Bab 6. Meninggalkan Kenangan Luka

29 19 1
                                    


Zulaikha terasa ingin meneteskan air matanya lagi dan Marwah bisa membaca hal itu dari sorot matanya, dia mengerti apa yang di rasakan oleh Zulaikha adalah guncangan hebat dan Marwah bisa merasakannya tapi dia juga memiliki empati besar terhadap Marwah yang juga hidup sendiri dan mengurus dirinya selama ini.

"Tante buat waffle keju", ujar Marwah.

"Kita ngobrol sambil makan", katanya kemudian.

"Tante paham", ujarnya lagi.

"Apa yang kamu rasakan adalah batas kekuatan seorang perempuan tapi kamu tahu perempuan adalah manusia yang paling kuat, apa sanggup meskipun seorang suami menahan sakit melahirkan seorang anak, merasakan pedih dan sakit karena ada bayi dalam kandungan, dan tante tahu semua yang di pikirkan di luar ekpentasi dan nalar, pada akhirnya seorang janda yang sebatang kara akan di kembalikan ke keluarganya dan itu menurut syariat Islam", ucap Marwah sambil mengunyah wafflenya.

"Dan aku pun enggak mungkin bertahan hidup kalau bukan ada yang bantu mengurus diri aku dan aku sedang hamil tapi di sini luka itu semakin terasa di hatiku", sambung Zulaikha.

"Aku enggak sanggup dengan keadaan yang buat aku stress", air mata Zulaikha menetes lagi.

Dia juga sambil mengunyah makanannya meski dalam keadaan lesu dan kemudian membuka kulkas untuk mengambil susu putih dingin dan di tuangkannya ke dalam gelas lalu dia meminumnya.

"Tapi aku juga memikirkan keadaan tante Marwah yanf sendiri di sini", jujurnya pada akhirnya.

"Insya Allah pasti ada pertolongan Allah di saat manusia membutuhkannya yang penting kamu sudah di berikan jalan terbaik dari Allah mungkin lebih baik menetap di Bandung di banding di sini lebih aman dan membuat kamu lebih tenang sehabis maghrib tante antarkan kamu untuk mencari tiket untuk pulang ke Bandung", nasehat Marwah.

Zulaikha menganggukan kepalanya dan kemudian dia masuk ke dalam kamarnya, air mata menetes membaca segenap berita online di Facebok mengenai kondisi terkini perang saudara ini.

Kalau korban terkena bom nyasar hari ini sudah mencapai 500 orang dan rasanya dia sudah tidak tahan juga nendengar tiap kali tiba - tiba saja ada ledakan ketika berada di dalam rumah atau di setiap aktivitasnya.

Waktu maghrib mulai terdengar suaranya dan Zulaikha mulai mengambil air wudhu dan ketika baru saja keluar dari kamar mandi.

"DORRRRRR"!!!!

Suara tembakan dari jauh membuatnya mengelus dada dan kemudian menutup jendela dan tirainya kemudian dia turun ke bawah untuk memeriksa keadaan Marwah yang tengah di kamarnya dia mengintip sebentar rupanya Marwah juga baru saja selesai sholat juga dan sedang membaca surat Al Kahfi yang di katakan Dajjal pun juga takut masuk ke dalam rumah apalagi tentara Suriah.


Zulaikha terasa ingin meneteskan air matanya lagi dan Marwah bisa membaca hal itu dari sorot matanya, dia mengerti apa yang di rasakan oleh Zulaikha adalah guncangan hebat dan Marwah bisa merasakannya tapi dia juga memiliki empati besar terhadap Marwah yang juga hidup sendiri dan mengurus dirinya selama ini.

"Tante buat waffle keju", ujar Marwah.

"Kita ngobrol sambil makan", katanya kemudian.

"Tante paham", ujarnya lagi.

"Apa yang kamu rasakan adalah batas kekuatan seorang perempuan tapi kamu tahu perempuan adalah manusia yang paling kuat, apa sanggup meskipun seorang suami menahan sakit melahirkan seorang anak, merasakan pedih dan sakit karena ada bayi dalam kandungan, dan tante tahu semua yang di pikirkan di luar ekpentasi dan nalar, pada akhirnya seorang janda yang sebatang kara akan di kembalikan ke keluarganya dan itu menurut syariat Islam", ucap Marwah sambil mengunyah wafflenya.

"Dan aku pun enggak mungkin bertahan hidup kalau bukan ada yang bantu mengurus diri aku dan aku sedang hamil tapi di sini luka itu semakin terasa di hatiku", sambung Zulaikha.

"Aku enggak sanggup dengan keadaan yang buat aku stress", air mata Zulaikha menetes lagi.

Dia juga sambil mengunyah makanannya meski dalam keadaan lesu dan kemudian membuka kulkas untuk mengambil susu putih dingin dan di tuangkannya ke dalam gelas lalu dia meminumnya.

"Tapi aku juga memikirkan keadaan tante Marwah yanf sendiri di sini", jujurnya pada akhirnya.

"Insya Allah pasti ada pertolongan Allah di saat manusia membutuhkannya yang penting kamu sudah di berikan jalan terbaik dari Allah mungkin lebih baik menetap di Bandung di banding di sini lebih aman dan membuat kamu lebih tenang sehabis maghrib tante antarkan kamu untuk mencari tiket untuk pulang ke Bandung", nasehat Marwah.

Zulaikha menganggukan kepalanya dan kemudian dia masuk ke dalam kamarnya, air mata menetes membaca segenap berita online di Facebok mengenai kondisi terkini perang saudara ini.

Kalau korban terkena bom nyasar hari ini sudah mencapai 500 orang dan rasanya dia sudah tidak tahan juga nendengar tiap kali tiba - tiba saja ada ledakan ketika berada di dalam rumah atau di setiap aktivitasnya.

Waktu maghrib mulai terdengar suaranya dan Zulaikha mulai mengambil air wudhu dan ketika baru saja keluar dari kamar mandi.

"DORRRRRR"!!!!

Suara tembakan dari jauh membuatnya mengelus dada dan kemudian menutup jendela dan tirainya kemudian dia turun ke bawah untuk memeriksa keadaan Marwah yang tengah di kamarnya dia mengintip sebentar rupanya Marwah juga baru saja selesai sholat juga dan sedang membaca surat Al Kahfi yang di katakan Dajjal pun juga takut masuk ke dalam rumah apalagi tentara Suriah.


Dia tersenyum sambil mengusap dadanya dan menutup pintunya kembali tetapi yang buat was - was dia harus keluar hari ini untuk membeli tiket.

Sekali lagi Zulaikha menatap ke arah jendela sambil menbuka tirainya sebentar dan kemudian terdengar dari kamar Marwah juga sedang berbenah entah dia sendiri juga hendak pergi ke mana atau mungkin ikut ke Bandung ?

"Zulaikha", panggilnya dari luar kamar dan Zulaikha membuka pintunya.

"Tante mau kemana", ? Dia memicingkan mata melihat tas yang di bawa olehnya.

"Mungkin lebih baik rumah ini di kosongkan saja tante ikut tinggal juga dengan sepupu kamu yang di sini dan yang tinggal di sini, kamu masih ingat Hanif", ? Dan Zulaikha menganggukan kepala.

"Sebenarnya rumah ini adalah peninggalan Ashad yang memang pernah di berikan untuk tante kamu tahu hal itu dia memberikan rumah untuk kamu dan tante juga tapi sekarang semuanya lebih baik di tinggalkan menjadi kenangan karena hanya menjadi bekas luka juga untuk tante sendiri sebenarnya di Izmir lebih aman daripada di sini", jujurnya kemudian.

"Tapi kamu sebaiknyw kembalilah ke bandung", katanya kemudian.

"Tante bermaksud menjual rumah ini atau memang mau membuat kontrakan rumah ini", ? Tebak Zulaikha.

"Ada baiknya di kontrakan saja", sahut Marwah.

"Yah sudah kita cepat beli tiket karena keadaan baru saja ada suara tembakan lagi tadi", Zulaikha menganggukan kepala dan bersiap - siap untuk tempat pembelian tiket.

Dan dia akan berangkat pada esok hari jam 4 pagi dengan pesawat Turkey Airways, setelah membeli tiket waktu Isya sudah terdengar adzannya dan Zulaikha mulai untuk sholat Isya.

KahfiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang