Sekolompok itu memasukan kepala siswa berkacamata yang bernama Andra ke dalam toilet yang berisi air kotor. Tidak berhenti disitu, mereka mengguyur tubuh Andra hingga basah kuyup. Bahkan mereka mendorong, menendang, memukul, hingga melempar Andra yang telah lemas tidak berdaya.
Mereka tertawa melihat keadaan Andra tanpa rasa iba sedikit pun. Pandangan Andra kabur, ia tidak dapat melihat mereka dengan jelas tanpa kacamatanya. Ia hanya dapat mendengar tawa terbahak-bahak bagaikan iblis yang telah kenyang dengan makanannya.
Ingin sekali Andra mengumpat pada mereka, namun apa daya, dirinya tidak memiliki nyali untuk melakukan hal itu. Andra hanya bisa pasrah dan pasrah.
Setelah mereka puas, akhirnya mereka melangkah pergi meninggalkan Andra yang penuh luka dan basah kuyup. Sekuat tenaga Andra berdiri, hanya dinding sebagai pegangannya. Andra berjalan dengan pandangan yang kabur dan tubuh yang lemas.
Andra mengambil tasnya di tempat sampah dan melangkah menuju rumahnya. Andra berjalan menuju rumah yang tidak jauh dari sekolah. Banyak orang di luar sana yang menatapnya iba dan heran. Membantu? Tidak. Mereka hanya melihatnya saja tanpa berniat membantu.
Ketika Andra hendak menyebrang di jalan raya yang cukup besar dan ramai kendaraan laju cepat, sebuah mobil dengan laju di atas rata-rata menabraknya dan pergi begitu saja, menyisakan Andra yang sempat terlempar dan kini terkapar di tengah jalan dengan luka di kepalanya akibat membentur aspal dan kaki tergeleng oleh mobil yang tidak bertanggung jawab.
Seketika warga yang melihatnya tadi menghampiri dan menolongnya, ternyata mereka masih memiliki hati nurani. Para pengendara pun berhenti dan ikut menolong Andra yang tidak sadarkan diri.
Darah yang keluar dari kepala Andra cukup banyak memenuhi seluruh jalan itu. Andra segera dilarikan ke rumah sakit oleh salah satu pengendara yang baik hati.
Setibanya di rumah sakit, Andra segera ditangani oleh para dokter. Namun, nyawanya tidak tertolong. Keadaan Andra yang lemah serta keluarnya banyak darah mengakibatkan hal fatal bagi Andra. Hidup Andra berakhir disini. Perundungan juga berhenti disini. Akhir hidup yang tragis.
Disisi lain, Reygan yang melihat semua kejadian itu menatap kepergian Andra. Sedari tadi, Reygan mengikuti Andra dari belakang, ia juga sempat menolong Andra pada saat kecelakaan itu. Reygan juga yang membawa Andra ke rumah sakit. Reygan saksi yang melihat semua kejadian kecelakaan itu secara detail. Ia juga sempat memotret Andra menyebrang hingga mobil yang menabrak Andra.
"Siapa yang kecelakaan?" tanya Liam dengan khawatir.
"Andra," jawab Reygan.
Reygan membuka ponselnya, menunjukkan foto yang telah ia potret kepada Liam. Pria itu hanya membalas dengan anggukan seolah mengerti apa yang harus ia lakukan. Liam melangkahkan kakinya pergi meninggalkan Reygan yang harus menunggu kedatangan keluarga Andra.
Liam menancapkan gasnya untuk mencari siapa pemilik mobil yang menabrak Andra. Tidak mungkin hanya kebetulan kan? Andra sedang menjadi target, tentunya target mereka harus tewas. Mungkinkah itu cara mereka? Ataukah memang kecelakaan tanpa disengaja?
Liam mengendarai motornya mengelilingi kota tersebut. Jika ia tidak dapat menemukan mobil itu, ia akan segera melapor polisi dan meminta untuk melacak keberadaan mobil itu.
Setelah berjam-jam dirinya berkeliling hampir ke seluruh kota tersebut, akhirnya Liam memutuskan untuk melaporkannya ke polisi serta meminta data keberadaannya. Namun ternyata, data tersebut tidak terdeteksi. Liam hanya dapat menghela nafas, mungkin suatu saat ia akan bertemu dengan mobil itu.
▪︎■▪︎
Reygan membaringkan tubuhnya di kasur. Ia memikirkan kasus perundungan di sekolahnya yang merajalela. Semakin hari rules yang mereka buat semakin kejam. Entah apa tujuan mereka melakukan ini. Apakah mereka dibayar untuk melakukan semua ini? Sangat aneh, jika dipikir-pikir mereka kurang kerjaan.
