Seorang laki-laki menghentikan motornya di depan gerbang rumah Aluna. Laki-laki itu membuka gerbang yang tidak digembok. Kemudian ia mengetuk pintu rumah Aluna yang tertutup. Tidak menunggu lama, si pemilik rumah membukakan pintu untuknya.
Reygan memberikan sebuah kantong pada Aluna, gadis itu menerima dan menyimpannya di atas meja makan. Aluna mengambil dua piring untuknya dan juga Reygan. Pagi ini mereka akan sarapan bersama dengan menu masakan yang dibuat oleh Reygan. Laki-laki itu sengaja bangun pagi untuk membuat sarapan yang akan ia bawa ke rumah Aluna.
"Wangi ya?" tanya Reygan ketika Aluna membuka satu wadah yang berisi nasi goreng. Aluna tersenyum, sungguh, baru pertama kali Reygan melihat senyuman gadis itu, sangat manis.
Aluna menuangkan nasi goreng ke piring, setelah itu memberikannya pada Reygan. "Waktu kapan lo bikin ini?"
"Jam enam tadi, sebelum berangkat kesini," jawab Reygan. Aluna melihat jam tangannya yang menunjukkan pukul delapan pagi.
"Selama itu lo bikin nasi goreng?"
Reygan terkekeh, "Karena itu adalah nasi goreng spesial."
Aluna mengangguk-anggukan kepalanya. Ia menyantap nasi goreng buatan Reygan, sedangkan laki-laki itu menunggu Aluna menilai hasil masakannya. Aluna menatap Reygan seraya tersenyum manis.
"Kayaknya lo cocok jadi penjual nasi goreng. Ini enak banget," ucapnya antusias.
Reygan tersenyum, "Masakkan gue gak akan pernah gagal," sombongnya. Seketika senyuman Aluna pudar mendengar kesombongan Reygan.
Setelah sarapan, mereka pergi ke suatu tempat. Reygan menghentikan motornya di depan pohon besar yang terdapat sebuah rumah kecil di atasnya. Reygan mengajak Aluna untuk menaiki rumah pohon itu. Aluna terpukau ketika melihat isi rumah pohon yang begitu rapih, bersih, dan juga menarik. Ada banyak buku yang terpajang, memorabilia musik, lukisan abstrak, gitar, sofa, hingga kasur kecil dan beberapa barang antik.
Aluna juga melihat foto Reygan sejak masih kecil terpajang di atas lemari bersama dengan beberapa barang antik. Aluna tersenyum, ia membandingkan foto itu dengan orang yang kini berdiri di sampingnya. Aluna terkekeh pelan, ternyata wajahnya tidak ada perubahan.
"Ini tempat gue disaat sendirian," ucap Reygan.
Laki-laki itu mengambil satu buku di lemari kemudian mengajak Aluna untuk duduk dan memberikan buku itu. Aluna segera melihat buku diary milik Reygan, membuka halaman pertama yang disuguhi foto bangunan sekolah. Aluna menatap Reygan dengan heran.
"Buku apa ini?" tanya Aluna.
"Itu yang ingin gue tunjukkan ke lo, buka aja," titah Reygan.
Aluna membuka halaman selanjutnya yang berisi foto dan nama korban perundungan yang tewas bunuh diri. Halaman berikutnya tertulis jumlah dan nama kelompok Thunder. Hingga Aluna menemukan foto ketika Andra dirundung dan ditabrak hingga tewas. Disitu juga terdapat foto plat mobil yang menabrak Andra saat itu.
"Gue ada disetiap perundungan itu terjadi, dan mengumpulkan semua foto untuk menjadi bukti suatu saat nanti," jelas Reygan.
Aluna mengerutkan dahinya, "Kenapa gak lapor polisi?"
Reygan menggeleng, "Banyak orang tua yang melindungi anaknya, mereka beranggapan bahwa itu hanya candaan belaka yang tidak perlu membawa hukum."
"Orang tua mereka tidak ingin anaknya dipenjara, maka dari itu mereka membayar agar anaknya tetap aman."
"Sekolah pun melakukan hal yang sama, mereka tidak ingin namanya tercoreng hanya karena kasus pembullyan."
"Sekolah membiarkan pembullyan itu tetap terjadi tanpa ada tindakan apapun."
KAMU SEDANG MEMBACA
Misstruck [END]
Mystery / ThrillerDi zaman ini, perundungan dianggap hal biasa. Perundungan dianggap sebuah candaan belaka. Mereka mempermainkan korban layaknya boneka. Mereka mengukir banyaknya luka. Tidak peduli banyak korban yang celaka. Dasar manusia penghuni neraka. Mereka haru...