"Andra memiliki kemampuan akademik yang setara dengan Reygan. Andra juga sangat dekat dengan Reygan, hal itu membuat Liam iri. Maka dari itu Liam membiarkan Andra untuk menjadi targetnya."
"Thunder gak akan sembarang melakukan suatu hal tanpa tujuan. Tujuan Thunder itu—"
Aluna menyimak penjelasan Oline, namun tiba-tiba kepalanya terasa sakit. Aluna memegang kepalanya dengan satu tangan, dan tangan lainnya memegang pistol dengan posisi siap menembak. Oline menghentikan kalimatnya, ini kesempatan Oline untuk melarikan diri. Oline melangkahkan kakinya dan berlari, namun sial Oline justru menyenggol lengan Aluna yang sedang memegang pistol.
Dorr
Peluru itu mengenai kepala gadis yang hendak melarikan diri. Aluna tidak sengaja melakukan hal itu. Ia tidak bermaksud membunuh Oline saat ini. Semua ini terjadi karena Oline menyenggol tangannya yang sedang menggenggam pistol dengan posisi bersiap menembak. Tidak sengaja Aluna menekan pelatuknya hingga menembak kepala gadis itu.
Oline terjatuh dengan kepala yang mengeluarkan banyak cairan merah. Ini bukan waktunya Oline mati, Aluna belum mendengar semua penjelasan tentang Thunder. Apa yang harus ia lakukan sekarang?
Aluna tidak menghiraukan rasa sakit di kepalanya, ia berjongkok di sisi gadis itu, lalu menepuk pipi gadis itu pelan bermaksud untuk membangunkan.
"Oline," panggil Aluna.
Gadis itu tidak merespon. Aluna menempelkan jarinya di leher dan tangan Oline, juga memeriksa nafas Oline. Dan ternyata Oline telah kehilangan nyawanya. Ini semua diluar rencana Aluna. Ini bukan waktu yang tepat untuk membunuhnya. Bagaimana Aluna mengetahui petunjuk lainnya jika Oline telah mati?
Aluna melihat sekitar memastikan agar tidak ada orang yang melihatnya. Aluna menyimpan pistol di tangan Oline seolah Oline menembak dirinya sendiri, setelah itu Aluna segera melarikan diri dari tempat tersebut seraya memegangi kepalanya yang masih terasa sakit.
Setelah tiba di rumah, Aluna segera memasuki rumahnya dengan langkah sempoyongan menuju kamar. Aluna menyimpan tasnya di dalam lemari. Namun tiba-tiba pandangannya terasa kabur dan tak lama menghitam. Aluna tergeletak tidak sadarkan diri di dekat lemari kamarnya.
▪︎■▪︎
Dibuat 15 Februari 2024
Dipublish 23 Maret 2024
KAMU SEDANG MEMBACA
Misstruck [END]
Mystery / ThrillerDi zaman ini, perundungan dianggap hal biasa. Perundungan dianggap sebuah candaan belaka. Mereka mempermainkan korban layaknya boneka. Mereka mengukir banyaknya luka. Tidak peduli banyak korban yang celaka. Dasar manusia penghuni neraka. Mereka haru...