Chapter 22 • Wardah?

1.2K 106 13
                                    

Di utamakan pada saat selesai membaca tolong banget vote kalian atau komen kalian, hargai penulis. Jika ceritanya memang tidak menarik gapapa komen aja, aku pengen tahu antusias kalian baca cerita ini tuh memang baca atau cuman vote doang

Keesokan paginya tepatnya di kota Jogjakarta...

Kedua kakak beradik ini sudah sampai sejak subuh tadi, kini mereka tengah berada di kediaman rumah sang paman. Tepatnya tidak jauh dari rumah milik orang tuanya, hanya menempuh perjalanan menuju ke sana kurang lebih dua puluh lima menit lah ya kalau mereka jalan kaki dari rumah paman - rumah almarhum kedua orang tuanya dulu.

"Paman hari ini mau ke kebun? " tanya Zivara sedang menyapu halaman rumah tersebut.

Paman mendongak, mengangguk perkataannya " iya neng. Hari ini padi-padi sudah mulai tumbuh berkembang, jadi paman mau sisihkan untuk di jadikan beras secepatnya kalau tidak habis di makan burung-burung nakal," jawab nya.

Langsung mendapat anggukan dari keponakannya." iya paman. Hati-hati di jalan paman, awas nanti jatuh ke parit lagi kalau tidak lihat jalan." canda Zivara. Ia jadi teringat kejadian waktu kecil dimana sang paman dan bibinya selalu saja merawat kedua kakak beradik ini. Selama mereka ditinggal oleh kedua orang tuanya, merawat mereka sekarang adalah paman dan bibinya.

Flashback on...

"Paman lihat Aku dapat apa," teriak Gadis itu dari kejauhan nampaknya seorang Gadis berumur 8 tahun itu tengah menangkap seekor belalang uang ia temui di kebun milik pamannya.

Gadis berlari dengan terbirit-birit sambil membawa belalang di tangannya. Sesampainya di rumah gubuk itu dibuat oleh pamannya untuk mereka beristirahat. Gadis kecil langsung bergembira ingin menunjukkan belalang itu padanya.

"Lihat ini paman," ujar Gadis semangatnya .

"Iya neng ada apa di dalamnya."

Namun belum sempat pamannya melihat dengan apa yang ingin ditunjukkan oleh gadis ini. Belalang tersebut sudah terbang dari tangannya, ternyata di perlihatkan tidak ada apa-apa.

Sang paman melihat tidak ada apapun terkekeh, dan tidak hanya dia saja bibi dan kakaknya juga turut menertawakan Gadis kecil ini.

"Yah gak ada," hembus Zivara bibir mengerucut ke depan.

Aurora tertawa lalu berkata kepadanya, "mana dek katanya mau nunjukin sesuatu?"

"Iya memang tadi Adek mau nunjukin sesuatu tapi----- tapi keburu terbang kak. Aku tangkap lagi deh yang lain," ujar Zivara ia tidak ingin terlihat lemah di depan mereka . Karna dirinya tidak bisa menangkap belalang itu dengan benar. "Makanya dek lain kali nangkap itu yang benar. Terbang kan jadinya."

Zivara menggaruk tengkuk tak gatal sambil terkekeh kecil. "Hehehe, maaf kak."

"Ara mau cari lagi di sana." Zivara berlari kembali ke tempat yang tadi untuk mencari belalang itu.

Pukul 15:00 sore waktunya mereka berempat pulang ke rumah melaksanakan salat Asar berjamaah di rumah.

Di perjalanan mereka pulang tiba-tiba ada kejadian lucu membuat Zivara dan Aurora tertawa lepas bahkan tidak akan pernah melupakan momen lucu itu. Yaitu sang paman tiba-tiba terpeleset ke parit akibat sendalnya licin. Alhasil seluruh pakaian dan juga tubuhnya kotor terkena lumpur di sana.

Aurora dan Zivara hanya bisa menyaksikan dengan tertawa lepas. Tidak ada sama sekali menolong :v

"Paman bau iiiii... "

"Bau lumpur. Wahahaha mana semua mukanya kena lagi." Mereka berdua masih menertawakan nya.

Sedangkan bibi menolong paman (suaminya) . Walaupun ikut terkena lumpur juga si gara-gara pamannya jahil.

Secret Love Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang