"Insya Allah besok sepulang dari sekolah aku ikut umi ke toko untuk jualan", semangat Kahfi meletup - letup terlihat dari matanya untuk membantu Zulaikha dengan kerja keras."Dan aku juga lagi menulis novel naskah keduaku", katanya kemudian, baktinya kepada orang tua yang meledak - ledak api semangatnya terlihat dari gerak dan gerik Kahfi.
Dia merasa kalau ingin berusaha keras agar Zulaikha tidak lagi jatuh dalam keterpurukkan dalam pikirannya dan semua karena perang saudara itu.
"Israel bisa saja dengan pasti adalah dalang dari ini semua", katanya kemudian.
"Kita semua paham seperti apa bahkan di sini pun sudah layaknya di buat seperti Palestina walau hal itu berupa produk makanan atau kebutuhan hidup seperti halnya minyak goreng dan ketika orang tahu itu produk Israel maka enggak ada yang beli minyak goreng dan yang rugi penjualnya apa Israel bertanggung jawab atas semua ini, kita harus menjadi manusia yang kuat karena Allah umi, produk - produk yang berasal dari Israel masuk ke Indonesia sama halnya dengan fitnah orang - orang yang membutuhkan uang dengan membuka toko - toko mereka dan rugi hanya karena orang enggak mau beli karena tahu itu produk Israel padahal di rumah sedang menunggu uang untuk makan paling enggak beli beras dan lauknya dengan usaha tersebut", ujar Kahfi.
"Dan hal itu juga yang umi rasakan ketika Istanbul terus dan menerus di serang oleh Suriah, izinkan aku kalau begitu untuk mengurangi ujian hidup umi dan yang sama - sama kita rasakan karena hidup kita sangat membutuhkan uang pemasukkan dan rezeki yang enggal pernah berkurang dari Allah dan sekarang di rekeningku sudah ada 87 juta umi", air mata Kahfi menetes sambil bersujud di bawah kaki Zulaikha menggosok telapaknya dan kemudian menciumnya dengan linangan air mata
Hanum juga selama ini, hal ini yang membuat selama ini juga Zulaikha diam di depan Kahfi kalau menyebut nama Hanum.
"Umi tahu soal ini", ? Lirih Kahfi sambil memyeka air matanya.
Zulaikha hanya menggelengkan kepala dengan lesu dan keluar dari kamar dia terdengar sedang mengobrol dengan Fira di luar kamar.
Apa yang membuatnya menjadi menangis seperti orang memendam perasaan itu sendiri ketika Kahfi menyebut nama Hanum.
Terdengar Fira mengajak Zulaikha untuk masuk ke dalam kamarnya ada rasa penasaran di hati Kahfi untuk mendengar pembicaraan mereka tapi hal itu tertahan dengan adanya Abbas yang tiba - tiba saja memanggil dirinya.
"Fi", tegurnya.
"Iyah kang Abbas", seraya dia menunduk sopan di depannya.
"Kita ke Indomaret karena susu sudah mulai habis palingan kamu juga suka kan minum susu kotakan yang dingin itu", kata Abbas.
"Iyah Kang", Kahfi mulai kembali masuk ke dalam kamarnya untuk bersiap - siap mengganti bajunya dengan kaos lengan panjang warna kuning di padu padan celana bahan hitam.
"Insya Allah besok sepulang dari sekolah aku ikut umi ke toko untuk jualan", semangat Kahfi meletup - letup terlihat dari matanya untuk membantu Zulaikha dengan kerja keras."Dan aku juga lagi menulis novel naskah keduaku", katanya kemudian, baktinya kepada orang tua yang meledak - ledak api semangatnya terlihat dari gerak dan gerik Kahfi.
Dia merasa kalau ingin berusaha keras agar Zulaikha tidak lagi jatuh dalam keterpurukkan dalam pikirannya dan semua karena perang saudara itu.
"Israel bisa saja dengan pasti adalah dalang dari ini semua", katanya kemudian.
"Kita semua paham seperti apa bahkan di sini pun sudah layaknya di buat seperti Palestina walau hal itu berupa produk makanan atau kebutuhan hidup seperti halnya minyak goreng dan ketika orang tahu itu produk Israel maka enggak ada yang beli minyak goreng dan yang rugi penjualnya apa Israel bertanggung jawab atas semua ini, kita harus menjadi manusia yang kuat karena Allah umi, produk - produk yang berasal dari Israel masuk ke Indonesia sama halnya dengan fitnah orang - orang yang membutuhkan uang dengan membuka toko - toko mereka dan rugi hanya karena orang enggak mau beli karena tahu itu produk Israel padahal di rumah sedang menunggu uang untuk makan paling enggak beli beras dan lauknya dengan usaha tersebut", ujar Kahfi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kahfi
EspiritualHidup menderita di rasakan oleh siti Zulaikha semenjak di tinggal Muhammad Ashad yang bukan pernah menjadikan hidupnya penuh makna namun berharga untuknya kesedihan di rasakan bukan hanya itu saja namun dia juga di tinggal kedua orang tuanya dalam k...