Pemandangan pagi diisi oleh sekumpulan murid yang sedang memukuli seorang gadis secara bergantian. Mereka merasa senang melakukan hal itu. Gadis itu hanya terdiam lemah dan pasrah. Ia terlanjur merasakan sakit, hingga kini sakit itu terasa kebas baginya.
Satu persatu murid berdatangan untuk menonton pertunjukkan ini. Tidak ada rasa iba bagi mereka yang menontonnya. Justru mereka ikut senang dan puas ketika kelompok itu melakukan kekerasan.
Reygan menatap gadis itu dengan datar, sebenarnya ia merasa iba, namun ia tidak peduli dengan gadis itu. Toh ia tidak mengenal gadis itu, jadi untuk apa ia menolongnya? Ia hanya teringat gadis dihatinya yang pernah berada di posisi target.
Liam menepuk pundak Reygan membuyarkan lamunannya. Liam seolah mengerti dengan apa yang Reygan pikirkan. Mereka berdua hanya melihat gadis itu tanpa menolongnya. Tidak ada sedikit kepedulian atau kemanusiaan dalam diri mereka.
Pandangannya beralih pada seorang gadis dengan rambut terurai panjang yang berjalan cepat menghampiri sekelompok itu. Aluna menarik salah satu siswa yang sedang memukul gadis itu. Senyuman miring yang terlihat samar terukir di bibirnya. Aluna menampar siswa itu dengan kencang hingga suara tamparannya terdengar ke seluruh lapangan bahkan koridor.
Penonton semakin banyak berdatangan, pertunjukkan ini akan semakin sengit. Mereka bersorak meminta untuk menghabisi Aluna, murid baru yang berani melawan kelompok mereka. Aluna tidak menghiraukan suara setan berteriak meminta kekerasan itu dilanjutkan.
Aluna menarik gadis itu, "Kenapa lo diam diperlakukan seperti ini?!" tegas Aluna. Gadis itu tidak menjawab, ia hanya menundukkan kepalanya.
"Lo mau bawa dia kemana!" teriak salah satu dari kelompok tersebut, tepat setelah Aluna melintasi mereka.
Langkah Aluna terhenti, ia membalikkan tubuhnya menatap mereka dengan tajam, "Hentikan semua ini, atau akan gue kirimkan kalian ke neraka," ancam Aluna.
Seketika mereka tertawa, bahkan seluruh orang disana menertawakannya, menganggap Aluna gila. Salah satu siswa berjalan menghadap Aluna dan menaikkan satu halisnya, "Lo bisa apa? Kalau lo ada di posisi dia, paling lo nangis kejer."
Mereka semakin tertawa brutal. Siapa sangka, dalam hati Aluna pun tertawa mendengar perkataan dan tertawaan mereka. Aluna tidak menggubrisnya, ia menarik gadis itu untuk pergi meninggalkan para iblis dan setan yang mengelilinginya.
Aluna berjalan melewati Reygan dan Liam yang menatapnya dengan datar. Dua laki-laki itu pun tidak memiliki prikemanusiaan. Untuk apa mereka memiliki prestasi yang banyak jika hati nurani saja tidak punya? Kepintaran yang akan menjadi kebodohan.
"Dia benar-benar nekat," ucap Liam.
"Dia gak tau siapa mereka dan sekejam apa mereka," lanjutnya.
Disisi lain, Aluna membawa gadis itu ke UKS. Ia mengobati luka dan memar di seluruh tubuh gadis itu. Sedari tadi Aluna hanya fokus mengobati gadis itu tanpa megucapkan satu kata pun. Gadis itu tersenyum, ia bersyukur masih ada yang memperdulikannya. Beribu orang di sekolah itu, hanya satu orang yang berani menolong nyawanya.
"Lo anak baru?" tanya gadis itu, Aluna mengagguk pelan.
Gadis itu mengulurkan tangannya, "Kenalin, gue Tasya," ucapnya dengan ramah.
Meskipun Aluna tidak mengenal gadis itu, namun ia dapat menilai gadis itu hanya dari wajahnya. Menurut Aluna, Tasya adalah gadis yang sangat ceria, gadis yang manja, dan gadis penakut. Tasya sangat mudah berteman, dan sepertinya tidak sedikit orang yang menemani Tasya.
Aluna membalas uluran tangan Tasya, "Aluna."
Tasya mengangguk seraya tersenyum, "Kenapa lo nolong gue?" tanyanya.
"Lo gak tau siapa mereka?" lanjut Tasya.
Beberapa detik Aluna terdiam hingga menyelesaikan aktivitasnya. Aluna menyimpan obat-obatan ke dalam tempatnya, kemudian menghampiri Tasya untuk menjawab pertanyaannya.
"Gue gak peduli siapa mereka," jawabnya singkat.
Tasya menghela nafas panjang, "Mereka sekelompok orang yang paling ditakuti oleh murid disini."
"Mereka mendirikan kelompok untuk melakukan kekerasan pada orang random. Seluruh nama di sekolah ini akan tertulis dalam buku mereka. Dan mereka akan memilih nama secara acak untuk menjadikan target bullying."
"Bahkan kelompok mereka pun tertulis dalam daftar nama itu. Dan mereka pun akan mendapatkan kekejaman yang sama."
"Selain itu, siapapun yang mencari masalah dengan mereka, dia akan menjadi target dadakan meskipun namanya tidak terpilih."
"Dalam satu hari, kadang ada dua target yang menjadi korban bullying. Mereka akan melakukan hal kejam bahkan sampai memakan korban."
"Perundungan pada seseorang hanya terjadi tiga hari. Setelah mendapat giliran target, ia tidak akan lagi mendapatkan posisi yang sama, kecuali mencari masalah dengan mereka."
"Hanya ada dua pilihan, bertahan atau menyerah. Dan ada dua jawaban, hidup atau mati."
"Banyak orang yang tidak tahan dengan kekejaman ini, namun tak sedikit juga yang dapat bertahan dan hidup dengan tentram."
"Beberapa hari lalu, korban bullying itu tewas. Alasannya karena kecelakaan tabrak lari."
Aluna bertanya-tanya, apakah pihak sekolah hanya diam ketika banyak murid yang tewas di sekolah ini? Apakah mereka mengetahui perundungan yang terjadi? Mengapa pihak sekolah tidak mencegahnya dan memberi edukasi kepada mereka untuk tidak melakukan kekerasan terhadap sesama makhluk hidup?
"Pihak sekolah?" tanya Aluna penasaran.
"Mereka tutup mata dan telinga seolah tidak peduli dengan apa yang terjadi. Bahkan mereka menutup setiap kasus perundungan agar tidak memperburuk nama baik sekolah ini."
"Pihak sekolah justru ada di pihak mereka yang melakukan perundungan. Jadi, kita hanya bisa pasrah dengan apa yang terjadi."
"Orang tua kita udah berusaha meminta untuk dicegah, namun pihak sekolah tidak peduli. Entah siapa yang mendirikan kekejaman ini, dan entah apa gunanya."
"Kita semua di bayar untuk tutup mulut. Lagipula, rata-rata murid yang bersekolah disini mendapatkan kasih sayang orang tua. Jadi orang tua mereka pun tidak peduli dan hanya menganggap hal itu adalah candaan belaka."
"Banyak yang melaporkan kasus ini, namun lagi-lagi ditutup dan ditiadakan."
"Kejadian ini belum lama terjadi, tapi gue gak tau berawal dari mana dan kapan," bebernya.
Aluna hanya menyimak penjelasan Tasya. Ia mengerti mengapa semua orang hanya melihatnya saja tanpa berniat menolongnya. Alasannya hanya satu, takut dijadikan target selanjutnya. Cupu.
"Lain kali, jangan lagi-lagi lo nolongin target bullying. Atau lo yang akan jadi target selanjutnya," ucap Tasya.
Aluna tidak merasa takut jika ia menjadi target suatu saat. Ia hanya tidak suka pada orang yang melakukan kekejaman pada orang yang tidak bersalah, apalagi dipermainkan seperti ini.
Kelompok itu tidak pantas disebut manusia, mereka adalah iblis yang menjelma. Mereka tidak memiliki hati, otak, bahkan akal pun hilang dalam dirinya. Menurut Aluna, mereka adalah makhluk yang lebih rendah dari kotoran. Mereka harus dimusnahkan dan jangan tersisa satupun.
Bel masuk telah berbunyi, Aluna kembali ke kelasnya melewati koridor. Banyak mata yang tertuju padanya, berbagai macam tatapan, dari mulai tatapan benci, kagum, aneh, hingga mengaggapnya gila. Seketika Aluna menjadi terkenal di sekolah ini karena aksinya di luar nalar.
Aluna memasuki kelasnya, ia menatap dua orang laki-laki yang sama dengan mereka, tidak memiliki hati. Laki-laki pengecut yang membiarkan orang disiksa oleh sekelompok iblis itu, apalagi jika orang itu perempuan. Dasar pengecut yang bodoh.
▪︎■▪︎
Dibuat 20 November 2023
Dipublish 2 Maret 2024Jangan lupa tinggalkan jejaknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Misstruck [END]
Mystery / ThrillerDi zaman ini, perundungan dianggap hal biasa. Perundungan dianggap sebuah candaan belaka. Mereka mempermainkan korban layaknya boneka. Mereka mengukir banyaknya luka. Tidak peduli banyak korban yang celaka. Dasar manusia penghuni neraka. Mereka haru...