Pikiran Reygan terlintas pada satu gadis yang pernah singgah dihatinya. Gadis polos dan lugu yang pernah menjadi target mereka. Gadis itu tewas bunuh diri karena lelah dengan kejamnya hidup di dunia ini. Gadis itu lompat dari jembatan ke sungai dengan arus deras.
Reygan melakukan segala cara agar gadis yang ia cintai tidak menjadi target, mereka sama sekali tidak menggubris permintaan Reygan. Meskipun Reygan disegani oleh mereka, namun target tetaplah target. Dan Reygan bukan ketua mereka yang dapat mengatur dan meminta sesuatu kepada mereka.
Alhasil ia kehilangan gadis itu. Rasa menyesal selalu menghantuinya. Andai saat itu Reygan ada disisi kekasihnya. Andai saat itu Reygan mengikuti gadis itu kemanapun ia pergi. Semuanya telah terlambat, tidak dapat diulang dan dirubah.
Sebenarnya Reygan ingin sekali melaporkan pihak sekolah. Namun apa daya, dirinya tidak memiliki banyak dukungan untuk itu. Reygan hanya dapat mengumpulkan bukti sebanyak mungkin, dan mencari tahu ketua mereka yang membuat permainan aneh ini.
"Reygan!" panggil seseorang dari luar kamar.
Reygan berdecak malas, "Hm?" sahut Reygan seraya bangkit dari kasur dan membukakan pintu kamarnya.
"Stop melakukan kekerasan pada orang lain!" murka ayahnya. Reygan mengerutkan dahinya heran, sejak kapan dirinya melakukan kekerasan?
"Katakan itu pada mereka," balas Reygan dingin.
"Saya tidak ingin anak didikan saya melakukan hal kejam pada orang lain!" tegas ayahnya.
"Reygan tau, dan Reygan ngerti itu."
"Sebaiknya ayah bersenang-senang lagi dengan wanita yang bermain dengan ayah," lanjut Reygan.
Anak didikan ayah? Bukankah selama ini Reygan terlantar dan tidak terdidik oleh ayahnya? Reygan selalu mendapat tuduhan bahwa dirinya salah satu pelaku itu. Ayahnya hanya mengetahui kabar dari sekolah tanpa mengetahui berita yang sebenarnya terjadi.
Ia hanya sibuk dengan pekerjaan dan wanita-wanita disekelilingnya. Ia seringkali menghabiskan waktu dengan mereka dibanding Reygan. Apakah ayahnya mendidik Reygan untuk menjadi seperti itu? Tidak, Reygan tidak akan pernah menjadi seperti ayahnya. Meskipun pepatah berkata 'buah jatuh tidak jauh dari pohonnya', namun Reygan menolak pepatah itu.
Reygan adalah Reygan. Ia tidak sama dengan siapa pun, termasuk ayahnya. Reygan tetaplah Reygan, tidak akan pernah menjadi orang lain sekalipun ayahnya.
Ponselnya berbunyi menandakan notifikasi masuk. Reygan membuka ponselnya dan banyak pesan dari grup sekolahnya. Mereka mengucapkan bela sungkawa atas kepergian Andra. Reygan hanya membacanya tanpa berniat untuk membalas. Kemudian ia menutup ponselnya.
Namun ponselnya kembali berbunyi, Reygan membuka kembali ponselnya dan melihat pesan baru dari grup sekolah. Sekolah mengatakan bahwa murid yang terlibat dalam kematian Andra, diperintahkan untuk datang ke ruang kepala sekolah. Entah untuk dihukum, atau hanya untuk membayar agar kasus itu ditutup lagi dan lagi.
Tunggu, apakah Reygan terlibat? Saat kecelakaan itu, Reygan ada di tempat kejadian, apakah ia juga akan dipanggil menghadap kepala sekolah?
Namun sejauh ini, meskipun dirinya berada di tempat kejadian, pasti dirinya selalu aman. Selalu jauh dari kata polisi atau hukum. Hal ini juga menjadi keanehan untuk Reygan. Mengapa dirinya selalu aman? Apakah ada yang melindunginya? Entahlah, pertanyaan itu selalu berkeliling dipikirannya.
▪︎■▪︎
Dibuat 19 November 2023
Dipublish 1 Maret 2024Tinggalkan jejak kalian, terimakasih.
KAMU SEDANG MEMBACA
Misstruck [END]
Mystery / ThrillerDi zaman ini, perundungan dianggap hal biasa. Perundungan dianggap sebuah candaan belaka. Mereka mempermainkan korban layaknya boneka. Mereka mengukir banyaknya luka. Tidak peduli banyak korban yang celaka. Dasar manusia penghuni neraka. Mereka haru...