Bab 7. Yang Terindah Untuk Zulaikha

26 19 2
                                    


Dia mulai untuk mengambil air wudhu dan mulai untuk sholat Isya setelah selesai di ambilnya Al Quran yang tergeletak di atas meja dan kemudian di bacanya dengan air mata yang menetes perlahan membayangkan sebenarnya hidupnya bahagia sebelum memilih pulang kampung bersama Aahad ke Istanbul dan rasanya ini memang pilihan yang salah untuk dengan keputusannya kalau saja dia tidak memilih jalan itu mungkin ini semua tidak akan begini.

Selama ini sudah sejahtera hidupnya di Bandung namun karena Zulaikha sudah tidak punya orang tua dan hanya suami yang di milikinya dia harus mengikuti juga kemana suaminya pergi ? Karena selama ini hanya suaminya yang mengurus dirinya lebih perhatian merawat dirinya dan menjadikan dirinya yang lebih baik.

Lebih mampu di banding keluarga Zulaikha sendiri Muhammad Adnan dan Meryem Abdullah meskipun Meryem seorang perempuan turkey apa yang di milikinya juga secara keuangan untuk mengurus Zulaikha ekonominya miris semenjak kejadian konflik Suriah dan Istanbul bahkan Mesjid Al Fikri yang ada di Bandung adalah juga hadiah dari Ashad atas nama Zulaikha dan sekarang sudah di kelola dengan baik oleh orang - orang kepercayaannya.

"Ya Allah lindungi aku dari semua kejahatan dengan apa yang orang lain perbuat kepadaku dan mendzolimi aku selama ini aku benar - benar merasa sudah enggak tahan lagi dengan apa yang apa yang aku rasakan juga selama ini aku sudah enggak kuat lagi dengan orang yang mendzolimi dan yang lebih dari sebuah harta dan benda adalah sebuah rasa cinta dan kasih yang hilang karena ulah dari orang - orang mendzolimi aku selama ini dan hanya Ashad yang membuat aku benar - benar merasa berharga dan aku ini adalah manusia yang di anggap memang manusia di dunia ini di banding orang - orang dzolim itu mungkin memang adalah jumlah yang banyak secara harta yang Ashad berikan tapi rasa cintanya lebih dari harta yang di berikan untuk aku belum pernah dalam hidup aku yang memperlakukan aku layaknya Ashad slama ini, keluargaku baik padaku tapi aku pernah terluka dengan laki - laki yang seolah membuang ludahnya ke wajahku seakan aku ini menjijikan"

Air mata Zulaikha menetes dengan sangat derasnya dia menangis sejadinya di atas sajadahnya dan Marwah yang secara kebetulan masuk ke dalan kamarnya dia mengusap punggungnya yang masih mengenakan mukena dan sarungnya dia menangis sejadinya dan meraung keras merasa terpukul dan trauma membekas dengan apa yang di alami olehnya.

"Kalau saja aku enggak mengikuti keinginan Ashad pulang kampung semua enggak akan begini atau emang kalau itu keinginanku dia menolaknya bukan hanya cinta yang di berikan Ashad tapi lebih dari itu, menyalakan hati yang terkikis oleh padamnya cahaya dan dia adalah perantara Allah jodoh terbaik untukku juga", Zulaikha mengusap air matanya.

"Melindungi aku juga dari apa yang membuat aku terjatuh tadinya hidupku enggak seperti ini tapi semenjak semua itu membuat aku harus menahan tangis dan menjadi perempuan kuat lebih dari perempuan lainnya", keluh Zulaikha.

  masalahnya bukan soal konflik perang saudara ini dan pasar kerap tutup kalau kondisi genting untuk belanja dan membeli semua kebutuhan kamu tapi alhamdulilah uang tante yang pas cukup untuk kita berdua makan dan memenuhi kebutuhan kamu juga yah emang enggak sebanding dengan orang - orang yang di pasar begitu ada informasi kondisi darurat borongan di pasar sudah kayak orang mau jualan sedangkan kita hanya memborong bahan pangan dan kebutuhan di pas - pasin untuk kebutuhan hidup dan di targetkan alhamdulilah Ashad juga mau terakhir kalinya memodali kamu usaha yang selama ini kamu jalankan bahkan sudah punya toko busana muslim di sini dan modal usaha yang kamu peroleh 1 milyar tapi kita juga harus bertahan hidup dengan uang yang selalu di putar untuk pemasukkan lebih banyak di banding pengeluaran", jelas Marwah.

"Aku paham", Zulaikha menganggukan kepala.

"Dan usaha itu biar tante saja yang meneruskannya mungkin nanti di Bandung aku mau buka lagi nanti kita bisa bagi dua hasilnya juga dan termasuk usaha yang sempat di bagi dua juga dengan Safira", lirih Zulaikha.

KahfiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang