Bab 17. Perang Suriah Dan Istanbul Kembali

14 14 1
                                    


Tiba di bulan depan itu pada akhirnya Kahfi dan Zulaikha pindah ke Lembang dan Kahfi sudah membayar lunas rumah yang di belibga seharga 100 juta dan sisanya Kahfi ingin membuka usaha mandiri busana muslim di Lembang tersebut hari ini pun bertepatan dengan adanya minggu besok tibanya waktunya untuk ujian akhir sekolah.

Di rumah itu sebenarnya termasuk agak luas juga ada tiga kamar di lantai bawah dan dua kamar mandi sedangkan di ruang atas ada satu kamar mandi juga di dalam kamar dan dua kamar, meskipun masih 17 tahun Kahfi sudah mampu membeli rumah atas nama dirinya dengan harga 100 juta paling tidak hidup tidak terus dan menerus menumpang pada orang lain dan Zulaikha sudah menjadi tanggung jawab sepenuhnya Kahfi karena orang tua tunggal sekarang ini.

Dan pada saat ini pun adalah ujian hari pertamanya Kahfi menyelesaikan dengan cepat soal essay dan pilihan ganda dsn dia keluar lebih dulu ketika duduk di depan kelas, sorot matanya tertuju kepada Hasyim yang juga selesai lebih dulu, tatapannya penuh ambisi hendak akan menerkam dirinya dan penuh ancaman yang Kahfi takutkan hanya Allah bukan siapapun di dunia ini.

"Umi pernah terluka dengan om Aziz dan sekarang kamu juga mau melukai aku juga aku enggak takut sekali pun harus mati di tangan kamu, asalkan kamu dan keluarga kamu dan keluarga kamu enggak sekali pun menyentuh keluarga aku, setiap harinya kamu sering ambil sebagian uang dari rekening aku tapi Allah tetap mempermudah jalanku untuk membeli makan palingan untuk umi dan mengurusnya", tatapan mata Kahfi juga terlihat menantang dirinya.

"Aku akan selalu tagih janji kamu", ancamnya sambil menarik kerah bajunya dan berusaha menonjok wajahnya.

"Aku sudah menepati janji kamu tapi kamu selalu minta lagi dan lagi uang aku padahal itu jatah untuk kebutuhan hidup kami apa masih ada yang kurang dari apa yang aku berikan selama ini dan sekarang pertanyaanku kalau memang om Aziz dan Tante Sarah sekarang hidupnya sangat membutuhkan uang kemana larinya uang yang aku berikan selama ini kenapa mereka masih merasa enggak punya uang", balas Kahfi.

"Apa yang kamu lakukan slama ini dari uang - uang itu atau memang jangan - jangan kamu yang justru enggak pernah menjaga amanahku untuk hal itu di berikan kepada orang tuamu dan kamu tahu aku merahasiakan hal ini dari umi kalau selama ini aku memberikan uang kepada anak Om Aziz yang memang dalam keadaan ekonomi sangat miris mungkin itu adalah azab dari Allah dengan apa yang pernah di lakukan umi dulu padanya", sambung Kahfi.

"Terserah apa yang kamu mau lakukan sama aku tapi jangan pernah sentuh umi aku dan apapun yang kamu lakukan Allah masih memberikan rezeki itu untuk kami dan sekarang kami sudah pindah ke Lembang dan walau apapun yang kamu lakukan ke aku asalkan jangan umi tahu soal ini, sudah cukup hatinya perih karena rasa terpuruk akan hidupnya, aku melindungi sepenuhnya umi yang hanya perempuan sebatang kara dan aku juga seorang laki - laki sebatang kara juga karena seharusnya aku memiliki adik tapi sebelum lahir sudah keguguran akibat kelakuan orang dzolim", tegas Kahfi.

"Silahkan bunuh aku sim", balasnya lagi dan Hasyim langsung menonjok perutnya, Kahfi berusaha tidak melawan tapi menahan sakitnya saat yang bersamaan Hanum pun datang dan dia merasa khawatir melihat Kahfi yang kesakitan.

"Astragfiruhalladzim fii apa yang Hasyim lakukan ini lagi sama kamu", cemasnya.

"Num sudah aku enggak apa apa", Kahfi berusaha menahan sakit di depannya.

"Asalkan dia enggak mengancam juga umi", jelas Kahfi pada akhirnya.

"Tapi kamu tahu siapa aku ini sebenarnya juga", ? Air mata Hanum menetes dengan deras.

KahfiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang