Semua orang berdatangan satu persatu, tontonannya kini beralih pada Aluna. Sekelompok Thunder datang dan tersenyum riang ketika melihat Aluna tidak dapat bergerak. Dua orang laki-laki berusaha menahan Aluna sekuat tenaga, bahkan mungkin menggunakan tenaga dalam agar Aluna tidak dapat melakukan apapun, termasuk menyerang mereka.
"Aluna, habis lo sekarang," ucap Jayden seraya meregangkan otot-ototnya.
Jayden memukul rahang Aluna dengan sangat kencang, kemudian ia tertawa pelan. "Masih mau bertahan?"
Jayden memukul perut Aluna berkali-kali. Kemudian beralih pada kaki Aluna, ia menendangnya hingga Aluna terjatuh. Tak sampai disitu, Jayden pun memukul kepala Aluna berkali-kali tiada henti. Sungguh diluar dugaan. Jayden sangat murka.
Beberapa kelompok Thunder berusaha menahan Jayden untuk menghentikan pukulannya. Aluna hanya pasrah, ia hanya bisa menutup wajahnya dengan kedua tangan dikepal. Kali ini ia kehabisan tenaga untuk melawan. Kepalanya kembali sakit, hal itu membuat tubuh Aluna lemas.
"Jayden!"
Jayden menghentikan pukulannya, kemudian menarik nafasnya, "Waktu lo menjadi target, telah selesai," ucap Jayden dingin.
Jayden pergi begitu saja, disusul dengan kelompok Thunder lainnya. Satu persatu murid pun pergi dan pulang ke rumah masing-masing. Sedangkan Aluna, ia masih tergeletak di lantai, ia berusaha menahan rasa sakitnya. Sungguh, kepala Aluna sangat berat, hingga Aluna sulit untuk bangkit.
"Aluna," dua orang menghampiri Aluna dan terkejut melihat kondisinya.
Reygan dan Liam membantu Aluna untuk terbangun. "Lo kenapa?" tanya Liam.
Mereka tidak ada ketika Aluna diserang oleh Jayden. Mereka tidak mengetahui apa yang telah terjadi. Mereka berpikir bahwa kepala Aluna kembali sakit saat dipukul baseball tadi pagi.
Aluna terdiam tidak menjawab, kemudian ia berusaha untuk berdiri, namun rasanya sangat lemas. Tidak, Aluna bukan orang lemah. Ia harus sanggup berdiri dan pulang ke rumah. Aluna pasti bisa.
Reygan dan Liam yang peka segera membantu Aluna untuk berdiri. Setelah itu Aluna melangkahkan kakinya untuk menuju kelas dan mengambil tasnya. "Mau kemana?" tanya Liam.
"Ngambil tas," jawab Aluna.
"Tunggu disini, biar gue yang ke kelas," ucap Liam.
Hening, Aluna dan Reygan sibuk dengan dunianya masing-masing. Tidak ada yang membuka pembicaraan, setidaknya Reygan bertanya keadaan Aluna. Namun sama sekali tidak. Sifat menyebalkan pada laki-laki itu telah melekat pada dirinya, mungkin sejak berada dalam rahim.
Aluna memegang kepalanya yang semakin sakit. Pukulan baseball dan Jayden membuatnya lemah. Tak lama, Liam datang membawa tas Aluna dengan berlari kecil. Kemudian memberikannya pada Aluna.
"Pulang naik apa?" tanya Liam.
Aluna melirik jam tangannya, kemudian menjawab, "Taxi."
"Yaudah bareng kita aja," ajak Liam.
Aluna terdiam, sebenarnya ada hal yang ingin Aluna lakukan, namun sepertinya kondisi Aluna saat ini tidak memungkinkan. Aluna mengangguk sebagai jawaban atas ajakan Liam.
▪︎■▪︎
Aluna merebahkan tubuhnya di atas kasur. Kepala dan tubuhnya terasa remuk. Rasanya Aluna ingin tidur seharian tanpa terbangun. Tubuh Aluna sangat lelah, membutuhkan waktu beristirahat. Perlahan Aluna memejamkan matanya.
Aluna berjalan disebuah lorong yang gelap, ia melihat sekelilingnya yang sepi dan hening. Satu lampu menyala dan menyorot seseorang di bawahnya. Seorang laki-laki yang berdiri dibawah cahaya seraya menatapnya dengan tatapan sendu. Aluna mendekat pada lelaki yang terdiam, seolah menunggunya untuk kemari.
KAMU SEDANG MEMBACA
Misstruck [END]
Misteri / ThrillerDi zaman ini, perundungan dianggap hal biasa. Perundungan dianggap sebuah candaan belaka. Mereka mempermainkan korban layaknya boneka. Mereka mengukir banyaknya luka. Tidak peduli banyak korban yang celaka. Dasar manusia penghuni neraka. Mereka haru...