Bab 27. Perdebatan

12 13 0
                                    

Sepulangnya dari Bank terjadilah pada akhirnya pun hal yang tidak biasa adu mulut antara Kahfi dan Zulaikha.

"Umi selama ini menutupi di mana makam abi apa alasan ini semua umi kalau memang umi dan kalau memang umi menuntut aku akan kejujuran aku juga butuh kejujuran dari umi sendiri dan sebenarnya apa yang terjadi dengan jenazah abi kala itu", ? Kritis Kahfi.

"Umi sengaja menutupinya karena umi ingin memberitahukan di waktu yang tepat selama ini juga sebenarnya jenazah ayah kamu saat itu hampir saja sulit di makamkan karena belum di temukan juga oleh pihak kepolisian Turkey dan umi sengaja juga karena ingin menutupi luka itu dan jenazah abi kamu sebenarnya sempat sulit di bawa ke Bandung namun akhirnya di bawa ke Bandung dan sebenarnya selama ini karena umi sendiri sudah munafik dengan hati umi sendiri yang membawa jenazah abi kamu adalah Om Aziz", air mata Zulaikha menetes dengan deras.

"Merekalah juga yang mengurus makam abi kamu juga selama ini", jelasnya kemudian.

"Aku sudah tahu semuanya umi dan Om Aziz juga ingin minta maaf dengan umi dia ingin bertemu melalui Hasyim yang mengantarnya walau bukan untuk kembali tapi apa salahnya hanya dengan satu kata maaf agar kita hidup sendiri di berkahi Allah", bijak Kahfi.

Akhirnya Zulaikha memberikan alamat makam Ashad pada Kahfi dan kahfi pergi ke sana untuk menjenguk dan berziarah di sana.

Di pemakaman Cikutra Muhammad Ashad di makamkan, air mata Kahfi menetes sambil menabur bunga di atas pusaranya dan menangis sambil menggosok nisannya juga hatinya benar - benar perih dengan apa yang terlihat juga di depan matanya mengingat sebenarnya dia pun terlahir tanpa seorang abi tapi masih ada umi yang di jadikan segalanya bagi hidup Kahfi sekarang ini.

"Kahfi", seseorang menegurnya dan suaranya dari arah depannya dan Kahfi mendongak ke atas sambil berdiri kemudian mencium tangannya meski dia pernah membuat luka batin pada Zulaikha.

"Om Aziz", sebutnya.

"Ashad abimu saya yang waktu itu menemukan jenazahnya melalui relawan yang bergerak seperti kamu sekarang ini dan salah satu dosen di Universitas Al Azhar adalah sahabat saya Muhammad Jafar kamu pasti mengenalnya dan juga sekarang sudah menjadi ketua jurusan Fakultas Sastra Islam", jelasnya kemudian.

"Saya mengirim pesan BBM saat itu ketika Jafar sedang di Istanbul untuk mencari jenazah Ashad dan di bawa ke Bandung dan jenazah Ashad saat itu bau harum wangi seperti akhlaknya selama ini Zulaikha memang enggak tahu soal ini karena belum mau memaafkan saya selama ini juga", ujar Aziz.

"Sebaiknya ikut ke saya ke rumah untuk ketemu umi dan menjelaskan semuanya sekaligus meminta maaf padanya mungkin saat itu memang Om Aziz pernah lupa ketika di jodohkan dengan tante Sarah", sahut Kahfi.

"Tapi apakah Zulaikha masih mau menerima paling enggak maafnya dari saya menutup luka lama dan membuka lembaran baru kita sama - sama mengutuhkan kembali silaturahmi yang pernah retak", jelas Aziz.

"Saya pun sudah menyetujui hubungan kamu dan Hanum tapi kalau ingin mengkhitbah keponakan angkat saya itu Raina harus bertemu dulu dengan Hanum sebagai ibu kandungnya", sahut Aziz.

"Tante Raina saya sudah pastikan akan pertemukan dengan Fatimah yang di carinya selama ini dan sudah berubah menjadi Hanum om", ucapan Kahfi terdengar mantap akan ikhtiarnya.

"Karena itu saya ingin menyampaikan juga hal ini pada Hanum", Kahfi memberikan secarik kertas dari Raina ke tangan Aziz.

"Saya pastikan sampaikan pada Hanum", Aziz menganggukan kepalanya.

"Dan saya sudah tahu semuanya kalau Tante Marwah juga sudah meninggal", gumam Kahfi.

"Setelah UAS semester ini saya ke Palestina untuk kembali menjadi relawan tapi karena jaraknya sudah dekat dengan Istanbul saya akan mampir ke Tante Raina untuk menjemputnya ke Bandung dan bertemu Hanum", janji Kahfi.

"Umi walau seburuk apapun yang di lakukan manusia dendam mungkin membara dalam hati tapi untuk memberi maaf enggak ada yang salahnya karena dengan kata maaf hati menjadi tenang dan hidup kita akan semakin di lancarkan oleh Allah dan minggu besok aku mau bertemu Hanum untuk bantu aku membuka usaha kuliner aku mau cari dulu rukonya yang tepat mungkin di ciwalk", ujar Kahfi.

"Untuk kamu umi akan berdamai dengan Om Aziz", sahut Zulaikha.

"Selama ini pun Hasyim sendiri di setir oleh Aswan ketua dari Literasi Muslim Indonesia dia mantan ketua Forum Penulis Indonesia yang memang mau menjatuhkan aku dan uang royalti penerbit muslim yang makan sepenuhnya bukanlah Hasyim tapi Aswan semua bukti ada di print rekening koran dan Hasyim di paksa untuk di minta bagiannya oleh Aswan sama halnya Hasyim sendiri mengalami pemerasan", kritis Kahfi.

"Syukron atas bantuan uang juga selama ini yang kamu berikan kepada kami juga fi", sahut Aziz.

"Sama - sama Om Aziz", balas Kahfi sopan.

Sehabis sholat subuh Kahfi langsung mengirim pesan whatsapp pada Hanum dan minggu besok itu sudah menjadi minggu hari ini.

"Asalamualaikum num", ketik Kahfi

"Walaikumsalam fi", balas Hanum.

"Sehabis dari kampus temani aku ke ciwalk untuk cari ruko buat buka warkop yah ala - ala kafe seperti yang lagi viral di Bandung ini", ketik lagi kahfi.

"Siplah", balas Hanum.

Mata kuliah pertama selesai pada pukul 12 siang dan sebelum waktu dzuhur hati Kahfi rasanya ingin menemui Ustadz Jafar selaku Ketua jurusan Fakultas Sastra Islam dia mengetuk pintunya perlahan dan Ustadz Jafar membukanya

"Saya sudah lama juga sebenarnya ingin menceritakan hal ini dengan kamu Kahfi mengenai abi kamu dan sebenarnya ini juga alasan saya aelama ini sebenarnya hanya bisa diam dengan apa yang di lakukan Hasyim selama ini sama kamu saya yakin kamu dan Hasyim akan berdamai suatu saat kalau dia tahu akan ini semua juga dan jenazah Ashad saya yang memang membantu Aziz untuk menemukannya", ujar Ustadz Jafar sambil mempersilahkan Kahfi masuk ke dalamnya dan Kahfi mengikuti langkahnya masuk ke dalam ruangan dan duduk di sofa yang di sediakan dalam ruangan tersebut.

KahfiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang