Seorang gadis berdiri di atas tebing rooftop sekolah. Hari ini sekolah sangatlah ramai, banyak orang berkumpul di bawah gedung sekolah menyaksikan gadis yang akan melompat. Beberapa orang bersorak meminta gadis itu segera melompat dari gedung, tak banyak juga yang meminta gadis itu menghentikan aksi konyolnya ini.
Gadis itu menangis sesenggukan di atas gedung. Ia tidak tahu harus bagaimana. Disisi lain ia ingin bertahan, namun disisi lainnya ia lelah dengan semua yang terjadi, ia ingin pergi.
Aluna yang baru saja datang menerobos kerumunan, ia terkejut menatap Tasya yang sedang berdiri di atas gedung. Aluna tidak tinggal diam, ia berlari secepat mungkin menuju rooftop sekolah. Ia harus menyelamatkan Tasya.
Setibanya di rooftop, Aluna menatap Tasya yang berdiri di atas tebing tidak terlalu tinggi. Aluna perlahan mendekat, "Tasya," panggil Aluna pelan.
"Jangan lakukan hal gila," tegas Aluna. Tasya hanya terdiam tidak membalas perkataan Aluna.
"Gue cape!" teriak Tasya.
Aluna menatap Tasya dengan datar seraya berpikir cara untuk menarik Tasya dari atas tebing itu. Tanpa berpikir lama, Aluna menarik tangan Tasya dengan kencang hingga mereka berdua terjatuh ke lantai rooftop.
"Sorry," ucap Aluna sembari menolong Tasya yang juga terjatuh.
Tangis Tasya makin pecah, Aluna membiarkan Tasya menangis hingga dirinya puas. Setelah beberapa menit, Tasya menghentikan tangisnya, kemudian menatap Aluna dengan tatapan sendu.
"Kenapa lo nolong gue?" tanya Tasya.
"Gue gak suka orang yang putus asa," balasnya membuat Tasya sedikit tersinggung dengan ucapan Aluna.
Tasya menundukkan kepalanya, "Besok hari terakhir gue dalam perundungan. Tapi gue udah gak kuat, gue cape, gue sakit."
Aluna menatap Tasya dengan datar, kemudian menepuk pundaknya pelan. Meskipun Aluna seseorang yang sangat dingin, namun ia peduli dan peka terhadap orang sekitar yang membutuhkan seseorang.
"Mereka akan senang jika lo menyerah," ucap Aluna.
"Besok terakhir lo jadi target kan? Gue akan temani lo, sekalipun mereka ada," lanjutnya.
Tasya tidak percaya dengan perkataan Aluna. Benarkah Aluna akan menemaninya? Teman dekatnya saja menjauhinya, namun Aluna orang yang baru saja Tasya kenal justru membantunya. Tasya berpikir sejenak, apa yang dikatakan Aluna itu benar. Mereka akan senang ketika dirinya pergi. Lagipula esok hari terakhir dirinya menjadi target. Ia harus tetap bertahan.
"Lo serius?" tanya Tasya memastikan.
"Ya," balas Aluna singkat.
"Makasih ya."
▪︎■▪︎
Reygan memasuki area kantin, pandangannya mengarah ke arah Aluna yang sedang berbincang dengan seorang gadis korban perundungan. Ternyata Aluna keras kepala, padahal Reygan telah memberi peringatan padanya. Reygan tidak peduli dengan gadis itu, ia hanya menunggu giliran Aluna yang menjadi target mereka. Apakah Aluna sanggup?
Reygan membalikkan tubuhnya untuk pergi ke tempat duduk di kantin. Dirinya tidak sengaja menabrak sekelompok murid yang sedang tertawa ria, namun tawanya berhenti ketika Reygan tidak sengaja menabrak hingga menginjak kaki salah satu dari mereka.
Reygan tersenyum miring ketika mereka menatapnya tajam, "Kelompok gila," umpat Reygan.
Tidak ada reaksi sama sekali dari mereka. Mereka tidak menghajarnya ataupun menertawakannya. Mereka hanya memasang wajah datar dengan tatapan tajam. Setelah mendengar umpatan yang Reygan lontarkan, mereka pergi begitu saja dari hadapan Reygan tanpa menghajarnya.
Aluna merasa heran ketika menyaksikan hal itu. Mengapa mereka tidak bereaksi ketika Reygan mengatakan itu? Mungkinkah Reygan ketua mereka? Manusia sombong yang sangat mungkin menjadi ketua mereka.
Sekelompok itu menarik Tasya dengan paksa. Dengan cepat Aluna menarik kembali tangan Tasya dari mereka. Aluna menatap mereka dengan tajam seolah menantang. Kemudian Aluna tersenyum smirk.
"Lo lagi, lo lagi," ucap salah satu dari mereka.
"Lo benar-benar ingin mati?"
Tasya menatap Aluna khawatir, sedangkan Aluna justru tidak ada ekspresi. Aluna menghadap salah satu siswa, "Lihat aja, siapa yang akan mati," bisik Aluna pelan pada salah satu siswa itu.
"Lo yang akan jadi target selanjutnya," ancam laki-laki itu.
Aluna melangkah dua kali ke belakang mensejajarkan tubuhnya dengan Tasya. Kemudian Aluna menarik Tasya untuk pergi melindungi gadis itu dari mereka. Tasya merasa berhutang budi pada Aluna, ia satu-satunya orang yang menolongnya.
Disisi lain, Liam menyaksikan kejadian itu. Liam menghampiri Reygan yang sedang duduk menyantap makanannya tanpa memperdulikan sekitarnya. Liam menepuk pundak Reygan dan duduk di sampingnya.
"Berani banget tuh cewek," gumamnya pelan.
Liam menyeruput minuman milik Reygan, "Tapi gue ngerasa aneh sama dia," ucapnya pada Reygan.
"Lo tau tentang dia?" tanya Liam, Reygan menggeleng.
"Gue gak menemukan latar belakang dia. Dia orang yang misterius," balas Reygan.
Secara diam-diam Reygan mencari tahu latar belakang Aluna. Semenjak Aluna pertama kali menolong Tasya, Reygan langsung penasaran dengan gadis itu. Reygan mencari latar belakang gadis itu, namun sama sekali tak ia temukan. Ia bukan tertarik, ia hanya curiga dengan gadis pemberani itu.
"Kita ikutin dia," titah Liam.
Mereka segera beranjak untuk mencari keberadaan Aluna. Ternyata gadis itu sedang berada di taman sekolah bersama Tasya. Dua laki-laki itu diam menatap gerak-gerik Aluna. Mungkin kini Aluna menjadi target baru mereka untuk diselidiki.
▪︎■▪︎
Aluna berdiri seorang diri di halte sekolah untuk menunggu taxi. Sekelompok murid berjalan ke arahnya dengan tatapan mematikan. Tiba-tiba, mereka menarik Aluna dengan kasar, kemudian mendorongnya hingga terjatuh.
"Jangan berlagak so keren di depan banyak orang,"
"Justru lo keliatan norak, ngerti?!"
Aluna bangkit dari jatuhnya, ia tidak memedulikan lutut yang terluka akibat goresan aspal. Aluna menatap siswi itu dengan tajam, kemudian tersenyum smirk. Aluna merebut cermin salah satu siswi yang selalu mementingkan penampilannya. Kemudian ia menunjukan cermin pada mereka agar mereka semua melihat pantulan dirinya dalam cermin itu. Mengapa? Ngaca!
Aluna menaikkan satu halisnya, ia menatap mereka yang sedang kebingungan. Dasar bodoh. Itu saja mereka tidak mengerti. Aluna melemparkan cermin itu pada pemiliknya, kemudian ia menaiki taxi yang melintas di hadapannya.
"Giliran lo besok!" teriak salah satu siswa.
Disisi lain, Liam memperhatikan kejadian tadi. Tidak salah jika Aluna berperilaku seperti itu kepada mereka? Apakah gadis itu tidak mengetahui kekejaman mereka? Mengapa ia sangat berani untuk melawan mereka?
Liam memakai helm full face, kemudian menancapkan gasnya dan melaju dengan kecepatan tinggi untuk mengikuti taxi yang ditumpangi oleh Aluna.
Aluna berhenti di sebuah rumah sederhana, ia keluar dari taxi dan memasuki rumah. Liam yang melihatnya segera membuka ponsel dan memotret rumah Aluna. Kemudian ia pergi begitu saja meninggalkan perkarangan rumah Aluna.
▪︎■▪︎
Dibuat 21 November 2023
Dipublish 3 Maret 2024Aduh detektif dua itu gak berhenti-berhenti ngikutin orang. Tapi emang seseru itu sih ngikutin orang, eehh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Misstruck [END]
Mystery / ThrillerDi zaman ini, perundungan dianggap hal biasa. Perundungan dianggap sebuah candaan belaka. Mereka mempermainkan korban layaknya boneka. Mereka mengukir banyaknya luka. Tidak peduli banyak korban yang celaka. Dasar manusia penghuni neraka. Mereka haru...